16. HAVE HER BACK

Start from the beginning
                                    

°

°

"Jadi, bagaimana? Apakah Anda sudah memutuskan?" tanya Ali saat keduanya selesai menyantap makan siang mereka. Hanya ada mereka berdua di sana. Ali maupun Bima memutuskan untuk tidak membawa asisten mereka masing-masing.

Bima menghela nafasnya sebelum angkat bicara. "Saya tidak tahu, kenapa Anda ngotot sekali menginginkan putri saya untuk putra Anda. Saya kira Anda tidak lupa dengan apa yang sudah putra Anda lakukan kepada putri saya," kata Arbima dengan tegas.

Ali mengulas senyum tipis saat mendengar kalimat yang dilontarkan Bima. "Sebelumnya, saya memang sadae akan kesalahan yang telah putra saya lakukan. Pastinya bukan hanya putri Anda yang merasakan sakit hati, Anda beserta anggota keluarga yang lain tentunya juga merasakan hal yang sama. Namun, putra saya telah menyesali kesalahannya dan berniat memperbaikinya. Sehingga ia meminta saya untuk melamar luna untuknya."

Bima mengangkat sebelah bibirnya. "Kenapa bukan putra Anda sendiri yang datang memintanya kepada saya? Bukankah dia seorang pria dewasa sekarang?" ucapnya mengejek.

"Dia tentu saja akan datang menemui Anda. Tentunya setelah Anda menyetujui lamaran ini," kata Ali tenang.

Bima merubah raut wajahnya menjadi datar. "Bagaimana bila saya menolak? Saya jelas tidak akan rela putri saya kembali kepada laki-laki tidak bertanggung jawab seperti putra Anda," ucapnya dingin. Ali sedikit merasa tersinggung di hatinya. Namun, tidak ada yang salah dengan perkataan Bima. Anaknya memang tidak bertanggung jawab saat itu.

"Anda jelas tahu, apa yang akan Anda alami apabila menolaknya," ujar Ali kemudian. Tatapannya sangat tenang membuat batin Bima menggeram.

"Apakah mengancam selalu menjadi jalan pintas bagi kalian? Di saat kalian tidak bisa mendapatkan sesuatu yang kalian inginkan?" Ali mengangguk dengan tegas. "Tentu saja. Apapun akan kami lakukan untuk mendapat semua keinginan kami." Tatapan Bima menajam. Berharap dengan tatapannya, membuat Ali mengerti bahwa ia sangat marah saat ini.

"Anda tinggal memilih, menyerahkan putri Anda kepada putra saya yang masih mencintainya, atau merelakan perusahaan Anda hancur dan membuat banyak orang mengalami kemiskinan. Tentu saja, Anda adalah orang yang tidak bisa melihat orang lain menderita, kan?"

°

°

°

"Luna, ada yang ingin ayah bicarakan dengan kamu." Perkataan Bima membuat Luna mengurungkan niatnya untuk berdiri. Ia kembali duduk di bangkunya dan menatap ayahnya dengan bingung. "Bicara apa, Yah?"

Semua orang yang berada di meja makan pun tetap pada posisinya.

"Ayah harap kamu tidak memotong ataupun mendebat perkataan ayah." Luna menganggukkan kepalanya.

Regan menghela nafasnya kasar. Ia tahu betul apa yang akan ayahnya bicarakan. Tapi, ia tidak bisa menghentikannya.

Bima terdiam sebentar sebelum mengutarakan maksudnya.

"Ayah ... akan menjodohkan kamu." Kedua mata Luna melebar saat ayahnya mengatakan hal itu.

"Ap-apa? Dijodohkan? Tapi-"

"Jangan memotong ucapan ayah!" sentak ayahnya membuat Luna terkejut. Ia menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Maaf, Yah."

"Ayah akan menjodohkan kamu dengan ...." Bima menghela nafasnya. "Alfa."

"HAH?!" jerit Luna refleks. Sedangkan Regan dan Silvya hanya bisa terdiam di tempatnya tanpa bisa mengatakan apa-apa. Keduanya sudah tahu perihal ini. Sebenarnya Silvya sempat menolaknya kemarin saat suaminya makan siang di rumah. Tapi, apa boleh buat. Ia hanya berharap Alfa tidak akan menyakiti putrinya untuk yang kedua kali.

"Tapi, ayah. Luna nggak mau-"

"Ayah tidak menerima penolakan. Keputusan ayah sudah bulat. Dan ayah harap kamu pun bisa berlapang dada untuk ini," ucap Bima memotong perkataan Luna. Luna hanya bisa menahan sakit di dadanya. Matanya berkaca-kaca. Jujur saja ia tidak berharap akan dijodohkan dengan Alfa. Walaupun dulu mereka pernah bertunangan, tapi setelah penghianatan yang dilakukan Alfa membuat sebuah trauma di hatinga muncul.

Ia bahkan sempat takut saat di dekati oleh laki-laki yang berkata menyukainya. Ia hanya takut terluka untuk kedua kalinya.

"Luna ... nggak mau, ayah. Ayah tahu sendiri apa yang sudah alfa lakukan kepada luna. Apakah ayah lupa dengan itu?" ucap Luna terisak. Ayahnya hanya diam. Luna menolehkan kepalanya ke arah sang bunda. "Bunda ... Luna nggak mau, Bun. Tolong bilang ke ayah. Luna nggak mau dijodohin, apalagi sama dia. Tolong, Bun." Luna tidak bisa menahan air matanya untuk tidak turun. Ia semakin terisak saat bundanya bahka tidak mau menatapnya. Luna menggoyangkan tangan sang bunda yang tengah ia genggam. "Bun..."

"Keputusan ayah sudah bulat. Tidak ada gunanya kamu menangis." Bima berdiri dan meninggalkan meja makan.

Silvy menatap ke arah anaknya dengan tatapan melasnya. "Turuti saja apa kata ayah, ya." Setelah mengatakan itu, Silvya pun beranjak menyusul suaminya. Hanya tersisa Regan yang terdiam dan Luna yang menangis. "Kakak ... tolongin Luna. Luna nggak mau..."

😭😭😭

Sampai sini dulu. Aku nggak tahu apakah part ini kena nggak ke hati kalian. Tapi, tolong kasih aku pendapat ya🙏

Terimakasih semuaaa

HAVE HER BACK (ALPHA's MINE)Where stories live. Discover now