Seperti dulu

4.4K 656 49
                                    

Jay dan Sakha saling menatap bingung sebelum akhirnya kembali melanjutkan obrolan mereka, di sisi lain, Dava pun terlihat sedang berpikir keras dengan laptop ada di pangkuannya, sedangkan Wilnan dan Key hanya terdiam untuk menunggu jawaban teka-teki dari Dava. Lain halnya dengan Jinara yang kini sudah tertidur pulas, mengabaikan kelima kakaknya yang pusing memecahkan teka-teki.

Setelah Jinara menceritakan kilas balik kematian Minara, mereka seolah tidak percaya. Sebab, MINARA MASIH HIDUP. CAMKAN, MASIH HIDUP. Ini terlalu tidak masuk akal. Banyak pertanyaan yang berseliweran di otak mereka. Apalagi otak kecil Jay yang sedari tadi tidak bisa menangkap apa isi penjelasan yang Jinara sampaikan.

"Di Jember kali, atau Jogjakarta.. Jayapura juga bisa kan?" Jay terus saja menyebutkan nama kota yang berasal dari huruf J. Sampai sampai ia search google untuk mencari negara dari huruf J juga.

"Kan sudah dibilang Abang, Japan alias Jepang." Ketus Dava yang sudah lelah menghadapi sikap Jay yang keras kepala dalam mempertahankan opininya.

"Heh, Lo bilang Jepang terus, emangnya bisa bahasa Jepang?" Jay mulai nyinyir membuat Dava langsung bungkam. "Inggris aja lo masih belepotan, belum khatam."

"Kalau Jepang mah, Bang Key juga jago. Kan tiap hari nonton film Jepang." celetuk Wilnan membuat Key terpicu.

"Halah, paling Key bisanya cuman ikeh ikeh kimochi.. kagak bisa yang lain." nyinyir Jay lagi membuat jiwa menghujat Key terpancing.

"Lahh, mending gue setidaknya ngerti. Daripada Abang. Ohayou sama Oyasumi aja kadang kebalik. Konyol." Balas Key tak mau kalah.

"Sudah sudah, kok malah bertengkar? kalian lupa kalau di sini aku bisa bahasa Jepang?" Lerai Sakha.

"LAHHH IYA, BIMA KAN BISA BAHASA JEPANG YAK." ucap Jay heboh sendiri.

"Iya lah, emangnya Abang, bisanya bahasa qalbu." celetuk Jinara yang tiba-tiba bergabung dalam obrolan. Ia merubah posisi tidurnya yang awalnya terlentang menjadi berbalik ke kanan. Setelah itu, ia kembali tertidur membuat para kakaknya terdiam bingung.

"Nyambung aja lo kadal Afrika." sambar Key namun sayangnya tidak dihiraukan oleh si bungsu.

"Sorry Sakha, I forget if you can speak Japanese." Jay mulai mengeluarkan kemampuan bahasa Inggrisnya.

Dava yang mendengar itu tidak mau kalah dan langsung membalas ucapan sang kakak, "stupid."

"Kok Dava bilang Bang Jay bodoh sih?" Tanya Sakha heran karena tidak ada angin tidak ada hujan, Dava tiba-tiba berbicara seperti itu.

"WHAT DO YOU MEAN? YOU SAY I AM STUPID?" Sewot Jay tak terima dan melotot lucu ke arah Dava yang sedang kelimpungan sendiri. "Nggak, bang, keceplosan barusan."

"Bang Jay pintar Inggris, Bang Sakha pintar Jepang, Dava pintar segalanya, Bang Key pintar apa?" Tanya Wilnan mengibarkan bendera perang pada sang kakak yang sedari tadi hanya diam tak membuat masalah.

"Pinter nyinyir." jawab Jay menjawab pertanyaan Wilnan dan secara tidak sadar jika ia pun sama nyinyir nya dengan Key.

"sama-sama nyinyir jangan saling mengejek, yah." Celetuk Wilnan saat ia merasa jika Key dan Jay akan terlibat dalam sebuah perdebatan.

"Hahh, gue masih gak nyangka asli..-" gumam Jay, kemudian memandang Sakha untuk mengirimkan sinyal dan bahasa isyarat, namun sayangnya Sakha sedang mode tidak peka karena ia tidak menyadari dengan sinyal yang dikirimkan oleh Jay.

"Berarti semua penyelidikan yang gue lakukan selama ini, benar. " ucap Dava tiba-tiba, membuat empat kepala langsung menoleh.

"Maksudnya?"

[✓] Kakak + Day6Where stories live. Discover now