04 : Getah Pohon Akasia

843 77 18
                                    

Setelah kejadian memalukan (yang bisa tiap malam Jimin pikirkan) Namjoon tak terlihat dimanapun. Jimin bukannya mengharapkan sesuatu atau apa, tapi mendapati bahwa tetangga barunya menghilang begitu saja setelah mereka melakukan hal gila bersama, itu benar-benar mengusiknya.

Itu adalah sesuatu seperti pikiran bahwa Jimin mungkin tidak sebaik itu, mungkin dia sangat payah dan Namjoon menyesal. Itu membuat sesuatu dalam diri Jimin terasa berat, dia dipenuhi perasaan malu, jengkel, menyesal dan sedih. Sangat buruk, Jimin merasa bahwa dia telah dicampakkan meski nyatanya, tidak ada sesuatu yang telah mereka mulai sebelumnya. 

Dia hanya menggoda. Tetangga barunya hanya bermain-main dengannya.

Dia telah berselingkuh dari kekasihnya dan itu salah, tapi sesuatu yang membuatnya merasa benar-benar buruk adalah karena sesuatu yang mengganggunya bukanlah hal itu. Sesuatu yang mengganggunya adalah Namjoon. Bagaimana pria itu meninggalkan dia, dan bagaimana Jimin tetap merindukannya.

Seminggu. Hari ini tepat seminggu unit disampingnya tidak menunjukkan lampu yang menyala atau suara bising lainnya. Jimin membawa dua kantong besar belanjaan, berakhir kalap membeli segala macam makanan dengan perisa coklat dan sesuatu seperti buku gambar dan pensil warna. Dia sudah mengerjakan tugas akhir semesternya dan dia menjadi lebih dan lebih kesepian, Sooyoung melakukan magang pada salah satu sekolah dasar dan karenanya dia semakin sering merasa sendirian. Jimin meletakkan satu kantong belanjanya, menyandarkan blastik itu pada tembok samping pintu. Merogoh jaketnya, dia tak bisa menghentikan matanya dari melirik unit kosong yang terlihat gelap. Dari sela-sela pintu tak terlihat cahaya, pun memang selama seminggu ini Jimin tak merasakan adanya kehidupan disana.

Membuka pintu dengan kakinya, Jimin menyeret kantong belanjaan masuk bersamaan dengan dering pada ponselnya. Berhasil membawa dua kantong besar itu pada samping kulkas, seseorang yang berada pada panggilan adalah Soobin, juniornya pada klub menari.

"Kak, senior Park mencarimu, tuh. Dia kelihatan stress sekali." Katanya sembari ngos-ngosan. Suara lagu yang sebelumnya bising, perlahan-lahan terdengar seperti bisikan-bisikan lirih.

"Kak, kau masih disana?"

"Oh, ya, ya. Apa dia mengatakan sesuatu?"

Untuk beberapa saat yang Jimin dengar adalah suara tegakan Soobin yang diakhiri dengan helaan napas lega. Lalu setelah beberapa iya, kalian pulang dulu saja yang Soobin berikan pada teman-temannya, anak itu melanjutkan kalimatnya.

"Ya, katanya kakak bisa dapat A+ untuk tugas akhir profesor Kim, itu kalau dalam lima belas menit kakak sudah punya desain baru untuk open house sore ini." 

Tidak banyak yang Soobin dengar selanjutnya. Sesuatu di balik panggilan adalah suara benda berjatuhan dan pintu yang dibanting, untuk lima belas hitungan acak yang Soobin lakukan, Jimin membalasnya ucapannya dengan ngos-ngosan.

"Kau benar-benar akan mati kalau mengerjaiku lagi." Lalu panggilan ditutup. Memasang drafting tube pada punggungnya, Jimin berlari menuruni tangga. Beberapakali hampir mati terjerembab dan menerima protes berisik dari beberapa orang, Jimin akhirnya tiba pada depan ruangan Profesor Kim. Mengusap peluh pada dahi dan lehernya, berjingkat dan melompat-lompat sambil menggigit bibirnya, Jimin akhirnya mengetuk pintu.

"Profesor, ini Park Jimin."

Jantungnya berdebar sekali, mual-mual karena lelah dan gugup dalam waktu yang bersamaan. Saat suara di balik pintu menyapa dia dengan ramah, meminta Jimin masuk pada pintu yang tidak dikunci, dari skala satu sampai sepuluh degupan jantungnya meningkat menjadi sembilan belas. Hampir mencelos dan keluar melalui tenggorokan.

"Jimin! Aku menyuruh Jisung menghubungimu tadi, desainnya tidak bisa dieksekusi karena klaim plagiarisasi. Dia pasti sangat marah." Bagaimana Profesor itu tersenyum sembari menyeruput kopinya membuat sesuatu dalam diri Jimin ingin menangis. Mereka sedang membicarakan Park Jisung sekarang, dan plagiarisasi, dan Jimin yang mencuri kesempatan A+ dari senior itu.

MESS UPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang