"Appa!"
Taeho memekik girang ketika melihat Taeyong membuka pintu kamar rawatnya. Ia bahkan menggerak-gerakkan tubuhnya yang tengah bersandar di kepala ranjang saat sang Ayah mengangkat kantongan yang ia bawa.
"Apa yang Appa bawa?" Tanya anak lelaki itu tak sabaran.
Bibi Moon yang melihat keadaan Taeho semakin pulih mengusap pelan pucuk kepala anak lelaki yang sudah seperti cucunya sendiri. Ia menoleh pada Taeyong disampingnya lalu berucap, "Tumben kau datang ke rumah sakit lebih awal, Taeyong-ah."
"Ah, orang di kantor sedang rapat, Bi." Ucap Taeyong sembari mengeluarkan isi kantongan yang ia bawa. "Jadi aku kesini sebelum jam istirahat makan siang."
"Woah!" Taeho berseru ketika melihat Taeyong menyodorkan susu pisang kesukaannya, "Terima kasih, Appa!" Ucapnya riang sebelum menyeruput minuman dalam kotak itu.
Taeyong mengulas senyum tipis lalu duduk disisi kosong ranjang Taeho. Ia mengusap lengan sang anak yang masih dibungkus perban, juga kaki Taeho yang masih sulit untuk digerakkan. Ia yakin Taeho merasa kesakitan, tapi anak itu tak pernah mengeluh atau pun merengek kepadanya juga Bibi Moon yang selu menjaganya.
"Kau baik-baik saja, Taeyong-ah?" Tanya bibi Moon ketika menangkap raut wajah murung lelaki yang duduk diatas tempat tidur Taeho.
Mengangguk pelan, Taeyong kembali menarik kedua ujung bibirnya pelan, "Iya, Bi. Aku hanya kelelahan, banyak pekerjaan di kantor." Katanya, "Ah iya, apa Yuta tak datang hari ini?"
"Paman Yuta?" Taeho yang tengah menghabiskan tetes-tetes terakhir susu pisangnya mendongak pada sang Ayah, "Tadi Paman Yuta datang bersama temannya, Appa."
Taeyong menautkan alis, "Teman?" Tanyanya lalu menoleh kearah Bibi Moon, "Siapa, Bi?"
"Kalau tidak salah namanya Winwin," jawab Bibi Moon.
"Ah..."
Taeyong mengangguk paham. Mendengar Taeho mengucapkan teman Paman Yuta justru membuatnya mengingat kejadian dimana Jaehyun tiba-tiba datang kembali ke rumah sakit dengan alibi sebagai teman Yuta.
Bibi Moon menangkap ekspresi murung lelaki yang sudah seperti anaknya sendiri. Menepuk pundak Taeyong, wanita paruh baya itu tersenyum tipis lalu berucap, "Kau sudah makan siang?"
"Belum, Bi. Aku akan makan siang di kantor." Jawab Taeyong lalu kembali memerhatikan Taeho yang kini melahap buah-buahan pemberian Yuta pagi tadi, "Aku harus kembali kesana secepatnya."
"Hm, hati-hati dijalan." Pesan Bibi Moon, "Akhir-akhir ini begitu banyak kecelakaan lalu lintas. Cukup anakmu yang merasakannya."
Taeyong mengusap bahu wanita paruh baya itu sembari tersenyum hangat dan mengangguk paham, "Iya, Bi. Terima kasih." Ucapnya lalu kembali menatap Taeho, mengusap pelan surai ikal sang anak lalu mengecup keningnya pelan. "Appa harus kembali ke kantor."
"Iya, Appa. Fighting!"
"Anak pintar," Taeyong mencubit pelan pipi chubby Taeho sebelum beranjak dari tempat tidur rumah sakit itu, "Sampai jumpa." Ucapnya lalu melambaikan tangan.
"Annyeong!"
Taeyong berbalik meninggalkan Taeho juga Bibi Moon di ruang rawat itu. Meski sangat singkat, namun ia sudah merasa jauh lebih baik setelah melihat kondisi sang anak.
Sebelum membuka pintu, Taeyong kembali menoleh sejenak kearah dua orang terkasihnya itu lalu melambaikan tangan. "Aku akan kembali," ucapnya.
Namun belum sempat Taeyong memutar kenop pintu, ia justru hampir saja tertampar oleh benda keras itu. Beruntung refleksnya cukup cepat hingga Taeyong dapat menghindar. Hampir saja jidatnya memar jika daun pintu itu mengenai wajahnya.
YOU ARE READING
When We Meet | Jaeyong ✓
Fanfiction❝When we get back to each other and everything about you isn't what it used to be❞ M/M | ANGST | ENEMYHET/SLASH | MATURE Jung Jaehyun, seorang Presdir muda, tegas nan dingin yang di idam-idamkan kaum adam dan hawa tak pernah melakukan hal-hal konyol...
