Kehilangan Jinara

4.7K 690 75
                                    

Tetesan air hujan sedari tadi berjatuhan menyapa tanah dengan serentak. Pagi menjelang, namun sang mentari seakan enggan menampakkan dirinya. Awan gelap menutupi langit dan membuat orang-orang memilih berlindung dari derasnya hujan yang turun. Seolah-olah alam mengerti dengan keadaan hati Keluarga Aksara yang sedang berduka.

Mahendra terdiam sembari memperhatikan satu persatu air hujan yang turun dari balik jendela besar yang menghalanginya. Matanya terlihat kosong dan terlihat jejak air mata di sana. Wajahnya menggambarkan sebuah penderitaan dan penyesalan yang mendalam. Ruangan itu terasa hampa, yang terdengar hanyalah suara hujan deras dari luar. Ia tidak memperdulikan kaca yang sudah dipenuhi oleh embun, pikirannya melalang buana jauh memikirkan sesuatu.

Hidup Mahendra sudah hancur sekarang. Putri bungsunya, putri kesayangannya, putri yang menjadi obat rindunya pada Minara kini telah tiada. Jinara Adipadhya Aksara, ditemukan tewas dengan luka tusuk di perutnya. Ditemukan di jalan menuju puncak dan diperkirakan tewas pada pukul 9 malam. Dan polisi sudah membawa Jinara pulang tadi malam.

Mahendra hanya tidak bisa mempercayai hal ini. Baru saja kemarin ia melihat putrinya tersenyum dan terlihat bahagia. Namun sekarang, mungkin ia tidak akan pernah melihat senyum itu lagi. Senyum yang selalu menjadi penyemangat dalam bekerja, senyum yang selalu mengingatkannya pada satu sosok.

Permata indah nya telah hilang, telah lenyap dan tak akan pernah kembali lagi.

"Ayahhh." panggil Sakha dengan tatapan nanarnya, ia berdiri di ambang pintu dengan membawa semangkuk bubur hangat. Namun Mahendra tak bergerak dari tempatnya, ia hanya diam seolah-olah telinganya tuli.

"Jinara sudah datang, ia sudah selesai di autopsi." jelas Sakha, ia menyimpan mangkuk itu di atas meja dan kemudian menghampiri Mahendra. Ia menyentuh lengan Mahendra dan menatap wajahnya sendu. "Ayah?"

Mahendra tetap saja diam, membuat Sakha tersenyum miris. Hatinya ikut menangis melihat ayahnya yang sangat terpukul itu. Mahendra menahan semuanya sendiri, dan Sakha tidak bisa melakukan apa-apa. Karena disini, ia pun sama. Kehilangan adik yang sangat ia sayangi. Adik yang selama ini ia janjikan pada Minara untuk selalu dijaga. Nyatanya, Sakha mengingkarinya, mengingkari semua janji yang telah ia ikrarkan dulu. Ia tidak bisa menjaga Jinara. Naasnya, Jinara pergi dengan cara yang sama dengan kepergian Minara. Dan Sakha mengalami ini lagi untuk kedua kalinya, sebuah penyesalan dan kesedihan yang mendalam kembali memenuhi relung hati nya.

"Ayah.." Sakha menoleh ke sumber suara, namun Mahendra tetap tidak bergeming. Di sana ada Jay, yang tersenyum tipis seolah memberikan semangat secara diam-diam kepada Sakha. Namun, Sakha tau jika itu adalah senyum palsu. Jay tidak tersenyum, matanya sembab dan hidungnya memerah. Sejak tadi, si sulung Aksara itu terus menangis dan terus menunggu di depan kamar jenazah untuk menjemput Jinara.

Semenjak Jinara ditemukan, Jay adalah orang yang langsung lari keluar dan menemui para polisi. Ia bahkan rela menunggu tim forensik untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Sama seperti Sakha, Jay pun mengalami perasaan menyesal. Ia tidak bisa menjaga adiknya dengan benar dan ia merasa gagal menjadi seorang kakak. Ia bukan kakak yang baik, ia melanggar janjinya pada Minara untuk menjaga Jinara.

Jay masuk ke dalam dan rupanya di belakangnya mengekor Dava dan Key serta beberapa orang perawat yang mendorong sebuah ranjang dengan seseorang di atasnya. Tubuh itu ditutupi kain putih. Sakha tahu, itu tubuh Jinara. Tubuh tanpa nyawa yang merupakan adik bungsunya.

Wilnan kini belum sadarkan diri sejak semalam, setelah mendengar kabar bahwa Jinara tewas, ia langsung menangis meraung-raung kemudian pingsan.

Key pun tidak jauh berbeda, ia mungkin yang paling sedih di sini. Ia beberapa kali bergumam menyalahkan dirinya sendiri, karena akibat kecerobohannya Jinara hilang dan kejadian ini terjadi. Key bahkan hanya bisa melamun dan terus melamun, Sakha sempat khawatir akan terjadi sesuatu pada Key.

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now