01 : Bertemu

2.1K 193 31
                                    

Jimin punya pacar, Park Soo Young namanya. Cantik dengan rambut coklat dan kaki jenjang. Mungkin karena tinggi badannya yang tak segera melampaui seratus delapan puluh senti, Jimin benar-benar punya obsesi tersendiri tentang punya pacar berkaki panjang.

Park Soo Young seumuran dengannya. Satu Universitas dengan prodi berbeda. Gadis cantik itu masuk fakultas pendidikan, dua gedung jaraknya dari program interior desain yang dia ambil.

Jimin itu populer. Terkenal karena katanya, dia terlihat begitu imut saat tersenyum dan jampir menghilangkan semua bagian matanya. Dibalik tubuh berotot miliknya, lagi-lagi katanya, Park Jimin punya seribu pesona keimutan tak terduga.

Kalau tidak salah, itu juga alasan bagaimana Park Soo Young bisa berkencan dengannya.

Itu tahun kedua, mereka yang bergabung di klub menari sedang menjamu anak baru. Minum-minum seperti anak muda kebanyakan. Lalu saat pertengahan acara, gadis cantik yang belakangan memang suka main mata dengannya itu menyeretnya keluar. Berdiri tepat di pintu belakang bar, tanpa aba-aba menciumnya setelah berguman tentang bagaimana imutnya senyum Jimin.

Tentu saja, Park Jimin, pria normal berusia dua puluh tahun tidak akan menolak saat seorang wanita cantik sedang menyedot mulutnya bersemangat.

Mulai malam itu, mereka berkencan.

Sudah tiga bulan, si cantik dan berkaki jenjang Soo Young masih bersedia bergelendot manja pada lengan Jimin. Masih mau menunggui dia menyelesaikan gambar-gambarnya. Masih dengan tidak malu mencium pipinya di depan orang-orang.

Jimin itu sebenarnya pemalu. Seperti saat Soo Young mencium pipinya di depan anak-anak klub menari misalnya, wajahnya akan memerah sampai telinga, lalu dengan gelagapan akan menutupi wajahnya selama kelas berlangsung. Lagi-lagi, julukan pria imut melekat kuat sampai ke sumsum tulang belakang padanya.

Lalu saat itu, tepat sebelum ujian tengah semester berakhir, Soo Young tengah menggandeng tangannya sembari berceloteh saat mengantarnya pulang. Ini sedikit memalukan, tapi Soo Young lebih sering mengantar Jimin kembali pada flatnya ketimbang sebaliknya. Dia sedang berusaha membuka kunci kamarnya saat suara barang berjatuhan secara bar-bar muncul dari flat tetangga yang pintunya terbuka.

Jimin ragu-ragu mengintip, mendapati pria dengan tangan kanan di gips tengah mengaduh sembari memegangi jempol kakinya.

"Permisi.. anu.." Jimin mengetuk pintu, lalu si pria dengan gips di tangan kanannya itu menoleh cepat. Pria itu tersenyum, dengan ceroboh lagi-lagi menendang kardus miliknya saat mencoba berjalan mendekati mereka.

"Uh, hai! Maaf untuk ribut-ributnya. Aku benar-benar ceroboh." Katanya, senyum di pipi pria itu masih muncul, ada lesung di masing-masing pipi dan Jimin tidak berkedip untuk beberapa saat.

"Uh, aku Namjoon. Namjoon Kim, aku akan jadi tetangga baru kalian, kurasa." Namjoon melirik Jimin dan pacarnya bergantian, lalu dengan cepat Soo Young menjawab.

"Oh, Nggak! Kami nggak tinggal bersama. Jimin tinggal tepat disampingmu." Katanya, lalu terkekeh melihat Namjoon yang tampak menyesal.

"Uh, hai, Jimin?"

"ABANG!"

saat itu Namjoon sedang mengulurukan satu tangannya yang sehat pada Jimin, baru saja dibalas dan tangan mereka masih bertautan. Suara itu muncul dari pria lain yang memiliki rambut nyentrik. Warna rambutnya lavender dan dia punya tiga anting-anting di telinga kanannya.

"Aku hanya meninggalkanmu sepuluh menit. Apa yang abang lakukan? apa abang menghancurkan unit tetangga?!" Namjoon melepaskan tangan Jimin, memukul pria lavender itu dengan tangannya yang bebas.

MESS UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang