[1] - Pertemuan

215K 10.6K 581
                                    

Selamat membaca!

•••

  Alda melangkahkan kakinya menuju UKS dengan santai. Karena jam kosong, ia menjaga UKS sesuai dengan ketentuan yang berlaku disekolahnya. Ya, ketentuannya cukup berbeda dengan sekolah lainnya.

Alda membuka pintu perlahan, tidak ada seorangpun didalam ruangan tersebut.

Alda pun masuk dan karena tidak ada siswa ataupun siswi yang sedang sakit, ia memilih untuk merapikan perlengkapan yang berantakan daripada berdiam diri saja.

Cklek...

Terdengar suara pintu terbuka disusul dengan langkah kaki yang membuat Alda menoleh.

Alda cukup terkejut, sebab yang masuk ke dalam UKS tersebut adalah siswa dengan wajah babak belur.

Sekilas, Alda merasa takut. Tetapi, ia mencoba untuk bersikap biasa saja. Alda memerhatikan siswa —yang tampaknya adalah seniornya tersebut berjalan santai menuju tempat tidur dan duduk dipinggirnya.

Dengan segera, Alda mengambil handuk kecil dan wadah berisi air hangat untuk mengompres luka tersebut.

"Kak, itu lukanya dikompres dulu ya, baru diobatin." ucap Alda sambil menyerahkan wadah tersebut kepada seniornya.

Aidan menatapnya datar. "Kompresin." ucapnya dingin ketika melihat tanda-tnada Alda yang sepertinya ingin pergi— kabur lebih tepatnya.

"Tapi kak, saya mau pergi ke toilet." ucap Alda sedikit gugup, ia ingin kabur karena belum pernah mengobati siswa yang babak belur begitu. Dan jujur saja, Alda takut.

"Lo anggota PMR kan?" tanya Aidan tajam, sedangkan Alda hanya mengangguk kecil.

"Lakuin tugas lo." ucap Aidan yang membuat Alda semakin ketakutan.

Baiklah, sebaiknya Alda melakukan tugasnya daripada ia diadukan kepada pihak sekolah.

Tanpa aba-aba lagi, Alda memgambil wadah berisi air hangat tersebut lalu
mendekat ke arah Aidan. Dengan perlahan, Alda mengompres luka-luka yang berada di wajah Aidan.

Alda sendiri terlalu fokus sehingga ia tidak sadar bahwa sedari tadi Aidan memerhatikannya. Raut wajah Alda yang tampak datar padahal tangannya gemetaran kecil membuat Aidan sedikit terhibur.

"Selesai." Alda menjauh sambil bernapas lega, kemudian ia mengambil obat untuk mengobati luka tersebut.

"Ini kak, diolesin ke sekitar lukanya." ucap Alda sambil menyodorkan obat tersebut.

Aidan memiringkan kepalanya, menatap Alda. "Perlu gua ingatin lagi kalau disini lu petugas PMRnya?"

Alda menelan salivanya dengan susah payah, kemudian ia membuka obat tersebut dan mengoleskannya pada sekitar luka yang berada diwajah Aidan.

Aidan kembali memerhatikan— bukan, menikmati wajah Alda. Dan Alda? Sama sekali tidak sadar juga bahwa ia diperhatikan sejak tadi.

Setelah selesai mengobati, Alda merapikan peralatan yang digunakannya tadi.

"Kepala kakak sakit?" tanya Alda memastikan, siapa tau kepala Aidan juga terbentur atau dipukul? Entahlah.

Aidan hanya menggeleng sebagai jawaban. Ia masih setia memerhatikan Alda, dan kini Alda pun tersadar dan merasa risih.

"Kakak mau minum air putih? Atau teh?" tanya Alda lagi, sedari tadi ia memberanikan diri untuk berbicara. Berharap Aidan memberitahu apa yang diinginkannya dan berhenti menatap Alda.

"Air putih." jawabnya singkat. Dengan segera Alda mengambilkan segelas air untuk Aidan, tak lupa dengan sebuah sedotan agar memudahkan Aidan minum mengingat sudut bibirnya juga terluka.

"Nanti kalau mau tambah ambil aja disana." ucap Alda sambil menunjuk ke arah dispenser.
Kemudian ia beralih menatap Aidan.

"Saya permisi dulu kak."

Aidan mengangguk kecil, sedangkan Alda berjalan secepat mungkin meninggalkan ruangan tersebut.

Akhirnya Alda bisa kabur dari situasi yang tidak mengenakkan tersebut.

☾❤︎☽

Aidan memperhatikan Alda yang keluar ruangan dengan terburu-buru. Kemudian, sudut bibirnya terangkat.

Apa Alda takut padanya? Mengingat tingkah Alda begitu ia masuk ke ruangan tersebut, sepertinya benar.

Perlahan, Aidan mengambil gelas berisi air yang telah disediakan oleh Alda dan meminumnya.

Setelah habis, ia pun meninggalkan ruangan tersebut.

===============================

[28 Mei 2019]

REVISI
[7 September 2020]

POSSESSIVE [ PROSES REVISI ]Where stories live. Discover now