"Hai?"

Taeyong terbelalak melihat sosok yang berdiri diambang pintu. Namun ia segera berdehem lalu melirik wanita yang baru saja menyapanya, "Hai, Joy!"

"Masuklah bodoh." Bisik Joy pada Jaehyun yang malah mematung diambang pintu.

Menghela nafas, lelaki berlesung pipi itu melangkahkan kakinya kedalam ruang rawat Taeho. Ia menunduk sopan kepada sosok wanita yang setahunya bernama Bibi Moon lalu melirik anak lelaki kecil yang tengah sibuk melahap anggur.

"Sudah kuduga kau ada disini, Tae." Joy mengerucutkan bibirnya lalu menjatuhkan bahu tepat dihadapan Taeyong, "Aku mencarimu di ruanganmu, tapi kau tidak ada."

Taeyong mengangkat alis. Setahunya ia tak pernah memberitahu Joy jika Taeho masuk ke rumah sakit. Apa mungkin Jaehyun yang memberitahu sepupunya itu? Pikirnya.

"Ah, iya." Jawab Taeyong lalu menggaruk pelipisnya sejenak, "Aku tak ikut rapat jadi..."

"Iya, aku mendengar itu dari Paman Jung," potong Joy lalu mengusap bahu Taeyong, "Maafkan kelakuan Jaehyun, ya?"

Taeyong mengangguk pelan. Seharusnya ia yang meminta maaf kepada sosok itu. Jaehyun sudah menyelamatkannya dari si tua bangka pemilik Leon Grup, tapi ia malah menuduh pria itu mengurusi hidupnya.

Berbalik, Taeyong kembali terkejut saat melihat Jaehyun tengah bermain-main dengan Taeho. Bahkan ia bisa melihat anaknya tertawa hanya ketika Jaehyun mencoba menyuapinya dengan anggur.

Tapi sejak kapan dia menyukai anak-anak?

"Anakmu juga sangat tampan, Tae." Ucap Joy yang membuat Taeyong tersadar dari lamunan singkatnya. Ia hanya mengulas senyum tipis sembari memerhatikan Joy ikut bergabung bersama Jaehyun dan Bibi Moon.

Taeyong yang tadinya berniat untuk kembali ke kantor pun harus mengurungkan hal itu. Alhasil, ia kembali berjalan ke arah tempat tidur Taeho dan duduk di sofa yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat berkumpulnya orang-orang di sana.

"Appa!" Panggil Taeho yang membuat Taeyong refleks mendongak lalu tersenyum tipis sembari menatap anaknya.

"Hm?" Gumamnya lalu mengangkat alis, "Ada apa, Taeho-ya?"

"Apa aku boleh ke rumah Paman Jaehyun?"

Senyuman Taeyong sirna mendengar ucapan anaknya itu. Ia melirik Jaehyun sekilas, pandangan mereka bertemu beberapa saat sebelum sosok itu memutus kontak dan malah sibuk melahap buah-buahan milik anaknya.

"Tentu," jawab Taeyong dengan penuh keterpaksaan, "Tapi Taeho harus sembuh dulu."

"Yey! Terima kasih Appa!"

Taeyong membalas pekikan semangat anaknya dengan senyuman dan tatapan nanar.

Tidak nak, kau tidak boleh ke rumah Jaehyun.

Joy diam-diam memerhatikan Taeyong dan Jaehyun bergantian. Ada yang aneh, pikirnya. Meskipun keduanya sempat bercekcok didepan lift pagi tadi, tapi ia yakin suasananya tidak akan sedingin seperti saat ini. Apa mereka memiliki masalah lain?

"Sudah hampir jam makan siang, apa kau tak ingin kembali ke kantor Jaehyun-ah?" Tanya Joy pada sang sepupu.

Jaehyun menggeleng pelan, "Kalian kembalilah lebih dulu, aku masih ingin disini dan menunggu temanku." Ucapnya sedikit penuh penekanan pada kata 'temanku.'

"Temanmu? Siapa?" Joy mengangkat alisnya.

Pasalnya CEO muda itu tak pernah memiliki seorang teman dekat selain Johnny juga Doyoung, dan setahu Joy kedua orang itu sedang berada di luar kota.

"Yuta," jawab Jaehyun singkat lalu menatap Taeyong datar, "Ah iya, hasil rapat tadi ada diatas mejaku. Copy lalu berikan pada tuan Nakamoto."

"Ne," Taeyong menundukkan kepala sopan lalu beranjak dari posisi duduknya. "Ingin ikut denganku Joy?" Tawarnya.

Joy mengangguk, "Ya, aku ikut." Jawab wanita itu lalu kembali menatap Taeho, "Aku pergi dulu anak manis, cepat sembuh ya."

"Terima kasih, Bibi." Jawab Taeho dengan nada menggemaskan yang membuat Joy tak tahan untuk tak mencubit pelan pipi anak lelaki itu. "Annyeong!"

Taeyong dan Joy pun melangkah meninggalkan Taeho, Jaehyun juga Bibi Moon di ruangan itu.

Jaehyun mengamati dan menatap lekat punggung Taeyong bahkan hingga pintu ruangan rawat Taeho telah tertutup. Tanpa ia sadari Bibi Moon juga tengah memandanginya dengan seribu tanda tanya di kepalanya.

"Paman?"

Jaehyun tersentak saat Taeho menarik jas hitam yang ia kenakan, "Hm? Apa kau butuh sesuatu?"

Taeho mengangguk lucu sembari mengerucutkan bibirnya, "Aku ingin buah." Ucap anak lelaki itu.

Jaehyun yang memegang piring buah Taeho pun meraih garpu, lalu hendak menusuk buah-buahan itu. Tapi kemudian matanya membola saat sadar jika piring yang ia pegang telah kosong hingga suara dentingan aluminium dan keramik lah yang menggema.

"Kenapa buahnya bisa hilang?!" Pekik Jaehyun.

Bibi Moon berdehem pelan, "Tadi itu..." Ucapnya ragu, "Anda yang melahap semuanya, Tuan."

"Apa?!"

Sial, semua ini karenamu Lee Taeyong!





ㅡto be comtinued

ㅡto be comtinued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When We Meet | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang