Hanya dengan itu saja membuat dua meja kantin yang digabung menjadi satu, dipenuhi gelak tawa. Gillian dan Rolan bahkan sesekali menambahi bumbu agar lebih menyenangkan. Keduanya ikut tergelak.
Tidak terasa sudah satu jam lebih mereka bergelut dengan percakapan seputar Pak Benu, dari arah pintu masuk kantin, Anette berjalan sendiri sambil meletuskan permen karet di bibir ranumnya.
Anette melihat Gillian. Orang yang mampu membuatnya tidak tidur semalaman. Sebut saja Anette salah tingkah. Namun ini adalah salah tingkahnya yang kali pertama.
Anette rasa, Gillian sedang asik berbincang-bincang dengan segerombolan cewek-cowok yang dipikirnya teman sekelas. Sedang membahas sesuatu, mungkin.
Ia mengendikkan bahu acuh. Membenarkan posisi tas jinjing yang terasa melorot di bahu. Berjalan dan duduk agak jauh dari tempat duduk Gillian. Agar keberadaannya tidak mengganggu. Sekalian membuang permen karet yang sudah sepah.
Sebenarnya, ia baru saja menerima ajakan teman seangkatannya pergi. Tapi ia tolak tanpa berpikir panjang.
Ketika tangannya membuka bungkus rokok lengkap dengan korek api didalam, seseorang mencegah aktifitasnya. Ia menoleh ke samping, menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa, Vi?"
Vivian menghembuskan nafas. Tersenyum. Mengambil bungkus rokok Anette lalu membuangnya ke tempat sampah. Belum sempat Anette maju tuk protes, Vivian sudah lebih dulu mendorong bahunya agar duduk.
"Gue rasa, lo udah kebanyakan ngerokok hari ini. Jadinya gue buang." Vivian menulis menu yang akan di pesan pada buku nota. Tak lupa pula menuliskan menu yang sama untuk Anette.
Anette mendengus. "Nggak lagi-lagi deh, gue ngerokok depan lo."
"Nggak masalah. Gue bisa nyuruh Gillian buat ngelakuin hal yang sama."
"Lah ngapa jadi bawa-bawa Gillian, sih?!"
Kali ini Vivian menoleh ke arahnya. Seperti membaca sejauh mana Anette akan menyembunyikan perasaan itu dengan dahi yang berkerut. "Biasanya, sih.. orang nurutnya sama yang di sayang doang."
"Gue nggak sayang sama Gillian," protesnya tidak terima. "Cape ah, bahas-bahas ini mulu. Kemaren disuruh jalanin aja. Sekarang sindir-sindir."
"Bukan nggak sayang. Belom aja." Vivian terkekeh. Menyobek kertas nota yang sudah tersedia di masing-masih meja untuk memesan makanan. Memutar-mutar telunjuk, memencet-mencet hidung Anette. "Kesel, nih, yeee.." kemudian ia bangkit untuk memesan.
Di ujung sana, Gillian melihat jam tangan sambil mengedarkan pandangan. Harusnya Anette udah keluar kel—
Suara hatinya berhenti saat matanya menangkap punggung Anette. Gemas karena cewek itu tidak memberi kabar setelah kelas selesai, ia menepuk bahu Rolan. Seperti biasanya.
"Udah keluar emang Anette?"
"Udah," tunjuknya dengan dagu. Lalu ia berdiri. "Hmm, gue cabut duluan."
"Kemana, Gil?" tanya Reno. "Nyamperin Anette?" Gillian mengangguk. Membawa Ransel di punggung. "Wah, Gil. Kalo gini baru gue percaya kalian jadian. Gak nyangka.."
Jawaban Gillian hanya terkekeh lalu melambaikan tangan. Berjalan bersisihan dengan Rolan.
"Cakep amat cewek lo, Sob. Dari belakang aja padahal gue liatnya. Pantes lo peka banget." Jalan mereka sedikit tersendat karena kantin semakin ramai. Ditambah lagi, kantin ini luas. Dan Anette duduk agak jauh dari tempatnya tadi.
"Emang cewek lo gimana? Cantik kaya dia?" Meski Rolan dan Gillian berteman sangat akrab dan sudah lama, tapi kisah cinta Rolan tidak pernah bisa Gillian selami. Cowok itu bahkan tidak pernah menunjukkan bagaimana wajah gadisnya pada sahabat sendiri.
YOU ARE READING
Player [Completed]
Teen FictionMatias Gillian dan Anetta Zamoora adalah dua orang yang mudah jatuh hati dan mudah untuk menghempaskan pasangannya dalam satu atau diluar kampus. Mereka sama-sama memiliki daya tarik yang kuat sehingga memunculkan statement bahwa pasangan ada karena...
11. Permen Jahe
Start from the beginning
![Player [Completed]](https://img.wattpad.com/cover/190080456-64-k529628.jpg)