Sapness

5.3K 449 14
                                    

Sapness
Sadness and happiness.

Siang itu terlihat seorang bocah SMA sedang menunggu seseorang di halte dekat salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota mereka. Beberapa menit berlalu, tetapi orang yang ia tunggu tak kunjung terlihat. Bocah itu setia menunggu, meskipun sudah berjam-jam ia berada disana, bahkan beberapa kali ada bus yang berhenti di hadapannya, namun ia tetap berdiri, sesekali duduk sambil mengayunkan kakinya.

Setelah kurang lebih 2 jam ia menunggu, akhirnya orang yang ia tunggu terlihat juga. Ia tersenyum, sangat lebar hingga kamu tak akan melihat matanya. Ia menunggu agar lelaki itu menghampirinya dan memeluknya seperti terakhir kali. Namun, apa yang dilihatnya sekarang bagaikan mimpi, ia sangat tak menyangka. Orang yang ia percayai untuk menjaga hatinya, mencium laki-laki lain, tepat dihadapannya.

Ia berlari menjauhi tempat itu, air mata yang sedari tadi menggenang, akhirnya jatuh juga. Sakit, hatinya serasa diremat, jantungnya berdegup sangat kencang, ia kecewa.

Terduduk di hamparan rumput yang luas, ia meluapkan semua kekesalannya, menumpahkan seluruh keluh kesahnya, merutuki dirinya sendiri. Lalu ia menyembunyikan wajah sedihnya dibalik tangannya.

"Lee Felix?"

suara itu sedikit mengejutkan Felix -lelaki yang sedang dirundung kesedihan. Membuat Felix mau tak mau mengangkat kepalanya, lalu menghapus air matanya.

"Siapa?"

tanya Felix dingin, suaranya bergetar. Laki-laki itu tersenyum, lalu mendudukan dirinya disamping Felix.

"Gue Bangchan, panggil aja Chan. temennya Changbin"

ketika nama Changbin disebut, Felix langsung menghadap kearah Chan.

"S-siapa? temen kak Changbin?"

lagi, suaranya bergetar lagi, ia teringat kejadian yang baru tadi dilihat oleh mata kepalanya sendiri. Chan mengangguk, dan menatap tepat ke mata Felix, sedikit tak tega ketika melihat mata itu menjadi sangat sendu, tidak seperti biasanya ia lihat ketika lelaki itu bersama Changbin. Ia menghela nafas sebentar.

"Gue tau tadi lo liat waktu Changbin ciuman sama- ekhem namanya Seungmin, Kim Seungmin, jurusan sebelah, anak akselerasi di SMP dan SMA dulu"

Felix membuang pandangan ke depan, menahan agar sakitnya tak terasa, tapi tetap saja itu menyakitinya. Ia mencoba untuk stabil kembali, setelah dirasa ia cukup stabil, ia bertanya.

"Tau banyak tentang, eum siapa? Seungmin, kak?"

Chan menengok, lalu tersenyum. Senyumnya sulit diartikan, ia mengelus kepala yang lebih muda.

"Cukup banyak, guepun masih cinta sama dia"

Felix terdiam, ia paham sekarang.

Felix langsung menundukkan kepalanya.

"um, maaf"

Chan langsung melipat alisnya.

"Kenapa? hey, it's okay, we're done"

Felix hanya tersenyum. Chan kembali melanjutkan pertanyaannya.

"Lo? Masih mau bertahan sama Changbin?"

Felix menatap Chan, sangat dalam.

"Kak Changbin baik, aku tau itu. Aku mau bertahan untuk dia"

Chan bungkam ditempat, jelas-jelas lelaki dihadapannya ini telah disakiti oleh temannya, tapi ia tetap bertahan? Ia mengangguk dan memahaminya.

Hari itu Chan sadar, bertahan sedikit lebih lama tidak ada salahnya kan? Felix bisa, diapun harusnya bisa.

Demand -changlixHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin