Sesak

8 1 0
                                    

Mendengar  namanya saja dadaku sudah terasa terhimpit.  Sakit ini tak jua mau pergi,  meski waktu sudah cukup lama bergulir. Kalau saja aku mampu menjadi orang  yang sadis,  manusia  yang tak berprikemanusiaan,  ingin rasanya kuhapus garis keturunan  dan kuakui semua hanya milikku.  Tapi sialnya aku terlalu tahu tata krama,  terlalu mengerti  kesopanan dan paham meski sedikit tentang agama.  Mau tak mau aku harus dengan ikhlas membiarkan semua sakit ini kuhadapi dengan berat.

"aku ingin bertemu mereka,  Mayda" lelaki dengan senyuman  yang menusuk hatiku itu berujar.

"itu hakmu,  aku tak pernah  melarangmu,  tapi tolong beritahu aku atau ibuku.  Jangan kamu jemput di tempat lain tanpa setahu aku dan ibuku. "

"mereka kan anak2ku juga,  kenapa mesti lapor segala,  kamu pikir aku pesakitan?" 

Aarg... Masih ego yang di kepalanya.

"kamu ngerti g sih?  Aku kerja,  mereka  aku titipkan pada ibuku, dan ibuku sudah tua.  Kalau anak telat pulang  sekolah kamu mau tanggung jawab  kalau darah tinggi  ibuku kambuh? "

Senyum sinisnya sungguh  menyebalkan.

" aku cuma ingin tahu dengan siapa mereka  pergi sepulang  sekolah,  bukan melarangnya. "

"  sudahlah,  kamu memang selalu curiga padaku.  Aku pergi sekarang,  Arun,  Naya,  ayo kita berangkat,  biarkan saja mamamu yang egois ini. "

Ingin rasanya aku menampar mulut sialan itu,  tp tatapan bingung  dua bocahku menghentikan niatku.

Kuusap lembut rambut kedua bocah tanpa dosa itu.
Mereka serentak  memelukku.

" jangan nakal ya,  nurut sama mpah.  Yah,  mama bobo sendiri deh hari ini"

"Besok kan Naya pulang ma,  mama peluk boneka Doraemon  aja klo bobo ya,  biar berasa peluk Naya" gadis kecil itu berujar manja di pelukan ku.  Aku cubit gemas pipinya.

" Arun,  jaga dede mu ya" Arun menggangguk.  Lelaki muda ini memang tak terlalu suka mengekspresikan hatinya dengan kata2.  Tapi aku paham apa yang dipikirkannya.

Mereka pun berlalu dengan senyuman di wajah.  Aku tersenyum meski ada sedikit kekhawatiran terbersit di hati.  Akankah dia berulah yang tak seharusnya pada dua buah hatiku?  Aah,  ku tepis pikiran sesat itu. Aku harus mencoba percaya.

Setelah sekian lama tiba2 saja Dia datang untuk membawa kedua anakku,  aku lebih suka berucap  begitu ketimbang kata anak kami,  untuk jalan-jalan  katanya.  Apa benar dia rindu anaknya?  Atau hanya sekedar gimik biar bisa dibilang ayah yg baik?  Trus dimana dia selama  ini?  Setelah  bertahun2 aku berjuang  menghidupi mereka,  diantara bayang2 kata2nya yang menyakitkan.

"Kamu tuh bakal mati Mayda karena hidup tanpa aku. Apa yang kamu bisa selain sembunyi di balik ketiak orang tuamu?  Tak ada.  Kamu cuma sampah yg terlalu egois dan sok berharga diri. "

Aaah... Luka itu kembali menganga. Mengapa  Dia harus datang lagi setelah  sejuta usahaku melupakannya? Setelah segala cara aku memaafkan dan berdamai dgn tingkahnya?

TRIIIING..

R: Tok.. Tok.. Tok...
R: ga lagi mandi kan?

M: 😁
R: sudah makan beb?
M: Beb??
M: aku g punya bebek
R: wkwkwk
R:lebih enak ketimbang  Say... Ur,  lebih bergizi 😜
M:  🤣🤣🤣🤣

M: lagi apa bang?
R: Lagi mikir
M: mikir apa?  Serius kayaknya
R: mikirin kamu
M: aiih... 😍😍
R: 😁..
R: lagi ngapain  beb
M: biasa,  nungguin
R: Nungguin apa?
M: nungguin gembelan kamu
R: 🤣🤣🤣🤣
R: ngarep ternyata
M: wkwkwk

M:bang
R:.. Paan
M: bang
R: apa,  beb??
M: tuuuut
R: 😱😱😱
M: 😁😁 request lagu itu ya,  bete
R: bah... Bebebku bete,  alamat konser semalaman
M: ya bang,  yaaa..
R: ya,  bebebku, dah jangan bete.. Otw yaaa
M: 😘😘
R: aiih dapat tipok
M: depe biar keren oc nya 😁
R: 😍😍😍 uuummmmmaaccch  😘😘😘

Serta merta kesal dan bayang Dia seakan tersapu angin menyisakan dentuman kecil tak beraturan di hati

Langsung vote ajalah 😜😜😜

BaperWhere stories live. Discover now