Vano mendengus. Sebenarnya tidak suka jika El memakan makanan tidak sehat seperti itu, "Sekali ini aja."

Si manis berambut cokelat itu mengangguk. Mereka pun menuju salah satu restoran cepat saji yang berada di sana.

"Biar aku aja yang pesan. Kamu duduk aja," ujar Vano, "Mau apa?"

El mengusap dagunya sejenak. Menatap menu-menu makanan itu dari jauh, "Erm.... burger?" tanyanya sambil menatap Vano, "Aku ngga tau. Terserah kamu. Apa kek."

Ia menepuk dada bidang itu dua kali, lalu melangkah masuk dan mencari tempat duduk.

Vano menatap El yang berlalu dari hadapannya, "Apa? 'Apa kek' itu apa?" gerutunya pelan. Ia pun melangkah menuju counter untuk memesan, dan memutuskan untuk memilih dua burger, dua kentang goreng, dua bento, serta dua air mineral sebagai makan siang mereka. Berhubung mereka berdua juga tidak terlalu suka minuman soda.

Setelah itu, Vano membawa pesanan mereka, dibantu oleh salah satu staff di sana.

"Makasih, Mas," dan staff tersebut pun pergi.

"Banyak amat," gumam El pelan.

"Katanya tadi mau burger? Ya aku beliin burger. Kamu belum makan nasi dari tadi pagi, makanya aku beliin bento. Kamu juga suka kentang goreng, kan?" ujar Vano.

El mengangguk. Tutup bento, Vano bukakan. Dan mereka pun mulai makan.

"Kegiatan kamu di kampus, gimana?" El mencoba membuka pembicaraan di antara mereka, "Baik?"

Vano mengangguk, "Iya, rencananya aku mau masuk BEM. Dan ada beberapa acara di fakultas dalam waktu dekat, keknya aku bakalan daftar jadi panitia. Kalo masalah tugas, yah... kamu tau sendiri lah," ringisnya pelan.

"Jangan semua diikutin. Ntar kuliahnya terbengkalai gimana?"

Vano terkekeh pelan, "Engga lah, Sayang. Aku kan juga mikir-mikir kedepannya gimana kalo ikut ini-itu."

"Terus, jadi Komting angkatan, gimana? Berat?" tanya El lagi. Ia mengambil satu kentang goreng, dan memakannya.

"Engga juga sih. Belum ada tugas khusus sampe sekarang. Jadi, bebas-bebas aja. Paling kalo ada sosialisasi, atau acara apa gitu, baru deh aku harus ngeinfoin ini ke semua orang di angkatan. Oh, juga, pas masa kampanye Gubernur kemarin, aku--"

"Kampanye?" Dahi El mengerut. Sejak kapan Vano ikut kampanye-kampanye begitu?

"Err.. maksud aku kampanye untuk pemilihan Gubernur di fakultas. Nanti juga bakalan ada pemilihan presma. Presiden mahasiswa," jelas Vano.

Decakan pelan terdengar dari bibir El, "Berasa ada negara di dalam negara ya pake begituan segala."

Vano kembali terkekeh.

"Jangan bilang, suatu saat nanti, kamu mau calonin diri jadi Presiden mahasiswa."

"Uhuk!" Vano mengambil botol mineralnya, dan meminum air untuk menetralkan sesak di tenggorokan.

Kedua mata El menyipit curiga. Dia rasa, Vano punya 'sedikit' masalah akan obsesi untuk terus menjadi orang nomor satu di mana pun. Menjadi nomor satu di hati El saja, apa itu tidak cukup?

Pertama menjadi Komting angkatan. Lalu, tadi katanya mau masuk BEM. El yakin, dia pasti ingin menjadi ketua BEM juga. Dan ada pemilihan Gubernur, maka Vano juga pasti punya keinginan untuk menjadi Gubernur yang nanti akan berubah menjadi Presiden.

Aish, menyebalkan sekali menjadi seorang Alvano.

"Ngga usah sibuk-sibuk banget jadi orang," gumam El.

Happiness [SELESAI] ✔Where stories live. Discover now