Mendarat di Kota Sriwijaya

176 13 14
                                    

(WARNING; Detail kejadian mungkin ada satu-dua yang terlupa. Jika ada kesalahan tolong segera dikoreksi. Author juga manusia.)

Minggu

15 Mei 2016

Pangeran City Hotel

Aku terbangun dengan rasa kantuk yang masih menghantuiku. Kulirik handphone, pukul empat pagi. Ingin rasanya aku melanjutkan tidur untuk seperempat sampai setengah jam ke depan... namun, tidak. Aku memaksakan diriku untuk bangun sambil mengusap kedua mataku yang masih terasa sedikit bengkak, akibat perpaduan antara menangis dan tidur larut tadi malam.

Aku bangun, shalat tahajjud dan menjalankan rutinitasku seperti biasa seperti mandi, bersih-bersih dan mengepak barang-barangku untuk dibawa nanti.

Eh?

Aku melirik handphoneku, lagi.

Pukul tujuh?!

Bus-nya... jam 8. Ah, masih ada waktu bersantai setelah mandi.

Aku belum makan!!!

"Ibu! Sudah jam tujuh buuuuuuuuuu!", Aku menggedor kamar mandi.

"Buuuuuuuuuuuuuu!!!!",

"Ibuuuuuuuuuuuuuuuu!!!", Kecepatan menggedorku berlipat menjadi lima kali kecepatan sebelumnya.

TOK! TOK! TOK!

TOK! TOK! TOK!

TOK! TOK! TOK!

"Eh, iya, iya, Karin! Sebentar, ibu sudah siap-siap! Lagi pake jilbab nih!",

Kami bergegas berlari kebawah sambil menenteng-nenteng koper. Bu Adel pergi mengurus surat-surat dan juga kamar ke panitia dan juga resepsionis, sehingga aku makan duluan sendirian.

"Martha, Varissa!",

"Eh? Karin? Belum makan? Sama, yuk!",

Aku mengangguk, mengiyakan. Kami bergegas mengambil makanan dan mencari tempat duduk.

Varissa pergi terlebih dahulu, ada urusan. Martha juga dipanggil oleh Ibu Dahlia, kepalas sekolahnya.

Aku sedang sibuk mengunyah makananku, tiba-tiba aku melihat ada sebuah piring yang ditaruh didepanku.

Lho?

Aku mendongak keatas untuk melihat.

Pak Dimas mengangkat alisnya, memberi isyarat ia ingin duduk.

Aku mengangguk-angguk. Melihat kedatangan Pak Dimas, entah mengapa aku meningkatkan kecepatan makanku menjadi 10 sendok/menit!

Pak Dimas menatap aneh kearahku.

"Santai aja, lah. Kalau kita belom masuk, ga bakal ditinggal, kok.", Pak Dimas menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menyuap nasi kemulutnya.

Huh! Bapak, sih, iya bisa santai!

Kalau aku, nanti orang gak sadar aku ilang, gimana?!

Nanti aku ditinggal, gimana?!

TEEEET! TEEET!

Duh, busnya ngeklakson terus!

Aku mengelap mulutku dengan tisu. Ah, aku mau minum. Tapi lama kalau harus mengambil lagi. Jadi, aku putuskan untuk tidak minum. Nanti beli saja di bandara, bisa kan?

"Pak! Ohok, ohok!", Aku berkata dengan terbatuk karena makanan yang kukunyah belum sempurna.

TEEEET! TEEET!!

Cerita (Derita) Anak OSNTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon