1

93.9K 4.6K 274
                                    

Nama gue Tatjana, kebanyakan orang manggil gue Ana. Gue anak bungsu dari 3 bersaudara, Kakak gue dua-duanya laki-laki semua dan udah menikah. Tinggal lah gue anak bungsu, cewek.

Bokap dulunya pilot tapi udah pensiun dan sekarang buka perusahaan makanan beku yang terkenal.

Awalnya semua berjalan baik baik saja, tapi hancur begitu saja saat gue bangun tidur dan banyak perias pengantin udah berdiri di depan pintu. Suruhan bokap langsung jaga pintu kamar gue takut gue kabur, gue gangerti.

Tapi semua berubah waktu nama gue disebut dengan mic yang gue yakin kayak ijab qobul.

Ketika kata sah terdengar sampe ke telinga gue, entah kenapa air mata justru netes. Bukan air mata kebahagiaan, tapi kecewa. Gue tau gue jomblo, tapi dengan nikah paksa gini kenapa gue rasanya kayak gak laku ya? Dan gue juga gatau, siapa suami gue?

Air mata turun ke pipi waktu gue telpon Lula sahabat gue, dan waktu dia angkat telpon gue, gue cuma bisa gigit bibir buat nahan isakan yang mau keluar.

"Kenapa Na?.."

sekuat tenaga gue coba ngomong sejelas mungkin, "gue m--er-ied Lul"

"Hah? Ngigo lu ya!"

"Ga lul"

"Nikah gitu? Sama siapa?"

"Iya hiks hiks, namanya aja gue gatau,  tau-tau baru bangun tidur dikawinin.."

"Konyol banget sumpah!?? Jangan bercanda deh Naa, gue sampe lompat dari kasur nih saking kagetnya!"

"Bener Lula, gue serius hiks hiks, gimana nih.. kalo orang sekolah tau gue udah nikah gimana?.."

"Pokoknya Lo tenang aja gue otw kerumah Lo,"

"Akad nikah ga di rumah, dihotel."

"Gue otw pokoknya Serlok dari sekarang!"

"Lul,"

"Iya na?"

"Jangan jangan gue dinikahin sama dedemit jelmaan gendoruwo?"

Tinut .. tinut .. tinut

Sambungan telepon terputus justru malah membuat Ana sedih, dia mengelap beberapa kali air mata yang membasahi pipinya. Gagang pintu bergerak, disana tampak Salma dengan balutan baju kebaya emas tersenyum kearah Ana. "Keluar yuk, ijabnya udah selesai."

Ana menimang nimang cara apa yang terbaik untuk dia menyelamatkan diri dari pernikahan terkonyol sepanjang masa ini. Tapi melihat raut kesedihan dari wajah Ana, Salma menghampiri. "Ayah mungkin ada alasan mempercepat pernikahan kamu dengan Arkan," ucap halus Salma.

"Arkan? Siapa?"

"Suami kamu Ana, pilot juga loh seperti Ayah."

"Kenapa harus, .. om Pilot?"

Mata Ana terpancar kebencian tak kala melihat Arkan-- laki laki yang menjadi suaminya berdiri disebelah Ayahnya, berbalik dengan Arkan yang justru melihat Ana dengan mata takjub.

Kenapa Harus, MAS PILOT? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now