11. Permen Jahe

154 16 7
                                        

Netraku tak perna menipu oleh kehadiranmu di tengah-tengah banyaknya individu.

Aku, selalu mampu untuk menemukanmu.

🍬🍬🍬

Jika kalian ingin Gillian berkata jujur, cowok itu sebenarnya menyimpan banyak tanda tanya. Seperti:

Apa berpacaran dengan Anette secara main-main adalah hal yang benar untuk di lakukan?

Apa dirinya sedang jatuh cinta?

Kenapa dirinya tidak suka bila Anette dipandang seperti mangsa oleh pria lain?

Kenapa dirinya menjadi malas untuk meladeni gadis-gadis di luaran sana? Padahal Gillian yang dulu sangat senang hati menerima mereka semua. Dan masih banyak pertanyaan yang lain.

Layaknya malam kemarin, Gillian cukup terkejut saat melihat Anette online di Discord. Membuatnya ingin mendengar suara cewek itu dengan dalih bahwa Gillian ingin ditemani bermain game.

Terlalu pengecut untuk ukuran Gillian. Ia hanya belum siap mengakui hal yang benar dalam dirinya. Bahwa mungkin, ia menyukai cewek itu.

Disaat Gillian  menganggap bahwa Anette hanyalah cewek yang mudah untuk membuat lawan jenisnya jatuh cinta, ia seperti merasakan bahwa ada sesuatu yang mendorong untuk bersama Anette terus menerus.

Setiap siang, Gillian selalu memastikan untuk menelepon Anette. Alasan awalnya, ini merupakan strategi. Hingga lama kelamaan, Gillian memang ingin memastikan bahwa Anette benar baik-baik saja.

Jika belum makan, cowok itu akan mengajak Anette pergi untuk makan. Jika Anette kelelahan, Gillian akan membawa Anette pergi. Tertawa. Bersenda gurau lagi sambil keliling kota Jakarta.

Dan sekarang, Gillian sudah menutup sambungan karena Anette akan memasuki kelas. Sedang dirinya berada di kantin. Berkutat dengan buku, kertas dan teman-teman yang lain sambil mendengarkan lagu menggunakan earphone wearless.

"Gila emang ya, Pak Benu. Kemaren ngasih tugas se-abrek. Gue nggak napsu tidur. Malah pagi tadi mak gue juga susah ngenalin ni muka ganteng gegara tugas laknat begini." Rolan mendesah. Melempar bulpen ke tumpukan buku diatas meja kantin. Beralih memijat kening yang mulai pusing.

"Ngambek lagi dong, pacar lo?" tanya Gillian sambil membenarkan earphone putih miliknya.

"Cewek gue ngambeknya pas lagi maen. Pergi sama lo gitu, misalnya. Terus lupa nggak ngasih kabar. Kalo gara-gara tugas begini jinak-jinak aja, sih."

Gillian mengangguk. Mengganti lagu.

"Ck!" decakan dan umpatan terdengar setelah Fita, teman sekelasnya membaca pesan di grup Line. "Pak Benu berhalangan hadir. Dia diare belom mampet-mampet katanya."

Rolan memutar bola mata. Gillian mendengus, membereskan buku bawaannya ke dalam ransel.

"Bagus deh. Biar gak usah mampet sekalian sampe septic tank nya penuh," Rolan mengemasi barang-barangnya. "Mamam, dah, tu karma!"

Yang lain tertawa. Karena tersadar, Fita bertanya. "Terus ini tugasnya di kumpulin kapan? Masih inget kan kalian, bulan lalu dia kek gini juga. Ujung-ujungnya kita ke rumahnya."

"Aelah. Inget aja lo, Ta." Timpal Reno. Kemudian terkejut karena balon chat dari Pak Benu bertambah. Reno mengangkat tangan. Isyarat untuk membuat teman-temannya diam sebentar.

Ia menirukan bagaimana cara Pak Benu berbicara karena dosen yang katanya sedang daire itu cadel. Tidak bisa mengatakan R dengan jelas. "Katanya: anak-anak, tugas yang saya belikan kemalin (berikan kemarin) tolong kalian selesaikan dengan cepat dan benal (benar). Akan saya bahas di peltemuan (pertemuan) selanjutnya."

Player [Completed]Where stories live. Discover now