When We Meet | Jaeyong ✓

31 회 [END]

Jaehyun menyandarkan punggung pada kursi kerjanya, menatap keluar jendela ruangan dimana ia tengah memikirkan sang mantan istri yang akan berangkat ke Jepang hari ini. Lelaki berlesung pipi itu lebih memilih untuk tidak menemani Taeyong ke bandara, karena sama saja jika ia menggali luka untuk dirinya sendiri. Melihat sang pujaan hati pergi dan meninggalkannya lagi bukan perkara mudah, Jaehyun harus menahan sakit hatinya sendiri.

CEO muda itu menoleh ke arah pintu saat mendengar seseorang membukanya. Refleks ia terbelalak ketika mendapati Taeyong dengan mata berkaca-kaca berjalan ke arahnya.

Apa aku bermimpi? Batin Jaehyun sebelum beranjak dari kursi dan menghampiri sang mantan istri yang berdiri didepan meja kerjanya.

"Y-ya, kenapa kau ada disini?" Jaehyun berdeham pelan, ia tak bisa menyembunyikan rasa kaget juga bahagianya. "Aku tahu kau sangat mencintaiku, tapi bukannya hari iniㅡ"

Jaehyun tak mampu meneruskan ucapannya saat telapak tangan Taeyong bersentuhan keras dengan pipinya, lelaki itu menamparnya. Wajah sang CEO muda yang berpaling akibat tamparan keras tadi pun kembali menatap Taeyong tak percaya. "Kenapa kau..." Ia menghela nafas pelan, mencoba menetralisir keterkejutannya ketika Taeyong tiba-tiba meneteskan air mata. "Taeyong-ah, apa yang terjadi?" Tanyanya pelan.

"Apa yang terjadi katamu?" Taeyong tertawa sarkastik, "Pagi tadi aku mendapat kabar dari kantorku, dan kau tahu apa yang mereka katakan?" Jaehyun terdiam melihat raut emosi sang mantan istri.

Menarik nafas dalam, Taeyong menunjuk wajah Jaehyun dengan tangan bergetar. "Kau dan Ayahmu membohongiku," ucapnya lalu mengulum bibir, tak ingin terisak dihadapan pria yang membuatnya kecewa.

"Apa yang kau katakan, Taeyong?" Jaehyun mendekati lelaki mungil itu, namun Taeyong memundurkan langkah sembari menggeleng pelan.

"Kenapa kalian tega melakukan hal ini padaku?" Taeyong mengepalkan tangan didamping tubuhnya. "Jadi selama ini kalian bersikap baik padaku hanya untuk memanfaatkan ku agar cabang perusahaan kalian terlindungi oleh kantorku?"

Mendengar penuturan Taeyong lantas membuat raga Jaehyun menegang. Ia benar-benar lupa jika selama ini Jung Corps diam-diam mengambil manfaat sepihak dari Nakamoto Company. Tapi sialnya lagi, ia pun lupa memberitahu Taeyong jika hal itu demi nasib perusahaan cabang mereka di Jepang juga para pekerja disana. Selama tiga bulan bersama dengan sang mantan istri, CEO muda itu hanya fokus pada masalah pribadi mereka hingga lupa dengan persoalan pelik perusahaan.

"Taeyong-ah, kau salah paham. Dengarkan aku dulu."

"Salah paham?" Taeyong mengusap kasar air matanya, "Kau membohongiku." Lirihnya. "Awalnya kukira kau benar-benar tulus ingin memperbaiki kesalahanmu dimasa lalu, tapi melihat akal licikmu ini aku semakin yakin jika kau hanya memanfaatkan ku. Semua perlakuanmu selama ini palsu, aku kecewa Jaehyun, sangat."

Jaehyun mengeraskan rahang, ia kemudian menatap Taeyong tak percaya dengan mulut setengah menganga. "Apa kau kira air mata dan tingkah bodohku selama mencarimu hingga kita bertemu dibuat-buat, hah?" Lelaki berlesung pipi itu refleks meneteskan air mata. "Aku tak akan melakukan hal serendah itu hanya untuk mengejar kepentingan perusahaan, Lee Taeyong!" Jaehyun meninggikan suara dengan nafas memburu.

"Tapi kau melakukan hal rendah itu!" Taeyong pun meninggikan suara, tak kalah dari Jaehyun. "Aku harus menanggung malu dihadapan pimpinan ku karena mantan suami dan mertuaku ternyata sangat licik dan hanya memanfaatkan ku!"

"Cukup!" Jaehyun mengatupkan giginya rapat. "Kenapa sekarang justru kau yang sangat kekanakan dan gegabah, Taeyong? Ini seperti bukan dirimu. Kau bahkan tak memberiku kesempatan untuk menjelaskan semuanya!"

"Ya, aku memang kekanakan dan gegabah. Aku juga bukan diriku yang dulu, semuanya telah berubah. Dan kau tak perlu menjelaskannya karena tak ada lagi yang perlu dijelaskan, Jung Jaehyun!" Taeyong berteriak sembari mengepalkan tangannya yang telah bergetar hebat. "Terima kasih, aku pergi."