03 : Chivalry Is Dead

1.2K 124 71
                                    

Setelah kira-kira dua jam ngambek dan menutup pintunya rapat-rapat meski Namjoon berkali-kali mengetuk pintunya, Jimin berakhir membuka pintu itu karena Sooyoung yang tiba-tiba datang. Gadis itu melompat dengan bersemangat dan mulai memeluk dan mengecup Jimin. Seperti yang sudah-sudah, Sooyoung benar-benar cantik dan menggemaskan.

Mereka berakhir duduk dan menonton siaran ulang drama tengah malam, membicarakan hal-hal acak mulai dari cat kuku baru gadis itu, sebuah iklan sereal, juga ujian akhir.

Lalu seseorang mengetuk pintu, Jimin berdebar, was-was dan malu secara bersamaan saat wajah Namjoon berputar dengan cepat dalam kepalanya. Mereka diam, Sooyoung untuk beberapa detik hanya menatap Jimin diam, merasa janggal karena kekasihnya bukan seseorang yang dapat membuat orang lain menunggu.

Jadi dengan perasaan penuh pengertian, berpikir bahwa Jimin mungkin saja lelah dan malas sekali hanya untuk berjalan dan membuka pintu, Sooyoung bangkit dengan semangat. Dia melangkah dengan mantap dan membuka pintu. Meninggalkan Jimin dengan pipi memerah dan jantung berdebar tidak normal. Dia benar-benar malu.

"Uh, hay! Aku, ini kamar Jimin, kan?"

Seseorang dihadapan Sooyoung adalah pria jangkung dengan bahu lebar. Wajahnya luar biasa, sempat membuat Sooyoung bengong dan berakhir diam kira-kira lima detik.

"Eh, iya. Ini kamarnya."

Pria itu tersenyum, bergumam 'bagus' lalu kembali berbicara.

"Aku Kim Seokjin, dokter dan teman Namjoon, kuharap kau tahu dia," Sooyoung mengangguk sambil tersenyum, lalu Seokjin kembali berbicara.

"Jadi harusnya kami menunggu Taehyung untuk kerumah sakit, tapi bocah itu tiba-tiba saja pergi dan kami nggak bisa menghubunginya. Jadi bisakah aku menitipkan pesan kalau-kalau dia kembali kemari?"

Jimin mendengar semuanya dari tempatnya duduk, kemudian setelah memastikan dirinya cukup waras untuk kembali menghadapi hal-hal gila, dia bangkit berdiri dan mulai menyusul Sooyoung yang masih berbicara pada Seokjin, seseorang yang Jimin pikir telah ia temui saat dia berada pada rumah Namjoon beberapa jam yang lalu.

"Terimakasih Nona?"

"Sooyoung, aku Sooyoung."

Mereka berjabat tangan saat Jimin sampai di depan pintu, begitu melihat Jimin juga berada disana, Seokjin melepaskan jabat tangan mereka kemudian dengan sumringah tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Jimin.

"Hay Jimin, kupikir kita sudah bertemu tadi. Maaf karena baru memperkenalkan diri sekarang. Aku Seokjin."

Jimin dengan kaku juga tersenyum malu-malu setelah mengingat bahwa dia baru saja membanting pintu depan Namjoon didepan wajah orang itu.

"Uh, aku Jimin. Senang bertemu denganmu." Katanya sembari menggaruk belakang leher. Pipinya terasa panas dan dia merasa bahwa keputusannya untuk melihat pria ini adalah salah.

"Jadi Jimin, tolong katakan pada Taehyung kami sudah berangkat duluan. Dia bisa menyusul dan menjemput kakaknya cepat-cepat sebelum Namjoon menggila." Seokjin terkekeh dengan renyah, itu adalah kekehan yang membuat siapapun yang melihatnya akan ikut terbawa suasana dan mulai tertawa. Sesuatu yang menular dengan mudahnya.

"Jadi Namjoon-ssi...."

Sooyoung celingukan, mencoba mengintip pada pintu kamar Namjoon yang tampak tertutup rapat.

"Ah, dia sudah di mobil, aku berhenti dulu untuk pamit pada kalian."

Dia mengangguk, kemudian mereka mengobrol barang dua menit sebelum kemundian Seokjin tersenyum dan melambai, berkata dia harus cepat-cepat menyusul Namjoon sebelum orang itu ngamuk jika ditinggal lebih lama.

MESS UPDove le storie prendono vita. Scoprilo ora