#1 | Human No. 100.

18.5K 1.7K 201
                                    

Seorang anak lelaki tanpa nama berjalan tak tahu arah menyusuri gang sempit di daerah Toronto, Kanada.

Pakaian yang kumuh, wajah yang pucat, rambut yang berantakan membuat penampilannya sangat mengerikan jika dipandang.

Anak lelaki yang malang itu sudah 2 hari tidak menelan sesuatu untuk menambah energinya sebagai penyambung hidup.

Malam ini, anak lelaki itu terduduk di tanah yang lembab akibat salju yang perlahan mulai turun. Menyandarkan dirinya di dekat tong sampah disebuah gang sempit yang gelap. Ia terus memegang perutnya sambil sesekali meringis kesakitan akibat lambung yang kosong.

"Hey, tak apa, nak?" Tanya seorang pria yang memakai winter coat hitam dengan bulu-bulu yang menghias lehernya.

'Sepertinya hangat kalau pakai baju seperti itu. Pasti mahal.' Ujar anak lelaki itu didalam hati, sembari memperhatikan pria tinggi didepannya.

Anak lelaki itu mengangguk sambil terus menekan-nekan perutnya yang sangat terasa sakit, ia sampai menekuk lutut dan menggigit bibir bawahnya, meringis, untuk menahan rasa sakit.

Pria tadi mencoba untuk membantu anak lelaki itu berdiri dan menuntunnya berjalan kedalam kafe terdekat.

Sesampainya didalam kafe, ia memesankan anak lelaki tersebut sepiring nasi dengan sepotong daging ditemani air putih hangat. Ia juga menyampirkan winter coat nya dipunggung anak lelaki itu.

"Nak, dirimu tampak sangat pucat. Makan lah dulu," Ucap pria yang sepertinya adalah orang asia ini kepada anak lelaki itu.

Awalnya anak lelaki itu diam memperhatikan makanan didepannya, dan ia enggan untuk menyentuh meja itu sedikitpun. Namun ketika ia melirik kearah pria itu dan pria itu tersenyum hangat, ia langsung tersenyum dan menyambar garpu serta sendok dan memakan lahap makanan yang ada didepannya.

"Jadi, errrㅡNak, siapa namamu?" Pria itu bertanya pada anak lelaki yang tengah asyik memotong daging.

"Lee Minhyung." Jawabnya sebentar lalu menyuapkan sepotong daging kedalam mulutnya, disusul dengan sesendok nasi munjung.

"Namamu seperti orang Korea, kau bukan asli orang Kanada?" Tanya pria itu lagi.

Anak lelaki itu tampak berfikir sejenak, lalu dia menggeleng dan menaikkan bahunya. "Aku lupa." Katanya.

Pria itu membuang nafas kasar lalu tersenyum, "Cepat habiskan makanannya lalu kita pulang, Minhyung." Kata pria itu sembari mengelus puncak kepala Minhyung.

Dengan suapan terakhir, Minhyung mengambil air dan meneguk airnya sampai habis. Lalu ia berdiri dan membungkuk 90° kepada pria itu. "Terimakasih paman! Aku berhutang budi padamu. Semoga dikemudian hari, aku akan menyelamatkanmu dan membalas kebaikanmu!" Ujarnya sembari tersenyum.

"Baiklah sekarang mari kita pulang. Bisakah tunjukkan alamat rumahmu padaku?" Tanya pria itu. Namun tak disangka, Minhyung hanya menggeleng dan menundukkan pandangannya. "Aku yatim piatu, paman. Panti asuhan juga mengusirkuㅡ tidak, maksudku, mengusir kami semua." Jawabnya sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Tidak punya rumah? Berarti tinggal dijalanan ya?" Tanya si pria, dan Minhyung mengangguk.

"Apakah kau mau tinggal bersamaku?" Tawar pria itu pada Minhyung, awalnya Minhyung shock mendengar permintaan itu. Tetapi setelah berulang kali ditawarkan, akhirnya Minhyung menyetujui untuk tinggal bersama paman itu.

.     .     .

"Ini Apartemen, maaf kecil." Pria itu masuk dan menekan kontak lampu sehingga Apartemennya terlihat jelas. Apartemen berwarna putih tulang dengan prabotan minim, terkesan elegan namun tidak terlalu tampak kosong.

SuperhumanOù les histoires vivent. Découvrez maintenant