kayaknya gue jatuh cinta

55 5 0
                                    

Jika tau jatuh cinta seindah ini,
mungkin gue lebih milih jatuh cinta dari awal hidup, walau nyatanya nggak mungkin.

-Dimas pradipta.

---

"Ini kenapa buku pada berantakan semua!" suara tegas serat akan kemarahan itu mampu membuat dua orang murid meboleh menatap guru yang memiliki tahi lalat di pangkal hidung, Bu Tuti, guru tegas dan terkesan garang itu berdiri tegap menatap tak percaya pada Dimas dan juga cewek yang baru saja ia ajak berkenalan Nia. "Kalian yang buat ini semua?!" lagi satu teriakan terlontar, Dimas dan Nia hanya memasang cengiran bodoh sebelum mengangguk bersamaan.

"Astaga kalian! Dan kamu Dimas kan? Murid yang di hukum sama Pak budi?!" ucap Bu Tuti tegas mengangkat telunjuknya guna menunjuk Dimas dengan tengah menunduk ketar ketir. nyatanya marahnya Pak Budi belom ada apa-apanya ketimbang marahnya Bu Tuti.

Dimas mengangguk pelan, tak berani untuk menatap guru galak itu. Sedangkan Bu Tuti hanya menghela nafas pelan sembari memijat pelipisnya melihat kelakuan kedua murid beda generasi itu "Hebat ya kamu, belum juga di kasih hukuman malah udah ngacak-ngacak perpus." ucapnya pelan namun masih terdengar intonasi kemarahannya.

"Sekarang hukuman kamu, Dimas bereskan semuanya, dan kamu Nia bersihkan gudang dan tumpuk buku seperti hukuman kamu tadi. Dimas bantu Nia setelah membereskan ini semua!" setelah memberikan hukuman pada dua murid itu, Bu Tuti beranjak pergi dari sana. Kepalanya seolah mau pecah melihat kelakuan kedua muridnya yang berhasil meluluhlantakan perpustakaan kesayangannya.

"Gila, gue baru tau kalo marahmya, Bu Tuti lebih serem ketimbang, Pak Budi, nggak lagi-lagi deh ketemu mak lampur versi moderennya." Dimas bergidik, lalu mulai membereskan kekacauan yang mereka buat, menyusun buku dan mengembalikannya pada tempat semula. Namun satu hal yang tak di ke tahui Dimas, bocah itu malah meletakan asal buku yang ada, sesuatu yang malah membuat Nia terkekeh pelan sebelum berlutut dan mulai membantu Dimas.

"Kalo kamu nyususunya kayak gitu, yang ada Bu Tuti bakal tambah marah." ucap Nia mencoba memberi tahu dan membantu Dimas agar tak salah memasukan buku. "Di urutin sesuai jenis, jangan asal. Bu Tuti bakal lebih cerewet kalo liat bukunya nggak rapih dan asal-asalan" lanjutnya lagi.

Perkataan yang sukses membuat Dimas diam melongo mendengar penuturan gadis di sebelahnya, bukan karena Nia yang bisa berbicara panjang karena yang Dimas kira Nia itu orang yang terkesan pendiam. Yang nyatanya bawel. Tapi karena suara merdu mendayu yang lebih indah dari vokalis jazz sekalipun. Dimas terdiam termagu menatapi Nia dan segala ucapan panjangnya, bahkan dia tak tau Nia berucap apa sejak tadi. Yang ia perhatikan hanyalah suaranya dan gerak gerik rahang yang terkesan indah di mata Dimas.

"-jadi kamu harus urutin dari yang kecil ke besar dan jenis bu- kamu dengerin aku ngomong nggak?" tanya Nia saat melihat dimas malah memasang cengir tolol dengan tatapan yang tak lepas menatapnya. "Haloo? Dim, yang nggak mau Di panggil Mas karena terkesan tua. Kamu denger nggak aku ngomong apa?"

"Hah? Oh iya, itu ... anu ... Gue denger kok dari kecil ke besar kan?" jawab Dimas ala kadarnya yang di teruskan "Dari indah yang nggak lepas dari mata gue." tentu dengan intonasi yang lebih rendah.

"Iya, ini harus di susun rapih sesuai abjad, bisa kan?" tanya Nia lagi yang hanya di anggukki lunglai oleh Dimas yang saat ini entah kenapa merasa dadanya tengah berpacu, seperti tengah berlari ribuan kilo meter, dan masih memasang senyum cengonya. "Kalo udah paham aku tinggal dulu, mau beresin gudang soalnya" lanjutnya lagi sembari beranjak meninggalkan Dimas yang bergumang tak jelas dan masih menatap lekat punggung Nia yang mulai menghilang di balik pintu yang mungkin gudang perpustakaan.

Lara Dalam AnganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang