Chapter 3

74.6K 6.7K 1.4K
                                    

Main game dulu yoook

Jadi, dapet apa nih 😂Aku sih "Jungkook want to kiss me because my lips are sweet" 🌚🌝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, dapet apa nih 😂
Aku sih "Jungkook want to kiss me because my lips are sweet" 🌚🌝






Suasana café terlihat cukup lengang hari ini. Mungkin memang bukan akhir pekan, hanya beberapa anak muda yang tengah sibuk menyesap coffe latte dengan layar laptop pun tumpukan kertas di bawah matanya. Beberapa ada yang mengambil foto untuk menata apik feed media sosial. Musik juga mengalun sedikit lebih jelas dari biasanya, tidak bersautan dengan candaan atau penjabaran kisah romantis kelewat panjang.

Salah satu ruangan dengan tulisan Sa-jang-nim terpampang di tengah pintu kaca terlihat cukup sibuk dengan pembicaraan perihal penting. Ruangannya tidak seluas lantai utama yang penuh dengan meja  dan kursi. Malah terletak sedikit menjorok ke samping. Tetapi kesan -kau harus bersikap sopan ketika melintas- tak bisa ditutupi begitu saja. Sedikit melongok ke dalam, lembaran kertas dan sebuah plasma tipis terbuka guna menampilkan grafik warna-warni pun nominal angka pada setiap barisnya.

"Bagaimana, apakah dia terlambat lagi hari ini?" Wanita dengan rambut sebahu itu nampak bertanya dengan perduli, tetapi entahlah. Tatapannya tidak sejalan sama sekali. Mungkin laporan keuangan lebih menarik untuk di seriusi.

Mereka sedang membicarakan kinerja pegawai.

Pribadi dalam setelan rapi hitam putih dengan name tag Manajer Byun di dada kanan atas itu berkata yakin, dia melakukan tugasnya sebagai pengawas pegawai dengan baik memang, "Tidak Eunjo-nim, beberapa hari belakangan dia selalu datang tepat waktu. Kalau tugas-tugasnya selalu ia lakukan dengan baik, walaupun tidak seluruhnya sempurna."

Eunjo mengangguk memahami, berkas bersampul coklat itu tertutup lirih sebelum tergolak di atas meja, "Baguslah kalau begitu, kurasa aku tidak perlu menegurnya lagi kali ini."

Byun sedikit menggaruk belakang kepalanya, padahal yakin tidak gatal. Tetapi dia membutuhkan itu sebagai gestur canggung, atau memupuk keberanian untuk menanyakan sesuatu.

"Mohon maaf Eunjo-nim, kenapa Yoonji masih diperbolehkan bekerja disini jika peraturan café sangat ketat? Dibandingkan Gyosin yang kita pecat minggu lalu, dia lebih sering terlambat."

Hening sejenak, suara detik jarum jam dinding di samping potret aestetik cafe mendominasi udara.

"Begitukah?" Eunjo mengerutkan dahi sekali. Tidak lama, lantaran sudut bibirnya telah tertarik tipis ketika pertanyaan retorik itu teralamatkan padanya.

Apakah Byun baru saja meragukan sebuah kebijakan yang ia ciptakan?

"Kukira tidak begitu, jika dilihat dari kinerja, seperti yang kau katakan Yoonji lebih baik bukan?" ucapnya bersamaan beranjak dari kursi putar yang ia duduki.

Itu memang tidak salah, dan dengan cepat Byun menjawab setuju. Yang nyatanya di sambut senyuman oleh Eunjo.

Ah lihatlah, hari ini memang suasana sedang bagus. Iris Eunjo bahkan bisa melihat tupai berciuman di atas pohon dari balik jendela berbingkai persegi. Apakah seindah itu jika ia berciuman dengan Jungkook? Seperti tupai? Menggelikan. Dia lebih suka membayangkan ciuman kelewat panas di atas ranjang.

Lacuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang