Chapter 4

1.4K 184 28
                                    

Gambar diatas untuk rumah Tony

"Sudah kau coba hubungi lagi?" Wanda mengaduk kopinya dan menarik bangku untuk duduk semeja dengan Peggy yang sedari tadi memasang wajah khawatir.

"Kemarin sore, aku hanya mendapatkan kabar darinya kalau dia sudah sampai bandara dan akan menuju hotel. Dan sampai sekarang belum ku dapatkan kabar lagi darinya!" Peggy galau.

"Untuk urusan yang cukup rumit pasti memang harus membutuhkan waktu. Kau harus terbiasa dengan ini Pegg, Seperti sebelumnya pernah kau lakukan. Aku yakin dia baik-baik saja dan akan segera menghubungimu!" Wanda mencoba menenangkan Peggy, tapi bagaimana pun, perasaan Peggy tetap merasa tidak enak dia selalu mengelak mungkin ini effek dia sehabis di lamar kekasihnya itu kemarin.

"lantas kapan rencana kalian untuk membicakan hal itu selanjutnya?" lirik wanda pada cincin yang melingkar di jari manis Peggy. Peggy menyambutnya dengan tersenyum.

"I dont know Wanda, tapi aku seperti bermimpi tentang hal kemarin, aku tidak bermaksud untuk meyinggungnya saat membicarakan kau dan Vision. Begitu saja saat kami mulai ingin berpisah di bandara Steve memintaku!" jelasnya sambil mengenang dan memegang cincinnya. "Dan dia berjanji akan membicarakan selanjutnya tentang ini semua saat dia kembali dalam 2 pekan!" Peggy melingkarkan senyumnya.

"Kau akan mendapatkan kebahagiaanmu yang sesengguhnya bersama Steve secepat mungkin, bersabarlah." Wanda mengelus tangan Peggy penuh perhatian.
.
.
.
.

Seperti yang sudah dijanjikan, hari ini Tony sudah membuat ijin tidak masuk bekerja karena untuk mengantar Steve melapor pada polisi. Tony sudah cukup siap dan hanya tinggal sarapan dan berangkat, tetapi Steve yang di tunggunya belum juga turun dari kamarnya. Tony sebetulnya merasa tak enak harus membangunkannya tapi bagaimanapun dia tak ingin setelah mengorbankan liburnya ini malah menjadi sia-sia hanya karena Steve kesiangan. Tony menyingsingkan bibirnya dan segera naik ke atas kamar Steve.

Knock.. Knock.. Knock...

Tony sudah berdiri di depan kamar Steve sambi mengetuk pintu kamar Steve.

"Hi Steve.. Jam berapa sekarang, bangunlah kita akan telat." Tony menegurnya. Setelah itu tak terdengar balasan apapun dari Steve, lantas Tony memutuskan untuk kembali ke bawah tetapi Steve masih belum juga datang.

"Wah orang ini tidurnya benar-benar seperti orang mati!" kesal Tony dan memutuskan untuk kembali membangunkan Steve.

"Hey Steve... Apa kau tak cukup tidur semalam? Aku harap kau dengar meski kau masih berada di balik selimutmu. Cepatlah bangun, mandi dan ganti baju mu segeralah turun karena aku tak banyak waktu untuk ini!" Tony kesal dengan nada agak lantang. Masih tak terdengar suara apapun dari kamar, Tony pun membuka kamar itu secara sepihak.

"Steve?" yang dicari sudah tak ada. Tony menelusuri kamar Steve untuk mencari orang itu tapi tak ketemu. Dimana dia? Tony seketika berfikir apa dia dikamar mandi dan ia keluar dari kamar Steve dan mengetuk pintu kamar mandi tapi tak terdengar suara apapun di dalam sana.

"Steve... Are you there?" Tony mengetuk tak ada jawaban sama sekali. "Steve?" Tony mengecek gagang kamar mandi tapi ternyata posisinya terkunci. Tony mulai panik karena Steve masih tak menjawab sedangkan pintu terkunci dari dalam.
"Steve are you alright? Steve please answer me!" Tony mengoyang-goyangkan gagang pintu. Tony merasa tak yakin dengan hal ini dia pun mendobrak pintu kamar mandi.

"STEVE....! " yang dilihatnya pun sudah tergeletak dibawah dengan kondisi tak memakai apapun. Tony terlihat bingung sempat dia bertingkat aneh kesana kemari ingin menolong tapi Steve telanjang tanpa memakai sehelai benang pun.

"Hey kau bangunlah... Hey Steve... Bangun!" Tony menepuk nepuk pipi Steve. Kemudian dia mencoba memeriksa denyut nadi Steve di leher Steve tetapi masih menunjukan tanda-tanda kalau Steve hanya pingsan...

HOMEWhere stories live. Discover now