Mereka berjalan perlahan memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya sudah hadir banyak orang. Jinara mencengkram erat tangan sang bunda saat ia memasuki ruangan, nafasnya juga terlihat gugup, dan keringat dingin sudah mulai keluar dari tubuhnya. Minara mengelus perlahan tangan si bungsu untuk membantu meredakan kegugupannya.

Para tamu yang hadir langsung berdiri saat mereka memasuki ruangan. Jinara dapat melihat para sahabatnya, teman-teman kantor, bahkan tim kru saat ia bekerja di London pun hadir. Ia mengulum senyum ketika melihat banyaknya tamu yang hadir. Perasaan yang kini hadir rasanya asing namun menyenangkan. Rasa gugup yang awalnya ia rasakan perlahan memudar.

Mereka berjalan lurus ke depan dengan cahaya flash yang ada di samping kanan dan kiri. Bisik-bisik kagum pun terdengar dari berbagai penjuru. Jinara tiba-tiba menelan ludah gugup saat ia melihat di depannya sudah ada ayahnya yang duduk gagah, siap untuk menjadi seorang wali. Dan ia agak menunduk saat matanya tidak sengaja melihat seseorang yang ia kenal sudah duduk disana.

"Kita menemani kamu sama disini, kedepannya, melangkah lah sendiri. Maaf sudah egois selama ini." bisik Shaka. Ia kemudian menarik para saudaranya untuk menepi dan duduk di tempat yang sudah disediakan.

Minara menuntun si bungsu dengan mata yang berkaca-kaca, ia lalu mendudukkan Jinara di sebelah seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi suami sah sang anak. Minara menutupi kepala keduanya dengan sebuah kain putih. Ia pun bergabung dengan anak-anaknya yang lain di sisi samping sana sambil memperhatikan acara penting yang sebentar lagi akan dimulai. Ia agak memukul tangan Jay dan Key karena keduanya yang tidak bisa diam dan berebut tempat duduk.

Hanas selaku MC lantas mulai memulai acara. Acara pembukaan dibuka oleh Shaka yang membaca beberapa ayat suci Al-Qur'an. Acara pembukaan tengah disampaikan, namun Jinara terus mencuri pandang ke arah para kakaknya duduk. Wilnan yang peka akan hal itu langsung melemparkan senyuman untuk menyemangati sang adik. Karena ia tahu, jika si bungsu itu masih merasa tidak enak pada mereka berlima.

"Oke baiklah, nak Yuko, ulurkan tangan dan jabat tangan pria dewasa di hadapan mu ini..-"

Jinara semakin menarik nafas saat detik-detik momen mendebarkan akan terjadi. Ia melirik ke arah Yuko yang dengan mantap menjabat tangan Mingyu.

"Bismilah..-" ada beberapa panjatan doa yang diucapkan Ustadz Jakaria selaku bapak penghulu. Jinara mengikuti dalam diam dalam hati, dan juga ia memohon untuk kegugupannya berkurang.

"Bapak Mahendra, ikuti perkataan saya. Siap?"

"Siap." ucap Mahendra dengan suara agak bergetar. Ia tersenyum tipis ke arah sang anak dengan tatapan mata yang menyiratkan keikhlasan. Tatapan seorang ayah saat melepas putri kesayangannya yang telah dijaga sepenuh hati pada pria yang dirasa mampu menggantikan tugasnya.

"Ananda Yuko Nakamoto bin Yuta Nakamoto, saya nikahkan..-"

Mahendra menarik nafas terlebih dahulu, lalu mulai berkata, "Ananda Yuko Nakamoto bin Yuta Nakamoto, saya nikahkan..-"

"..- dan saya kawinkan engkau, dengan putri kandung saya..-"

"..-dan saya kawinkan engkau, dengan putri bungsu tercinta saya..-"

Semua hadirin langsung terharu mendengar Mahendra yang mengatakan hal itu, apalagi dengan suara tegas dan mantap membuat semua wanita mendadak jadi ingin dipinang. Minara kini sudah menangis dan Jay yang mulanya berniat menenangkan malah ikut menangis, terharu dan tak menyangka lebih tepatnya.

"...- Jinara Adipadhya Aksara binti Mahendra Pandu Aksara, dengan mas kawin, seperangkat alat sholat, emas 70 gram dan surat Ar-rahman, dibayar tunai"

Mahendra membuka mulutnya, "...- Jinara Adipadhya Aksara binti Mahendra Pandu Aksara, dengan mas kawin, seperangkat alat sholat, emas 70 gram dan surat Ar-rahman, dibayar tunai"

[✓] Kakak + Day6Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt