Sweet Punishment

Mulai dari awal
                                    

"Dan aku adalah ayah kandungnya, Sonja!" potong lelaki itu. Tetap dengan nada bicaranya yang tenang namun lebih tajam dari biasanya. "Aku juga punya hak yang sama untuk menilai dan memutuskan pilihan hidup puteraku."

Kalimat suaminya membuat Sonja terdiam.

"Memang bukan hal yang mudah untuk diakui, tetapi baik aku maupun engkau tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk membimbing dan melindungi Ludwig dari kemampuan khususnya."

Sonja terlihat terguncang ketika suaminya menyebut-nyebut hal yang paling dia benci.

Friederich sudah lama menyadari bahwa sampai detik itu istrinya tidak pernah mau menerima kenyataan bahwa putera tunggal mereka berdua mewarisi kemampuan misterius yang dibawa oleh leluhur mereka. Sebagai warga negara yang patuh, segala hal berbau luar Plate adalah sesuatu yang tabu. Sonja bahkan memperlakukan kemampuan unik putera mereka sebagai penyakit.

Lelaki itu bukannya tidak memahami bagaimana kerasnya Sonja berjuang untuk hidup sebagai warga negara yang baik. Memiliki setengah darah orang Timur dari ayahnya, perempuan itu sering harus menghadapi pandangan menghakimi dari orang lain. Karena itu Sonja selalu mati-matian berusaha untuk membuktikan bahwa dirinya bukanlah imigran tak tahu diri—salah satu sebutan yang dituduhkan kepada perempuan itu.

"Rencananya Ludwig akan dicatat sebagai salah satu korban yang terluka parah dan harus dirawat di tempat kakakku. Berkat ledakan kekuatannya tempo hari, sebagian besar ingatan teman-teman sekolah akan dirinya jadi kurang jelas ... Dalam beberapa tahun, aku yakin tidak seorang pun di kota ini akan ada yang ingat akan sosoknya ketika bersekolah di situ."

Sonja terkesiap mendengar itu. Friederich menyadarinya.

Namun lelaki itu tetap meneruskan,"...Sebetulnya masih ada catatan akan dirinya di surat kabar lokal—dokumennya bisa ditemukan di perpustakaan kota, dan catatan akademis sekolah tetapi tidak banyak orang yang merasa perlu memeriksa tentang orang yang tidak mereka ingat keberadaannya, bukan?"

Friederich menyerahkan brosur sekolah swasta ketat yang mementingkan nilai akademis siswanya pada Sonja, lalu kembali menjelaskan, "Setelah ini, seperti yang sudah kuberitahukan padamu—kalau kau tidak ingat, persis sebelum kau mulai marah-marah tadi, Ludwig akan diberikan identitas baru yang tidak akan bisa dilacak kepada kita. Sekolahnya cukup bagus—kau seharusnya setuju dengan standar sekolah ini. Akomodasi akan ditanggung oleh organisasinya Nona Shu Lien Hwa."

"...Bagaimana dengan biaya sekolahnya? Pasti lebih mahal, kan?" tanya Sonja datar.

"Soal itu ... Ludwig, coba jelaskan pada ibumu?" panggil Friederich pada sosok remaja laki-laki yang sedari tadi hanya duduk diam menunggu walau berada satu ruangan dengan mereka.

Sonja memandang bingung kepada puteranya.

"...Aku mendapat beasiswa penuh," jawab remaja laki-laki itu pelan.

"Apa? Bagaimana bisa...—sejak kapan?!" berondong Sonja. Lalu perempuan itu menyadari sesuatu dan menoleh berang pada suaminya. "KAU...? Kau yang memberi ijin padanya untuk mengikuti ujian masuk untuk siswa pindahan?"

"Nilai putera kita cukup bagus untuk mendapatkan beasiswa penuh, seharusnya kau senang, Sonja!"

Friederich jarang mengkritik istrinya, selama ini dia selalu bimbang—antara pilihan mengikuti begitu saja kemauan Sonja atau mencegahnya. Namun sejak putera mereka menyampaikan keberatan akan perlakuan Sonja, dia tidak bisa lagi tinggal diam.

"Kau memang selalu ingin dia lebih menekuni bidang akademis saja, bukan?" tambah lelaki berambut pirang itu seraya mengembangkan senyumnya.

Sonja memang menginginkan puteranya menjauhi kegiatan fisik yang bisa berakibat pada kondisi 'penyakitnya' tetapi bila itu juga berarti dia harus berpisah dalam waktu lama dengannya... .

Right EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang