Rencana terselebung

7.7K 915 51
                                    

Jam di dinding menunjukkan tepat pukul 5 pagi. Seseorang tampak membuka pelan pintu kamar Jinara dan mengintip dengan memasukkan kepalanya ke dalam. Saat kedua mata rubahnya melihat tubuh Jinara yang masih terbungkus selimut di atas ranjang, sebuah senyuman lebar terbit di wajahnya. Seseorang yang ternyata Key itu membuka pintu kamar sang adik secara keseluruhan lalu masuk ke dalam dengan langkah yang seminimal mungkin tidak mengeluarkan suara.

Ia terkekeh saat sudah sampai di samping sang adik lalu diam-diam masuk ke dalam selimut dan memeluk Jinara dari samping.

"Jinara sayang, bangun yuk. Solat subuh dulu, sudah jam 5."

Jinara mengerang dalam tidurnya karena ia merasa terganggu. Apalagi, suara orang yang membangunkannya itu sedikit asing, mungkin karena Jinara terbiasa dibangunkan oleh Sakha. Tanpa membuka matanya, Jinara menggeserkan tubuhnya menjauh dari Key.

Namun, bukan Key namanya jika ia mudah menyerah. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada sang adik lalu mencubit pelan kedua pipi Jinara. "Jinara sayang, bangunnnnnnnnn dong~"

"Hmmmmmmmmmmmmmmm." balas Jinara sekenanya sembari dalam hati mempertanyakan siapakah gerangan seseorang yang berani menggangu tidurnya. Karena takut sekaligus penasaran, Jinara membuka matanya perlahan dan mengerjap untuk memfokuskan penglihatannya. Ia terdiam sejenak saat melihat sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan dengan segera ia berbalik. Alangkah terkejutnya ia saat matanya menangkap sosok Key ada di hadapannya dengan sebuah senyuman lebar tak berdosa. "Eh Jinara sudah bangun..."

"ASTAGHFIRULLAH, ABANGGGG."

"Halooo sayang, kuy solat subuh dulu, biar berkah." ucap Key genit yang lantas membuat Jinara seketika merasa merinding. Tak biasanya kakak tengahnya itu bersikap manis, juga mana mungkin saat pukul 5 pagi, seorang Key sudah berada di rumah padahal biasanya ia akan ada di rumah saat matahari terbit.

"kok melamun? Ayok bangun, solat dulu dong..."

Jinara menatap Key horror. Ia mencubit tangannya sendiri untuk membuktikan jika ia sedang bermimpi, namun sayangnya itu sakit dan malah makin membuatnya tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Dalam hati, ia bertanya-tanya, apakah kakaknya ini tidak salah makan? Atau habis terbentur sesuatu yang menyakitkan? Kenapa tingkahnya sangat mencurigakan sekali?

"Lagi halangan." jawab Jinara ketus setelah berhasil mengumpulkan kesadaran sembari berbalik badan membelakangi Key kembali.

"Gak boleh bohong loh sayang, emangnya dari kapan?"

"DARI KEMARIN!!!! ABANG PERGI GAK?? GANGGU AJAAAA. BANG SAKHAAAAAAAAAAAAA INI BANG KEY NYAAAAAAAAAAAA." Adu Jinara yang berteriak memanggil Shaka.

Key menggosok telinganya yang berdenging akibat teriakan Jinara barusan. Pantas saja kemarin marah-marah, lagi pms toh. Namun ia tak kehabisan akal dan mencoba membujuk Jinara sesuai pembagian tugas yang telah dilakukan kemarin malam.

"KEYANDRAAAAA? KAMU LAGI NGAPAIN?" Teriakan Sakha terdengar dari lantai satu yang berarti memberikan peringatan jika Key tidak boleh berbuat macam-macam.

"SANA PERGI ABANG IH."

BRUK

Key tersungkur terjatuh dari ranjang ketika sebuah tendangan menyapa punggungnya. Key mengusap dada sabar, jika bukan karena rencana mereka, akan ia balas tendangan adiknya itu.

Dengan tenaga yang tersisa, Key bangkit sembari memegang punggungnya yang berdenyut nyeri, lalu dengan sekali tarikan ia menarik kaki Jinara sampai sang adik yang mulanya hendak tidur langsung tersentak kaget dan melotot ke arah Key. "Kalau begitu, mandi dulu dong cantik."

"ASTAGHFIRULLAH, INI BARU JAM 5. NGAPAIN AKU MANDI SIH BANG? NTAR AJA." Ucap Jinara yang tidak bisa mengendalikan emosi.

"Eh, si cantik marah-marah. Cepet, mandi. Sudah ditunggu sama yang lain di bawah."

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now