PAGE 26

929 63 0
                                    

"Latte?"

Joshua bertanya kepada Allison yang langsung disambut dengan anggukan mantap sahabatnya itu.

"Ih, kamu kok ingat kesukaan Allie? Aku jadi cemburu." Ujar Penny tapi dia mengatakannya dengan seringai lebar. Allison menjulurkan lidahnya ke arah Penny dan tertawa.

"Karena selera kami sama." Ujar Joshua dan langsung memesan dua kepada pelayan.

"Americano." Matthias menyebutkan pesanannya dan Allison menatapnya dengan terkejut sekaligus sedikit sedih.

"Hei, aku punya selera yang unik kan? Untuk kopi, aku dan kakakku setipe sedangkan untuk ice cream, tanyakan pada Rowan, kita punya selera yang sama, Al!"

Rowan dan Allison berpandangan. Rowan merasa sedikit canggung sedangkan Allison hanya tersenyum.

"Nah kali ini seleraku dan Rowan juga sama, macchiato dua ya." Celetuk Penny.

"Damian?" Joshua bertanya pada sepupunya. Allison mencelos dalam hatinya. Sejak awal dia masuk ke café ini, mereka hanya bertukar senyum pahit dan Allison sengaja mengambil tempat duduk yang paling jauh dari pria itu.

"Espresso."

"Single atau double shot?"

"Double." Jawab Allison tepat sebelum Damian sempat membuka mulutnya. Allison mematung, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya karena dia memang sudah hafal betul selera pria itu. Dengan ragu Allison melirik Damian yang balas menatapnya dengan terkejut tapi akhirnya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Hei, Al! Habis ini kita langsung fitting gaun, oke? Waktunya sudah mepet soalnya." Ucapan Penny mengalihkan perhatian mereka.

"Siap bos!"

"Eh, aku bukan bos!"

"Daripada honey-penny?"

"Ah, rese kau Al! Tapi aku kangen deh berdebat denganmu!"

Mereka tertawa dan tiba-tiba Matthias tersentak kaget.

"Al, aku lupa, ada hadiah dari mamaku. Ada di rumahku sih, besok aku kasih ya."

"Rumah?" Allison menatapnya dengan bingung.

"Maksudku rumah Josh, aku nginap disana sekarang."

"Aku kemarin baru menelepon mamamu lho, dan dia tidak bilang apa-apa lho!"

"Ah, mama kan lebih senang kadonya menjadi surprise makanya dia tidak akan bilang padamu. Soalnya aku sudah kasihtahu dia kalau aku akan ketemu denganmu, Al."

"Kalau begitu aku akan menelepon Caroline langsung." Allison menyeringai.

Rowan hanya diam, perasaannya tidak nyaman. Lagi-lagi Matthias dan Allison membicarakan hal yang sepertinya hanya ada di dunia mereka berdua. Dia diam-diam melirik Damian yang tidak mengubah posisinya dari tadi. Rowan menghela nafas, tampaknya kerumitan hubungan antara 5 sahabat ini terus berlanjut ditambah dengan kehadiran satu pendatang baru. Di luar dugaannya, kali ini dia juga terlibat dalam kisah cinta antara kumpulan sahabat ini.

***

"Ini pilihan gaunnya, Al." Penny menyodorkan 3 pilihan gaun yang simple tapi manis. "Kamu coba semuanya, oke? Biar kita bisa pilih bersama."

"Hhh...baiklah...."

Salah satu asisten bridal itu mengambil ketiganya dan mempersilahkan Allison memasuki ruang ganti yang sangat besar dan mewah.

Allison mendesah, sejujurnya dia sangat tidak nyaman untuk setengah telanjang di hadapan orang lain sekalipun yang menemaninya sesama wanita. Untungnya hanya ada Penny yang menungguinya di depan sementara Joshua dan Damian sedang berada di lantai atas untuk fitting jas pria. Rowan dan Matthias sedang mengambil souvenir. Allison mencurigai ada sesuatu yang istimewa diantara mereka dan bertekad untuk menanyakannya nanti.

SWEET FATEWhere stories live. Discover now