She Li

11.3K 762 14
                                    


Mo Guan Shan POV

He Tian, The Freak itu benar-benar....

Dia menghancurkan meja dengan tinjunya. Apa dia gila?

Aku tak peduli jika dia terluka karena pecahan kaca, bahkan jika tangannya sampai hancur sekali pun. Aku benar-benar tak peduli.

Satu-satunya yang aku khawatirkan hanyalah luka sayatan yang terdapat di telapak tangannya.

Jika saja luka itu tak ada hubungannya denganku, maka aku tak akan susah-susah untuk merawatnya.

Ia memang tidak pernah menyebutkan dari mana asal luka itu, tapi berita tentang perkelahiannya dengan She Li menjadi topik hangat di forum sekolah

Jika kalian bertanya apa hubungan perkelahian mereka dengan ku, maka jawabannya bisa di Pasti kan karena kejadian kemarin. Saat aku hampir di keluarkan dari sekolah.

Sebenarnya bukan hal yang aneh jika anak nakal pembuat onar sepertiku di keluarkan. Dan aku tidak keberatan, sungguh. Aku bahkan bersyukur karena bisa keluar dari sekolah elit yang biaya nya mencekik leher keluargaku hidup-hidup.

Satu-satunya masalah adalah alasan di balik keputusan pengeluaran yang membuat satu sekolah gempar. Terlebih lagi, dewan siswa menyatakan bahwa orang tuaku harus diberi tahu. Dan tuhan... Aku bersumpah aku tak ingin melihat ibuku bersedih.

Kekacauan ini bermula dari beberapa hari sebelumnya, ketika She Li tiba-tiba mendatangi rumahku.

Dia menawarkanku untuk menjadi kambing hitam. Menggantikan seorang siswa yang terjerat masalah dan terancam untuk di keluarkan. Mereka bersedia memberi uang kompensasi sebesar 300.000 yen bahkan lebih, jika aku bersedia menerima permintaan mereka.

Heyyy itu uang yang cukup besar. Aku berasal dari keluarga sederhana dengan ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Dia bekerja dari pagi hingga malam hari untuk biaya sekolahku yang tinggi. Dia begitu bahagia ketika aku di terima di sekolah elit itu karena untuk lulus ujian masuknya saja tidaklah mudah persaingannya pun ketat sekali. Meski dengan tambahan uang dari kerja sambilanku, kebutuhan kami tetap lebih besar.

Jadi ku pikir tawaran She Li Cukup menarik. Lagi pula dia menawarkan aku untuk bekerja sementara di bar milik ayahnya hingga aku menemukan pekerjaan yang layak. Bukankah itu win win solution? Tak ada salahnya bukan?!

Tapi ternyata, di situ letak masalah utamanya.

Kesepakatan awal kami, pengeluaranku dari sekolah nanti berhubungan dengan pencurian, perkelahian atau kenakalan remaja lainnya. Bukan karna pelecehan seksual.

Demi Tuhan.. Aku bersumpah, tak pernah sekali pun melakukan perbuatan menjijikan seperti itu.

Hei.... Aku menyayangi ibuku. Dan aku tak ingin menyakiti mahluk lemah lembut sepertinya. Dia malaikat dalam wujud manusia. Iblis rendahan mana yang berani mencelakai mahluk suci semacam itu?

Untung saja Jian yi dan zheng xi xi datang untuk membantuku. Mereka membawa saksi dan bukti bahwa aku tidak ada di TKP saat kejadian itu berlangsung. Dan aku bisa terbebas dari tuduhan.

Well... Ternyata mereka cukup baik. Padahal belum lama ini kami masih bermusuhan. Siapa sangka, ternyata aku malah d tolong oleh musuhku sendiri.

Saat aku baru keluar dari ruang konseling, He Tian menghampiriku dengan telapak tangan penuh darah. Dan aku bisa menggambarkan apa yang terjadi ketika melihat She Li dari kejauhan. Mukanya terlihat kacau, penuh dengan memar dan darah.

He Tian, dia benar-benar gila. Karena dalam situasi seperti itu dia masih bisa tersenyum.

Aku hanya bisa menghela nafas, mendekatinya, membuka baju seragam putihku dan menggunakannya untuk menghentikan pendarahan di tangannya.

Aku hanya bisa menghela nafas, mendekatinya, membuka baju seragam putihku dan menggunakannya untuk menghentikan pendarahan di tangannya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Ouh Tuhan... Aku masih membenci prilakunya yang brengsek. Tapi untuk sekarang aku terpaksa menekan kebencianku.

Berterimakasihlah He Tian, hanya untuk saat ini kau kumaafkan.

19 Days ( He Tian - Mo Guan Shan )Onde as histórias ganham vida. Descobre agora