Prologue

21.6K 1.5K 121
                                    

Hidup nyatanya tak pernah mudah. Jalan kehidupan setiap orang pastilah tak pernah berjalan mulus dan tenang. Ada kalanya masalah yang pelik hadir hingga melukai inti jiwa. Tapi, bagi Song Airin langit tak selamanya kelabu. Begitu pun hidupnya.

Hidup sebatang kara memang bukanlah hal yang terbilang mudah. Berjuang sendirian melawan kerasnya dunia, juga guncangan yang selalu ia terima hingga menekannya di titik terendah. Semua itu pernah ia rasakan.

Tapi, Airin berhasil bertahan. Langitnya kini tak lagi kelabu. Dunianya kini menjadi lebih baik, sejak Tuhan mempertemukannya dengan pria bernama Jeon Jungkook itu. Berawal dipertemukan di sebuah panti asuhan, Airin mengenal Jungkook kian dekat hingga usianya yang kini menginjak dua puluh satu tahun.

Semuanya berjalan begitu manis. Keduanya selalu bersama tentu saja tak mungkin jika tidak melahirkan perasaan benih-benih asmara di antara keduanya. Waktu membawa mereka di titik yang tak terlupakan, kala memutuskan untuk mengikat diri lebih dari sekedar berteman.

Airin sadar, dunianya berubah karena Jungkook. Pria yang selalu menyukai musik itu adalah alasan kenapa ia bisa tersenyum sebanyak ini. Sebab itu, Airin merasa bahwa Jungkook adalah cahaya kehidupannya. Akan ia lakukan apa saja agar cahaya miliknya itu tak pernah padam. Apa saja.

...

“Jung, kau sudah pulang?”

Gelas berisi air hangat yang tengah Airin pegang, buru-buru ia letakkan di atas konter dapur dan segera menghampiri Jungkook. Pria itu terlihat kelelahan, dengan malas ia menarik dasinya lalu segera menjatuhkan diri di atas sofa.

“Bagaimana hari ini? Apa semua berjalan lancar?” Airin ikut bergabung di sebelah Jungkook, setelah kembali dari dapur membawa segelas air hangat.

Pria itu menerima minuman tersebut. Sembari meneguk ia menganggukkan kepala. “Menyenangkan. Aku tidak menyangka bisa mendapatkan kenaikan jabatan secepat ini.”

“Kau pekerja keras. Tentu saja kau layak.” Airin tersenyum manis, memberikan usapan lembut di lengan Jungkook.

“Bagaimana denganmu?” Jungkook balik bertanya sembari melepaskan kaus kakinya sendiri dan melemparkannya begitu saja di atas lantai.

“Tidak begitu buruk. Yah, walaupun sejujurnya aku sudah tidak tahan untuk bekerja di sana.”

“Ai,” panggil Jungkook tiba-tiba. Ia mengambil tangan Airin, menggenggam lembut, lalu mengecupinya dengan perlahan. “terima kasih sudah berjuang untukku. Aku sangat bangga padamu.”

Dalam hitungan detik pipi Airin mampu dibuat bersemu malu. Entah kenapa hanya dengan melihat Jungkook bersikap manis, mampu membuat perasaanya menghangat dalam hitungan detik. Ini bukan kali pertama Jungkook bersikap romantis, tapi tetap saja rasa menggelitik di dalam hatinya seolah tak pernah berkurang sedikit pun.

“Aku melakukan ini semua demi kita berdua, Jung.” Airin tersenyum manis dengan kedua mata yang menatap lurus ke arah prianya. “Aku semakin tidak sabar menanti hari di mana kau menjadi orang sukses, lalu kita akan menikah dan hidup bahagia.”

“Sabar, Sayang.” balas Jungkook sembari mengecup kening Airin. “Kau hanya perlu bersabar menunggu sampai hari itu tiba.”

“Oh, ya, Jung,” seolah teringat sesuatu, Airin segera menarik tangannya dari Jungkook dan menegakkan punggung. “aku harus menyiapkan air hangat untukmu. Tunggu sebentar, ya.”

Jungkook hanya menganggukkan kepala, membiarkan Airin melangkah pergi ke dapur sementara dirinya masih enggan beranjak dari sofa.

Matanya menelisik ke berbagai sudut ruangan yang sudah menjadi tempat singgahnya sejak lima tahun terakhir. Flat sederhana ini sudah menjadi saksi bisu perjalanan hubungan antara Airin dan Jungkook.

Jungkook salut, kekasihnya itu rupanya tipikal gadis pekerja keras yang rela memberikan apa pun untuk orang yang dikasihinya. Tetapi, Jungkook lebih salut pada otak cerdasnya yang memilih untuk memanfaatkan kelebihan seorang Song Airin.

Semua itu terjadi ketika mimpinya menjadi seorang idol harus terhenti di tengah jalan. Jungkook yang saat itu terpuruk, mampu bangkit kembali ketika Airin mengulurkan tangannya—menarik Jungkook dari lubang keputusasaan.

Airin telah berjuang begitu keras, bekerja dan memberikan sebagian besar penghasilannya kepada Jungkook. Jungkook tahu cara memanfaatkan uang dengan baik, ia lantas mengubah penampilan dan bersekolah hingga mendapatkan gelar sarjana berkat kerja keras seorang Airin.

Otak cerdasnya tentu saja berjalan seimbang dengan wajah tampannya. Tak perlu waktu lama, ia mampu membuktikan diri dengan bekerja di sebuah cabang perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi.

Dulu mimpinya memang begitu sederhana. Menjadi seorang idol yang sukses, lalu menikah dan hidup bersama dengan Airin. Tapi, lambat laun mimpi itu terlalu lugu kalau dipikir ulang.

Jungkook tidak puas jika harus bersama Airin. Sang pencipta memang mudah sekali membolak-balikkan perasaan manusia, sampai-sampai kini Jungkook juga tak lagi merasakan kehangatan apa pun bersama Airin. Ia bosan.

“Menikah?” Jungkook tertawa rendah, mengingat ucapan Airin tadi. “Mimpi saja, Song Airin. Aku tidak akan pernah menikahimu.” []

   
   
Yap. Ini cerita baru yang bakal kugarap, gimana menurut kalian? Haruskah kulanjut? Komen ya, luv.

FOUL PLAYWhere stories live. Discover now