Neighbour

21.9K 2.5K 907
                                    

Kalau bukan karena dipegang Adam dan Steve, aku yakin laki-laki itu sudah babak belur di tangan Drey. Alasannya, pertama Drey nggak suka ada hewan asing yang masuk rumahnya dan kedua, Drey nggak suka ada yang bikin nangis istrinya. Kukira, laki-laki itu sudah terbirit-birit melihat Drey meradang. Ternyata dia malah berdiri tegak, memegangi anjing besarnya.

"Maafkan aku," katanya dengan suara tenang. "Anjing ini agak stres karena dikurung di dalam rumah. Begitu keluar dari mobil, dia langsung lari ke rumah yang pintunya terbuka." Dia menarik tali anjingnya saat anjing itu akan lari. "Aku Fred Erickson. Aku tinggal di rumah sebelah."

Ah! Aku ingat sekarang!

"Uncle Fred?" tanyaku pelan, berharap nggak salah orang.

Dia memperhatikanku dengan alis berkerut. Lama sekali sebenarnya. Anjingnya sampai menggonggong lagi minta perhatian.

"Claire Johansson?"

Ah, syukurlah!

Kuulurkan tangan. "Maaf, aku nggak tahu nama belakangmu."

Kukira, dia hanya akan menjabat tanganku, ternyata dia memelukku sambil berkata, "Ya Tuhan kamu sudah besar sekali, Sayang. Ya, Tuhan. Aku sangat merindukan kalian." Dia melepaskanku setelah puas menciumi kepalaku. "Apa yang kamu lakukan di sini? Di mana Martin?" tanya Fred sambil memandang sekeliling.

Aku menggeleng. "Dad sudah meninggal di London beberapa tahun lalu. Aku jadi anak di keluarga ini. Aku nggak menyangka rumah kosong itu rumahmu, Uncle Fred. Kamu keluarga Caleb?"

"Sebentar! Meninggal?" Dia mengerutkan kening lagi. "Apa yang bisa membunuh jagoan seperti dia?"

"Kanker paru-paru," jawabku cepat. "Paru-parunya tinggal separuh."

Fred mundur dan menyumpah pelan. Wajahnya langsung terlihat pucat. Melihat lawannya limbung, Drey jadi lebih rileks.

Aku menoleh pada Drey untuk menjelaskan, "Uncle Fred teman Dad sejak kuliah. Dulu Uncle Fred sering ke Surabaya. Lalu, tiba-tiba dia tidak pernah menampakkan diri lagi."

"Martin mengusirku. Kami bertengkar tentangmu. Aku menyarankan agar kamu mendapat pengasuhan perempuan," kata Fred sambil menarik tali anjingnya karena anjing itu akan mendekati mom. "Maafkan aku, Miss."

"Dia istriku." Drey mengulurkan tangannya. "Drey Syailendra."

"Oh, maaf." Fred menyambut yangan Drey, lalu mengernyit, sepertinya Drey mematahkan jari-jarinya. "Aku mendengar tentangmu dari Seraphine. Terima kasih banyak atas bantuanmu. Tapi, aku tidak menyangka Miss ... uhm ... maksudku, Mrs. Syailendra istrimu. Kukira dia masih sekolah." Wajah Fred terlihat kesakitan lagi. Sepertinya sekarang jarinya sudah benar-benar patah.

Wajah Mom bersemu merah. "Jangan konyol. Aku sudah punya anak." Mom menunjuk Archie yang memasukkan tangan ke kantong celana.

"Di mana Seraphine?" tanya Archie.

Fred menunjuk pintu. "Di dalam mobil bersama Caleb. Kami pindah ke rumah sebelah malam ini."

"Wow!" seru Adam. "Kurasa pasukan bersenjatamu harus mengawasi pergerakan di rumah sebelah juga."

Drey melirik jahat pada Adam, lalu memberi kode dengan kepala agar penjaganya yang berpakaian serba hitam dan bersenjata itu pergi. Sepertinya Heath harus memecat semua penjaga di rumah ini. Mana bisa dia melindungi kami kalau gerakannya lambat sekali?

"Maaf aku membuat keributan di rumahmu, Mr. Syailendra." Fred menunduk sopan. "Aku akan membawa anjing ini ke luar."

"Boleh kutemani?" tanyaku. Sebenarnya aku ingin melihat Caleb dan Seraphine juga. Sejak peristiwa di musim panas itu, mereka nggak pernah memberi kabar lagi.

Unbroken Vow (Terbit; Shinnamedia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang