Memo pink

2.6K 86 7
                                    

Siang hari yang panas setelah jam pelajaran usai. Kutarik pelan langkah kakiku menuju mushola sekolah. Bangunan mungil berwarna hijau di sisi barat sekolah.

Beberapa temanku sudah sampai ke sana. Wajah mereka tampak serius membahas sesuatu. Dengan diselingi derai tawa dan senyum yang mengembang.

"Assalammu'alaikum," sapaku bersemangat.
"Wa'alaikum salam.. Diaaaaaaaah....." riuh mereka menyambut kedatanganku. Ah bak pesohor saja disambut dengan teriakan. Mereka berlari berhambur ke arahku, dan berhasil membuatku limbung.

"Tetetete... tunggu ...tunggu... ada apa ini???"
"De, kamu tau nggak??"Mika membuka suara. Gadis bertubuh mungil itu menarik tanganku kuat.
"Apaan??"
"Ada guru baru loh.. ganteng bangeeeeet....!!"

Ya Tuhan kupikir apaan. Aku melengos memasuki mushola.
"Yaah.. Dee mau ke mana??" dia tampak kecewa melihat reaksiku yang biasa saja.
"Sholat!" jawabku.

Tirai jendela mushola terbuka setengah. Pintu samping yang biasanya terkunci rapat kini terbuka sedikit. Seseorang mengeluarkan kepalanya dari sana. Sontak aku kaget dan menutup kembali pintu itu.

"Auuu sakit."
"Eh maaaf maaf ..."

Dia membuka pintu itu lagi, memasang wajah marah tentu saja. Kepalanya habis kejedot pintu. Tentu saja dia marah.

"Kalian bisa tenang sedikit tidak. Saya mo sholat!"
Dia melirik ke arahku, melihat ke arah dada.
"Bapak jangan kurang ajar!!"
"Rapikan jilbabmu, saya tunggu di laboratorium sekarang juga."

Ya Allah aku tak sadar kalau jilbabku terbuka di depannya. Segera buru-buru aku pakai lagi jilbabku dan mempercepat langkah kakiku ke dalam mushola.

"Siapa sih dia??? Songong banget. Ngapain jugak nyuruh nyuruh gitu. Dih nyebelin. " rutukku dalam dada.

"Diaaaaah... kamu tau siapa itu tadi?"
"Siapa??"
"Itu guru baru di sekolah ini. Duuuh kamu apain tadi sampek merah jidatnya."
"Dih bodo amat."
..

Selepas sholat aku segera lari ke laboratorium yang sebenarnya hanya berjarak beberapa meter saja. Pria itu ada di sana. Duduk di meja dengan tangan yang bersedekap di dada. Dia menatapku nyalang. Bekas merah di dahinya masih ada di sana.

"Kamu Diah Pratiwi kan? Ketua klub Fisika di sekolah ini?" ucapnya membuka suara, datar tanpa ekspresi.
"Iiiiyaaa..ng..ada apa ya ...Pak?"
"Pake nayak lagi," dia berdiri mendekatiku. Aku mundur satu langkah. Bau parfumnya menusuk hidungku. Bau parfum super maskulin yang berhasil membuat kepalaku pusing seketika.

"Besok kumpulkan semua anggota klub di perpustakaan. Sekarang kamu belikan saya makan siang."
"Kan bapak bisa beli sendiri."
"Kamu nggak lihat jidat saya?"
"Yah timbang jidat kebentok doang."

Ya Allah itu mukanya kenapa juga harus sedekat ini. Bola matanya yang coklat. Alisnya tebal, hidungnya bangir, kulitnya putih. Dengan sedikit rambut tipis di dagunya. Dia sempurna. Pantas saja teman-temanku kasak kusuk karena kehadirannya di sekolah ini. Luar biasa sekali.

Untuk beberapa detik, aku merasa mukaku mulai panas. Wajahnya yang rupawan hanya berjarak beberapa centi dari mukaku. Dia menarik tanganku. Selembar uang pecahan 50.000 ada di tanganku.

"Belikan saya makan siang sekarang!!" titahnya.

Glek!

Aku menelan ludah. Diah kendalikan dirimu, bisa-bisanya aku mengharapkan dia menciumku. Ah kamu kebanyakan nonton drakor sih. Jadi halu.

"Cepet!" matanya membulat sempurna. Aku segera berlari ke kantin dan membelikan makan siang untuknya.

Ah jam makan siang, pasti ramai tak terhingga. Benar saja mereka sudah mulai mengantri di depan kasir. Panjang mengular. Teman-temanku juga tampak mengantri di sana.

Susu kotak rasa strowberryWhere stories live. Discover now