Chapter 3

1.3K 193 9
                                    

Tony terpaksa harus memberi kesempatan lagi kepada orang yang baru saja di tolongnya, kalau bukan karena dia sudah terjebak dalam situasi seperti ini takkan dia mau melakukan hal seperti ini dalam hidupnya. Dan dia pun heran kenapa mau membantu orang ini yang cukup menyebalkan baginya.

Mereka sudah sampai dirumah Tony yang terlihat begitu sederhana rumah peninggalan orang tua nya ini yang bernuansa klasik cukup terawat dengan baik oleh Tony.

Steve masuk dengan kemeja yang masih banyak bercak darah membuat Tony meresa terganggu.

"Kau duduk dulu disini!" Tony mengintruksi dan Steve hanya mengangguk. Tony segera naik ke atas kamarnya dan mengambil beberapa pakaian yang bisa digunakan oleh Steve tak lama Tony datang dengan membawa setumpuk baju.

"Sekarang kau mandi dulu dan baju baju ini untukmu agak sedikit longgar mungkin muat di badanmu!" Tony memberikan pada Steve.

"Thank you!" ucap Steve, namun ia masih duduk dan menatap Tony.

"What?" Tony bingung.

"Kamar mandinya?" Steve membalas.

"Di samping kamar mu!" Tony menyahut.

"Kamar ku?" Steve mengulang.

"ah-" nafasnya panjang sambil memutar mata. "Aku tunjukkan!" Tony mengajak Steve untuk menuju kamar tidurnya. Steve mengekor Tony.

"Here!" Tujuknya. "Kamarmu, dan sebelah sini kamar mandi! Kalau mau ke dapur dekat dengan ruang tivi, dimana ruang tivi satu ruangan lagi dari ruang tamu tadi. Cukup?"

"Yaa.. Sejauh ini jelas!" Steve menjawab sambil memutar matanya mengelilingi ruangan.

"Sudah selesai lihat-lihatnya? Sekarang cepatlah mandi ganti bajumu dan makan malam, aku akan menyiapkannya!" Tony merasa aneh mengatakan hal seperti itu tetapi tak ada halangan dalam hatinya.

"Apa ada lagi yang kau perlukan?" Tony meyakini.

"No. Thanks." Steve menjawab dengan datar. Tony hanya mengangkat kedua bahunya dan berlalu meninggalkan Steve yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

Tony bergegas ke dalam dapur sebelum memulai masak Tony sempat berdiri berfikir. 'Kenapa aku mau melakukakn ini untuk orang yang baru saja ku kenal, bahkan namanya saja aku tak tahu sampai aku yang memberikan nama untuknya, siapa orang itu sebenarnya, dan dia bilang tadi bukan berasal dari tempat ini dan hanya sekedar berkunjung untuk sebuah urusan, tapi dia siapa? Apa seorang mata-mata yang dibayar untuk memantau seseorang disini? Tapi siapa?' Gumam Tony dalam hati dan ia bertekad akan menanyakan semuanya pada orang itu siapakah dia sebenarnya dan apa tujuannya kesini.

Steve sudah datang dengan tubuh yang segar dan wangi meskipun masih banyak luka di wajahnya tetapi Steve masih terlihat menawan. Dia berjalan mengarah pada Tony yang sedang sibuk di dapur.

"Perlu bantuan?" Tawar Steve.

"Kau taruh saja dua gelas dan piring di meja makan!" Perintah Tony, Steve mengikuti.

"Kau hanya tinggal sendiri disini?" tanya sambil berdiri disamping Tony yang masih sibuk mengaduk sup yang sudah mau matang.

"Tadinya ya, sekarang malah dengan kau!" Balasnya judes namun masih tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Maaf jika aku membuatmu merasa tak nyaman, tapi aku juga bingung harus kemana dengan kondisi seperti ini. Terima kasih kau sudah mau menolongku, sampai mau menampungku disini!"

"Yaaa..tapi kau harus sadar itu semua terjadi sampai luka mu sembuh, dan ku harap takkan lama." Tony membalasnya. "Ok kau duduk di meja makan, makan malam sudah siap!" Tony menyuruhnya.

HOMEWhere stories live. Discover now