2.1; berharap ada keajaiban kecil

1K 168 6
                                    

  Do Young tak bisa menutupi kegugupan dan ketakutannya. Di hadapannya sudah ada sang Ibu. Seorang diri. Sedangkan dirinya bersama Se Jeong yang memperlihatkan raut wajah yang berbeda dengannya. Terlihat lebih ceria dan ramah.

  Berulang kali Do Young menarik napas dan membuangnya perlahan. Tak peduli reaksi dua wanita yang menyadari sikapnya saat ini. Do Young hanya ingin merasa tenang dan bisa berpikir positif saat ini. Hanya itu.

"Jadi, dia istrimu, Do Young?"

  Do Young mendongakkan kepalanya saat suara wanita itu kembali terdengar. Padahal belum 24 jam sejak terakhir pertemuan mereka siang tadi. Tapi rasanya rindu tak bisa lagi dibelenggu olehnya.

"I-iya.. " oh.. ayolah! Jangan gugup lagi! "Namanya Kim Se Jeong."

"Halo.. " sapa Se Jeong dengan ramah dan sopan. "Saya Se Jeong, istrinya Do Young. Senang bertemu dengan Anda.. "

"Aku Stephanie Choi, tapi nama koreaku Choi Yeon Shim. Panggil saja aku 'Ibu'." ujar wanita yang sudah memasuki usia 50-an itu. "Maaf baru bisa bertemu denganmu."

"Tidak.. itu bukan masalah, Bu.. "

  Se Jeong bisa menyebut wanita itu dengan sekali hentakan. Padahal belum lama mereka berhadapan. Tapi dengannya? Rasanya lidah itu membeku, bahkan otak juga tak bisa memikirkan bagaimana mengatakannya dengan mudah. Ibu..

"Kalian sudah berapa lama menikah?" tanya nyonya Choi agar tidak ada keheningan di antara mereka.

"Belum lama ini. Berapa ya, Do Young-ah?" alih-alih menjawab, Se Jeong memancing agar sang suami bersuara. Namun yang dia dapatkan adalah pekikan pelan dari laki-laki itu.

"Eh? Apa, Se Jeong-ah?"

"Ibu bertanya, sudah berapa lama kita menikah."

  Tak langsung menjawab. Malah laki-laki Kim itu menatap sejenak wanita yang bisa dia tebak mencoba untuk menutupi kegugupannya juga. Hah..

"Sepertinya sudah 2 bulan lebih ini." jawabnya yang kemudian menundukkan kepalanya.

"Ah.. begitu ya?"

  Singkat cerita, makanan yang mereka pesan sudah mereka santap dan hampir habis. Sampai tiba-tiba Kim Se Jeong pamit untuk ke toilet sebentar. Meninggalkan nyonya Choi serta Do Young.

"Istrimu cantik. Kau pintar memilih pasangan, nak.. " celetuk nyonya Choi yang dibalas senyuman tipis oleh Do Young.

"Sejujurnya, awal hubungan kami bukan karena perasaan. Melainkan 'keuntungan'." ujarnya masih dengan menampilkan senyuman tipis di wajah tampannya.

"Maksudnya?"

  Entahlah, tiba-tiba Do Young ingin menceritakan hal ini. Yang tidak secara langsung juga dia akan menceritakan masa lalunya. Yang entah sang Ibu mengingatnya atau tidak.

"Aku menderita insomnia. Awalnya aku bisa mengaturnya tapi semakin ku atur, insomnia itu tak bisa lagi ku tahan dan berakhir aku hanya bisa menghabiskan waktu tidur selama 1-2 jam saja. Ibu tahu apa yang membuatku menderita? Itu karena Ibu dan Ayah."

  Seketika, nyonya Choi menghentikan aktivitas makannya. Matanya masih menatap piring itu namun tidak dengan organ tubuh yang lain. Seketika, otaknya berputar pada masa lalu yang sudah lama terkubur itu.

"Kalian bercerai tanpa memberitahuku. Aku tahu soal itu dari Ibu Song. Bahkan dia mengajakku untuk tinggal di panti asuhannya. Merawatku seperti anaknya sendiri, alih-alih seperti anak panti yang lain. Dia juga membiayai hidupku sampai ke jenjang perguruan. Yang seharusnya membiayai hidupku adalah kedua orang tuaku yang, syukurnya, masih hidup, tapi beliau-lah yang melakukannya."

"Insomnia ini? Awalnya ini karena setiap malam aku masih menunggu kedatangan kalian untuk menjemputku. Berharap kalian datang walau aku tahu itu takkan mungkin. Tak peduli siapa, aku hanya berharap suatu keajaiban akan datang."

"Insomnia ini semakin menjadi semenjak aku duduk di bangku SMA. Aku giat dalam belajar sampai bisa mencapai kesuksesan yang mungkin saja bisa Tuhan ambil nanti."

"Intinya.. aku menderita karena sikap egois kalian. Bahkan setelah tahu kalian hidup bahagia dengan keluarga kalian yang baru, aku tetap menderita. Aku tak bisa berbohong, Bu. Aku membenci kalian."

"Ayah yang menganggapku seolah tak hidup, padahal aku ada di hadapannya. Kemudian aku mendengar tuan Chris yang mengatakan bahwa kau ditinggalkan suamimu karena wanita lain dan pernah mengalami keguguran. Aku pikir aku semakin membenci kalian."

"Tapi aku tak bisa berbohong lagi, bahwa aku juga merindukan kalian setiap saat. Berharap kembali ada keajaiban, sekecil apapun."

  Sedetik kemudian, Do Young mengusap wajahnya yang sudah diderasi air mata. Rasanya sudah melegakan mengatakan semua itu. Walau hanya pada sang Ibu saja. Itu sudah lebih dari cukup.

"Aku masih mengharapkan keajaiban itu lagi. Jika Ibu merindukanku, Ibu bisa datang. Rumahku selalu terbuka untuk kalian."

  Dan kemudian, Do Young pamit untuk pulang terlebih dahulu. Bahkan dia langsung menarik Se Jeong yang sepertinya bersembunyi untuk melihat semuanya. Bukan ke toilet sungguhan.

  Di tempat, nyonya Choi memecahkan tangisannya. Tak peduli keadaan restoran itu sedang ramai. Ia menangis akibat banyak hal. Salah satunya adalah kesalahan yang dia perbuat sendiri.

to be continue

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

to be continue..

apa sekalian ini aku publish semua?? Tinggal dua soalnya.. 😂😂

💮정키키  -  감사합니다💮

Insomnia and Trauma [DoJeong Fanfiction]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon