First Meeting - Muse

12.2K 989 34
                                    

First Meeting - Muse

"Sebenarnya apa yang kurang sih dari cewek-cewek yang gue kenalin ke elo, Ra?"

Perkataan sahabatnya tadi kembali singgah di pikirannya.

"Cantik, baik, pinter. Bukan dari kalangan selebritis juga. Kriteria yang lo mau ada di cewek-cewek yang gue kenalin ke elo,"

Namun tidak semua kriteria itu ada. Dari semua gadis yang dikenalkan Jovan tidak ada yang memiliki hal terpenting untuk Andra. Mereka tidak dapat membuat jantung musisi itu berdegup kencang, dan mereka tidak bisa memunculkan inspirasi untuk Andra.

Muse. Andra butuh seseorang yang membuatnya merasakan itu.

Tidak tahan dengan rasa bosan dan frustasi yang dirasakannya saat lagi-lagi tidak bisa menciptakan lagu, Andra kemudian melajukan mobilnya ke butik adiknya di siang hari. Pria itu terbiasa menghabiskan waktu luangnya untuk berbicara dengan adik perempuannya. Seseorang yang paling dekat dengannya. Dan sekarang, ia ingin menemui Lily.

"Kamu dimana Ira?" tanya Andra saat menghubungi Lily. Ira adalah panggilan kecilnya untuk sang adik yang bernama Lily Airani.

Andra menghela napas mendengar jawaban adiknya. Lily masih sibuk dengan pekerjaannya! Padahal harusnya mereka ada janji untuk hangout seperti biasanya. Kesibukan Andra dalam pekerjaannya sebagai produser musik, dan kesibukan Lily dalam mengurus keluarga kecilnya serta butik, membuat kakak adik yang sangat akrab itu tidak memiliki waktu berdua. Siblings time.

Oh tentu saja mereka sering mengobrol lewat telpon. Atau Andra akan datang ke rumah Lily dan makan malam bersama keluarga kecil adiknya itu. Tapi tidak akan ada waktu untuk mereka banyak mengobrol. Kedua anak Lily akan menghabiskan seluruh waktu dan perhatian Andra. Keponakan tercintanya.

Kali ini di hari yang seharusnya menjadi harinya berdua saja dengan adiknya...

"Bang Ara marah ya?"tanya adiknya di telpon dengan suara manjanya.

Jarak umur mereka berdua yang hanya setahun membuat Ira tidak memanggil Ara dengan sebutan 'Abang'. Panggilan itu hanya muncul ketika adiknya itu ingin bersikap manja atau hanya ingin menjinakkan Andra yang sedang marah.

"Aku udah di parkiran butik kamu lho, Dek,"gerutu Andra kesal. Ia berjalan menuju butik yang cukup besar dengan label Lily Airani.

"Nah, Bang Ara tunggu di ruanganku aja ya. Nggak lama kok. Ini aku lagi ngurusin gaunnya calon istri Indra,"

"Indra? Calon istri Indra?!"tanya Andra kaget.

"Iya. Lho, emangnya Indra nggak ngasih tahu kamu Bang? Kan Indra tetangga kita dari kecil. Temen main kamu lho,"

"Ya dia ngasih tahu. Tapi aku pikir dia bercanda..."ucap Andra bingung.

Andra masih tidak mempercayai jika Indra, tetangganya sejak kecil yang sangat playboy sejak puber itu kini akan menikah. Yah memang sudah waktunya sih. Karena umur mereka yang sudah 35 tahun itu memang sudah seharusnya berkeluarga. Andra juga akan berkeluarga, seandainya Nita tidak meninggalkannya...

Andra menepis pikiran konyolnya itu. Terkadang ia masih juga menyalahkan Nita karena sudah meninggalkan dirinya. Padahal semua salah Andra yang memang takut untuk berkomitmen, membiarkan Nita menunggunya tanpa kepastian. Dan akhirnya Nita menikah empat tahun yang lalu.... dengan laki-laki lain.

"Maafin aku, Ra. Aku nggak sanggup nungguin kamu sampai kamu siap. Mungkin... mungkin kamu memang nggak secinta itu sama aku... Kalau kamu benar-benar mencintai aku, kamu pasti memikirkan masa depan bersamaku...,"

Kata-kata Nita itu terus terngiang-ngiang di pikiran Andra. Ia sendiri tidak yakin jika suatu saat nanti ia bisa menemukan perempuan yang bisa membuatnya memikirkan masa depan mereka. Nita yang sudah ia sukai sejak ia remaja, yang menjadi pacarnya selama 4 tahun, yang menjadi muse -nya selama bertahun-tahun, ternyata tidak bisa membuat rasa takutnya akan pernikahan menjadi hilang.

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang