"Syukurlah.."

Sohyun mencoba untuk berhenti tertawa, berusaha untuk memfokuskan atensinya pada lelaki dengan aroma khas mint disampingnya itu. Dan dirinya cukup terkejut saat melihat taehyung. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk di jelaskan. Bibir lelaki itu tersenyum dengan tipis, tapi matanya terlihat begitu sayu.

"A--ada apa?"

"Kau akhirnya tertawa. Itu melegakan"

Waktu terasa seperti berhenti. Tiap detik berjalan dengan begitu perlahan bagi sohyun. Tatapan lelaki itu seperti telah mengunci dirinya. Tatapan itu, sohyun tidak tahu kenapa, tapi rasanya begitu tenang saat melihatnya. Semua galaxy seperti terkumpul di mata taehyung, mata itu terlihat begitu Indah, ditambah dengan sedikit pantulan remangnya lampu taman, jujur, sohyun tidak bisa lepas memandang taehyung. Lelaki itu begitu sempurna.

"Apa aku mengganggumu? Haruskah aku pergi? Mungkin kau perlu waktu untuk sendiri"

Sohyun hanya terdiam. Dia tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini. Jujur, dia merasa sedikit malu karena taehyung mengetahui salah satu kelemahannya, menangis di tengah malam sendirian. Tapi, di saat lelaki itu berpamitan seperti ini, entah kenapa sohyun merasa begitu risau. Dia ingin taehyung terus disana. Bersamanya. Menemani nya. Tapi tidak ada satupun kata yang sanggup untuk sohyun katakan.

"Ternyata kita sama"

"Sama?"

"Iya, kita sama. Kau tidak ingin aku pergi bukan?"

Sohyun membulatkan matanya heran. Dia yakin sekali, yang dia fikirkan tadi, tidak di dengar oleh taehyung.

"Dulu, saat kecil, aku sering menangis se telah kematian eomma. Semuanya terasa sangat sulit sejak saat itu, setiap malam aku terus menangis disini, di kursi ini, sendirian"

Sohyun cukup terkejut mendengar itu, menurutnya taehyung berada di sebuah keluarga yang cukup bahagia, terlihat dari bagaimana lelaki itu terus tersenyum setiap hari. Tetapi, dunia memang kejam, dan sohyun sadar, bukan dirinya sendiri yang tersiksa di dunia ini.

"Setiap aku menangis, hyung akan datang dan menemaniku. Saat itu aku membentaknya dan menyuruhnya untuk pergi. Aku tidak ingin di ganggu. Aku ingin sendiri. Aku terus mengatakan itu kepadanya. Aku terus berlagak bahwa hanya diriku yang terus mendapatkan takdir buruk. Jujur saja, kau juga merasakan itu bukan?"

Sohyun hanya mengangguk. Tidak berniat untuk menyela taehyung karena yang dikatakan lelaki itu memang benar. Takdir buruk, sohyun selalu memikirkan itu, tanpa tahu masih banyak orang di luar sana yang lebih sial dari dirinya.

"Sejak saat itu, hyung tidak pernah datang saat aku menangis. Dan jujur, aku merasa begitu sepi. Mungkin dia berfikir aku sudah dewasa dan bisa mengatasi semuanya. Tapi kau tahu? Tidak ada manusia yang bisa sedewasa itu"

"Kenapa?"

"Tidak ada manusia yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Bahkan jika masalah itu harus dia selesaikan sendiri, setidaknya dia perlu seorang teman untuk melewati semua itu. Kita terus berlagak bisa mengatasi semuanya, memikirkannya sendirian, menghadapinya sendirian, dan tersakiti sendirian. Kita berlagak tidak membutuhkan seorangpun, tapi nyatanya kita ingin ada setidaknya satu orang yang bersama kita. Membagi rasa sakit itu bersama."

Sohyun kembali memandangi mata lelaki itu. Saat melihat taehyung berbicara seperti ini, sohyun merasa taehyung yang ada di hadapannya sekarang, bukanlah taehyung yang dia kenal. Lelaki itu berbeda. Bukan lelaki sembrono yang terus membicarakan hal tidak masuk akal. Tapi seorang lelaki dengan tatapan teduh dan juga kata-kata yang menenangkannya. Bisakah sohyun menegaskannya lagi? Dia benar-benar jatuh cinta pada taehyung.

"Kau..benar.."

"Karena aku sudah menceritakan ini kepadamu, boleh aku minta satu hal?"

"Apa?"

"Jika aku menangis, bisakah kau menemaniku?"

"Me--menemanimu?"

"Ya, sudah aku bilang bukan? Aku butuh seorang teman untuk menangis bersama"

"Kenapa harus aku?"

"Jika kau mau melakukannya, aku juga akan melakukan sesuatu untukmu"

"Apa itu?"

Taehyung menjeda kata-kata nya. Kembali menatap mata sohyun. Dan tersenyum dengan lembut disana.

"Saat kau menangis, aku juga akan menemanimu. Kau bisa mengatakan masalahmu padaku kapan saja. Jika kau tidak bisa mengatakannya sekarang, tidak apa"

Taehyung berdiri dari kursi itu, merenggangkan tangannya beberapa kali, sambil menguap. Lalu mulai melangkah pergi dari taman itu

"Kim taehyung!"

Panggil sohyun dengan suara yang lantang, sukses membuat taehyung berbalik, lalu menaikkan kedua alisnya.

"Kenapa kau melakukan semua ini?"

"Kenapa kau selalu mengatakan hal itu? Kita kan teman"

"Teman?"

"Iya teman"

"Kalau begitu, bisa aku minta satu hal?"

"Ada apa?"

"Aku ingin, temanku tidak pernah meninggalkan ku, apapun alasannya. Bahkan disaat temanku tahu semua keburukan ku"

Taehyung terkekeh kecil, matanya bahkan menyipit karena itu.

"Memangnya kau seburuk apa? Tidak ada manusia yang sempurna. Semuanya pasti punya kelemahan"

"Kau janji?"

"Janji!"

Ucap taehyung sambil mengangkat jari kelingkingnya di udara sambil tersenyum dengan begitu lebar. Sukses menularkan senyum itu kepada sohyun.

"Kau tidak ingin pulang? Ini sudah malam, kau ingin diculik oleh hantu?"

Sohyun tersentak kaget, lalu dengan cepat lari dari kursi itu dan menepuk bahu taehyung dengan keras.

"Jangan katakan hal seperti itu! Sekarang temani aku sampai di depan rumah! Kau membuatku takut!"

"Baik! baik! Jangan memukulku!"
















[ ]


Aye ayee

Aku comeback!!

Masih ingat sama jalan ceritanya kan? Semoga kalian masih ingat yaa :")

Jadiii,aku juga ganti covernya tadi, semoga kalian sukaaa

Aku kemarin janji double update kan?

Aku bakal up part selanjutnya 30 menit lagi, biar kalian bacanya gak buru buru :")




Bhayyyyy

• ALONE •Место, где живут истории. Откройте их для себя