Bab 2

19 6 0
                                    

Desember 2010

"Rama.. ayo bermain! Rama.." suara yang memekikkan itu terus bergema ditelinga Rama.

"Rama.. ayo bermain! Ayolah Rama!" Suara gadis kecil itu terus mengganggu Rama yang sedang belajar.

"Rama.. Ayolah!" Kini suara yang mengganggu itu diiringi dengan tangan yang terus menggoyang-goyangkan tangan Rama yang sedari tadi menulis.

"Tidak Lusi.. aku sedang belajar, aku tidak mau bermain" jawab Rama dengan acuhnya tanpa memerdulikan Lusi yang dari tadi terus merengek memintanya untuk bermain.

"Ayolah Rama! Ayo!" Pinta Lusi dengan bibir yang mengerucut sembari kaki yang terus ia mainkan dan tangan dibelakang punggungnya serta kepala yang menunduk.

"Aku tidak mau, Lusi. Mainlah sendiri atau mainlah dengan anak-anak yang lain. Jangan aku" jawab Rama sembari terus menulis.

"Aku tidak mau, Rama. Aku hanya ingin main denganmu" Lusi terus merengek.

"Aku bilang tidak mau. Lagipula diluar hujan dan aku tidak mau hujan-hujanan" jawab Rama yang terus membungkuk dihadapan buku soal dan buku tulisnya sambil tangan yang agak diacung-acungkan dengan pensil ditangannya. Tanda ia menyuruh Lusi pergi dari kamarnya.

"Ya sudah. Kalau kau tidak mau bermain. Aku akan bilang pada bibi kalau kau tidak mau bermain denganku" gadis kecil itu berlari keluar kamar untuk menghampiri Amelya-ibu Rama.

"Katakan saja. Aku tidak peduli" jawab Rama yang terus menulis tanpa memperdulikan perkataan Lusi yang ingin mengadukannya pada ibunya.

"Bibi!! Lihatlah Rama!! Dia tidak mau bermain denganku. Dia malah mengacuhkanku dan cuek padaku" seru gadis kecil itu dengan lantangnya.

"Rama kau tidak boleh begitu padanya, nak. Lusi hanya ingin bermain denganmu" Amelya-ibu Rama pun berbicara dengan lantang dari lantai bawah.

"Aku bukannya tidak mau, bu. Hanya saja aku sedang belajar" Rama menjawab nada datar dan cuek.

"Aish. Anak itu. Tinggalkan pekerjaan rumahmu! Kamu ini, ujian sekolah sudah usai. Dan kau masih saja terus belajar. Apa kau tidak lelah?" Seru Amelya-ibu Rama sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar Rama. Diiringi gadis kecil dibelakangnya.

"Ayolah Rama. Lusi hanya ingin bermain denganmu. Bermainlah sebentar" kata Amelya-ibu Rama dengan kepala disandarkan pada tiang pintu dan tangan kiri berkacak pada pinggangnya.

"Hahh.. baiklah" dengan helaan nafas Ramapun turun dari kursi belajarnya dan menuruti pinta ibunya yang sebenarnya tidak ingin ia turuti.

Ditengah hujan yang agak lebat Rama hanya terdiam menontoni Lusi yang sedari tadi berlarian kesana kemari dihalaman belakang rumah Rama dengan riangnya.

Tak lama setelah bermain ditengah hujan. Rama demam tinggi dan itu sesuatu yang paling tidak ingin ia alami. Karena dengan sakit, Rama tidak bisa belajar dan itu membuang-buang waktu berharganya.

Itu semua gara-gara si gadis kecil yang terus mengajaknya bermain ditengah hujan yang lumayan lebat.

------------------------------------------------------

Sesaat wajahku terkejut tatkala melihat Lusi dan Aulia-ibunya Lusi berkunjung ke rumah. Dan aku agak terpolongo karenanya. Akupun tak bergeming sama sekali.

"Sudah lama sekali.. Rama" kata Lusi sembari ia tersenyun manis kepadaku.

Oh Tuhan, apakah dia Lusi si gadis kecil menyebalkan itu? Kini dia menjadi gadis cantik dan dewasa.

Akupun turun untuk makan malam ditemani ibuku, Lusi dan tante Aulia-ibu Lusi. Tak ada pembicaraan yang spesial hanya menanyakan kabar dan bagaimana sekolah juga keluargaku disini sejak lima tahun yang lalu kami berpindah kesini. Dan kepindahan keluargaku itu melegakkan karena aku tidak harus berdekatan dengan komplek si gadis cerewet dan bawel.

Sekarangpun aku terkejut dengan kedatangan dia dan tante Aulia-ibu Lusi, bukan karena terpana melihat Lusi yang sangat cantik dan terlihat dewasa. Itu karena aku meras risih dengan adanya dia dan ibunya sebab rumah ini tidak akan sepi lagi dengan adanya dua penambah kebisingan dirumah ini dan itu menjadi tiga kebisingan. Yaitu ibuku, Lusi dan tante Aulia-ibu Lusi. Itu membuat keheningan yang aku jaga baik-baik menjadi terganggu karenanya.

Ah, gendang telingaku berdengung karena kebisingan ini.

"Aku selesai makan" suaraku memecah kebisingan. Akupun beranjak dari meja makan dan naik ke atas untuk kembali ke kamarku.

Namun, saat aku berada ditengah tangga ibuku memanggil. "Rama, mau kemana, nak? Temani Lusi berbincang. Kaliankan sudah lama tidak bertemu."

Kami memang sudah lima tahun tidak bertemu dan aku tidak peduli dengannya, itu membuang-buang waktuku.

Demi apapun! Aku tidak mau berbincang dengannya.

"Baiklah." Jawabku dengan datar dan cuek.
Demi Tuhan! Mulutku tidak bisa aku jaga dengan baik, batinku.

Sementara ibuku dan tante Aulia-ibu Lusi berbincang diruang tamu. Sedangkan, aku mengajak Lusi pergi ke teras atap rumah kami.

Hah, sebenarnya aku malas mengajaknya kemari.

Bersambung...

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

-Annyeong(^O^)/(^O^)/

Hufffttt,, tertanya melelahkan juga membuat cerita seperti ini:(

Maafkan aku semua, aku buat ceritanya aneh begini? Absurd ya? Gak nyambung ya? Ngebosenin ya? Pendek ya?
Aishh.. aku udah tauuu(╥﹏╥)
Tapi aku akan berjuang buat yg terbaik kok. Maafkan aku teman-teman. Maklum yaa, ini novel pertamaku. Aku ketiknya dihp pula nggak pake komputer/laptop karena gk punya:"
Makanya aku edit-edit tulisanpun sebisanya dan seadanya. Ceritanya juga pendek kaya gini karena kemampuanku nggk mencukupi, huhuu(╥﹏╥)

Tapi tetap aja, aku butuh banget DUKUNGAN, KOMEN, DAN VOTE KALIAN!!!!!(≧∇≦)/(≧∇≦)/
Karena tanpa kalian aku gak bisa apa2(╥﹏╥)
Makasih banget buat kalian yang nyempetin baca novel absurd ini dan makasih buat dukungannya💜💜

-salam author💜💜

-Gumawo(^_^)

Love Of LifeWhere stories live. Discover now