A matter of trust

6.1K 654 176
                                    

"Sha?"

Suara mengobrol di sekitarnya membuat Varsha terusik dari tidurnya. Ia merasakan tubuhnya pegal, dan menyadari kalau ia tertidur dengan posisi duduk, dan bersandar di pelukan seseorang.

"Udah bangun?"

Varsha mengangguk kecil, dan mengeratkan pelukannya di pinggang Andra. Selalu seperti ini setiap ia bangun tidur, merasakan kenyamanan saat Andra mendekapnya. Kemudian ia mengingat kejadian sebelumnya, membuatnya tersentak membuka mata.

"Sania?!" tanyanya panik pada Andra.

Andra merapikan rambut Varsha yang berantakan menutupi wajah cantik istrinya. Wajahnya yang tersenyum cerah membuat Varsha berharap sesuatu yang baik.

"Udah lahir setengah jam yang lalu. Bayinya laki- laki, dan sekarang di inkubator," kata Andra.

"Alhamdulillah," mata Varsha berkaca-kaca. "Tapi kok kamu nggak bangunin aku? Aku harus segera lihat Sania," katanya segera bangkit dari duduknya.

Tangan Andra menahannya. "Nanti aja. Nizam bilang Sania masih tidur. Makanya aku nggak bangunin kamu,"

Andra berdiri kemudian menarik tangan Varsha. "Lebih baik kita ke tempat lain," katanya.

"Kemana?"

"Lihat keponakan kamu,"

Wajah Varsha langsung berseri-seri. Dengan tidak sabar ia menggandeng tangan Andra menuju ruang bayi. Dari jendela kaca, Varsha segera mencari- cari inkubator dengan nama Sania. Setelah beberapa saat matanya menyusuri beberapa inkubator disana, dia menemukannya.

"Ah itu dia!" Varsha berusaha menahan pekikannya saat melihat bayi dengan nama 'Nararya' tertulis di inkubator di atas nama Sania dan Nizam.

"Ganteng banget!" ucap Varsha dengan wajah berseri- seri.

Andra melihat bayi itu sekilas, dan tidak menemukan kegantengan apapun di wajah bayi itu. Menurutnya, semua bayi di ruangan itu terlihat mirip. Kemudian matanya terfokus pada wajah Varsha yang terlihat begitu bahagia.

Dia tersenyum dan bertanya- tanya, apakah wajah istrinya akan lebih bahagia lagi dari ini jika yang sedang dilihatnya adalah anak mereka?

"Ganteng kan anak gue?"

Nizam menghampiri keduanya bersama orangtuanya dan juga Sania. Wajahnya tersenyum lebar dan sirat bangga muncul saat ia melihat bayinya dari jendela kaca.

"Iya. Cakep banget!" ucap Varsha yang disambut ucapan riang para nenek bayi itu.

Dengan masih terulas senyum lebar, Nizam masuk ke ruang bayi dan menuju inkubator bayinya. Didampingi oleh perawat, dia menyentuh bayinya sebentar dari lubang kecil di inkubator. Matanya berkaca- kaca memandang si kecil yang lahir lebih cepat dari seharusnya. Namun Andra bisa melihat perasaan bahagia dan lega di wajah Nizam.

Dia jadi iri.

Ekspresinya saat itu tidak terlewatkan oleh Varsha. Andra tersenyum melihat Nizam yang kini berbicara entah apa pada bayinya di inkubator, matanya terpaku pada bayi yang kini bergerak - gerak kecil, seolah mendengarkan apa yang dibicarakan ayahnya. Perasaan iri dan rindu terpampang jelas di wajahnya.

Varsha merasakan jantungnya berdebar dengan keras.

Tiba- tiba ia terkejut merasakan lengannya dicolek oleh ibunya Sania. "Andra udah pengen banget jadi ayah tuh," katanya tersenyum- senyum pada Varsha, membuat pipi Varsha memerah padam.

Andra mendengar itu lalu tersenyum pada ibu Sania. "Doain secepatnya ya Tante,"

"Insyaallah didoakan segera diberi anak,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang