Part 7

2.9K 160 21
                                    

#CATATAN_PELACUR_ASHITA
#PART_7
#JALAN_TAUBAT

====

Selepas salat, kutatap lamat-lamat punggung lelakiku dari belakang, ia begitu khusyuk berdoa. Kemudian aku angkat kedua tanganku, dan ikut berdoa.

“Hamba tak paham alasanMu membawa ketempat ini ya Rabb, jika lelaki ini adalah seseorang yang kauberikan pada hamba untuk mengusir sepi, maka biarlah cinta ini beradu. Jangan biarkan lukaku semakin dalam dan tersayat perih.”

Kedua belah tangannya kemudian mengusap wajah, lalu ia berbalik. Menatap wajahku yang belum juga mengering, sembab dan dia tahu aku terluka. Dia dekatkan tubuhnya, kemudian mengusap wajahku degan jemarinya.

“Kamu tahu Ashita?”

Aku menggeleng, entah kenapa malam ini air mataku tak kunjung henti.

“Aku menyukai dirimu yang dulu ceria, ambisius, menggoda, aku suka itu. Saat ini kau terlihat beda, ke mana dirimu yang dulu? Jangan mencintaiku Ashita, karena kau tak tahu siapa aku.”

Aku melengos, menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata, kemudian diam dalam beberapa saat. Lalu kutarik lengannya dan kucium punggung tangannya.

“Terima kasih Bang … maafkan Ashita yang terlalu berharap menjadi istri yang baik untuk Abang. Tapi … apa boleh Ashita meminta sesuatu?”

“Katakan.”

“Izinkan Ashita menjadi istri yang baik di mata Tuhan, karena Abang sudah mengangkat Ashita dari lembah hitam. Setidaknya izinkan aku menyelesaikan tugas ini. Jika suatu saat Abang sudah menemukan tambatan hati Abang, Ashita ikhlas.  Izinkan Ashita menjaga anak-anak juga Ibu, juga Abang … biarkan Ashita menikmati menjadi istri Abang, meski Abang tidak cinta, tidak apa-apa. Boleh ….?

Bang Rizal menarik napas dalam-dalam, “Abang nggak ingin kau semakin terluka Ashita, sebaiknya lupakan perasaanmu untuk Abang. Oh ya, kenapa kemarin uangnya tidak kaubawa? Kenapa?”

Aku diam, sebelum pergi ke Jakarta, aku memang tak membawa uang pemberian Bang Rizal, bagiku sebuah penghinaan jika aku mengambilnya. Pagi itu aku keluarkan semua uang pemberiannya kemudian keletakkan di atas ranjang, aku hanya mengambil uang satu juta rupiah untuk ongkos.

“Kenapa uang dari Abang tak pernah kaugunakan? Bukankah itu sudah menjadi hakmu? Ashita, jangan gunakan perasaan. Bekerjalah profesional.”

Lagi-lagi tersayat, Bang Rizal siapapun dirimu, aku salah telah menabur rasa di dalam hubungan ini. Bagaimana bisa kau membayar harga pada setiap kewajiban yang istri berikan padamu. Bagaimana bisa label Pendayang tak kau cabut dan hilangkan jauh-jauh. Sampai kapan kau menghinaku dengan cara lembut seperti ini. Siapa aku? Dari mana aku? Bertanyalah itu Bang, kemudian kau akan merasakan perih secara perlahan, seperti terhunus belati berkarat, tak kunjung sembuh lalu kemudian kau akan menyesali setiap ucapan yang kau katakan pagi ini.

Aku hiraukan pertanyaannya, kemudian bangkit. Melipat mukena yang terlihat masih usang,  membiarkan dia terus menatapku, lalu ia menarik lenganku dan mata kami saling beradu. Ia tatap sepasang mataku lamat-lamat, aku berkaca-kaca.

“Untuk apa kaukumpulkan uang itu? Bukankah kau wanita? Belilah apapun yang kauinginkan? Pakaian, perhiasan, apapun itu. Aku tinggalkan uangmu di lemari Ashita. Tolong jangan buat aku menjadi orang paling bersalah di dunia.”

Kau memang sudah salah Bang, Aku menarik napas dalam-dalam.

“Abang sepertinya belum paham siapa aku. Aku tak pernah gila dengan uang Bang, sejak dulu aku menjadi seorang pelacur, uangku selalu Mami yang pakai, aku tak tergiur dengan harta, aku tak tergiur dengan kemewahan, yang membuatku gila adalah kebebasan, dan Abang sudah memberikan itu. Aku berjanji Bang, mulai saat ini aku takkan menggunakan rasa, sedikitpun, Abang pakaialah tubuhku sepuas Abang butuh, aku akan beli semua gaun malam yang Abang suka, parfum, aku akan tetap menjadi pelacur di mata Abang. Tapi tolong, setelah ini usai. Jangan beritahu siapapun bahwa aku mantan pelacur, karena aku juga punya mimpi. Abang tak perlu khawatir, suatu saat semua uang itu akan kubawa.” Air mataku kering, mata Bang Rizal terbelalak, kulepaskan pegangan tangannya lalu berganti pakaian dan keluar kamar, meninggalkan Bang Rizal yang diam mematung di atas sajadah.

CATATAN PELACURWhere stories live. Discover now