The Dog

16.7K 931 159
                                    

He Tian POV

BRUG

Aku melemparkan tubuhnya keatas sofa

" Mpphhh... Mpphhhh... "

Si Anj*ng gila ini memang susah sekali diatur. Kenapa dia selalu membantah dan menentang perkataanku?

Aku menyuruhnya diam dan jangan keluar rumah. Lalu keesokan paginya dia malah melenggang santai di sekolah seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Seberapa bodoh sebenarnya dia itu? Apa dia buta? Tuli? Tak sadarkah dia dengan pandangan aneh orang-orang yang tertuju ke arahnya? Wajah ketakutan mereka? Wajah jijik sebagian diantaranya?

Apa dia hanya acuh, tak peduli? Atau hanya sekedar masa bodoh dengan perkataan orang?

" Mmpphhh... Mmpphh... "

Baiklah, jika dia tak bisa di beritahu dengan kata-kata, aku hanya akan mengurungnya disini sampai keadaan benar-benar terkendali.

" Huahhhh hah.. Hah.. Hah.. Hah "

" He Tian... Dasar kau berengsek. Apa maumu? Kenapa kau membawaku kesini? "

Aku hanya membuka penutup mata dan sumpal mulutnya saja. Jika ikatan di tangan dan kakinya dilepas, dia hanya akan menggila dan mencoba untuk memberontak. Meski sejujurnya aku suka sekali dengan sisi liarnya itu. Tapi untuk sekarang, tak peduli seberapa menggemaskannya dia, aku tak akan melunak.

" Mo Guan Shan, ada dengan wajahmu? Apa kau berkelahi, hmm? " aku bertanya padanya dengan nada yang ku buat selembut mungkin. Di sempurnakan dengan senyuman mempesona. Jurus andalanku yang biasanya.

Tapi bukan Guan shan namanya jika dia tertipu dengan topeng andalan ku.

Tapi bukan Guan shan namanya jika dia tertipu dengan topeng andalan ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Tidak... Aku hanya terjatuh di tangga " jawabnya pelan. Dia bahkan memalingkan wajahnya ke arah lain, enggan menatap mataku.

Oh tuhan... Orang bodoh mana yang akan percaya dengan kata-katanya? Apa dia pikir aku idiot?

" Hmmppp.... Begitu kah?! " masih menggunakan nada lembut dan expresi wajah yang sama. Aku mencoba menggali kejujuran darinya sekali lagi.

" i...iya.. Begitulah. Hah aku ceroboh bukan? Ha ha aku terlambat dan terburu-buru hingga tanpa ku tahu akuu... "

BUG

Kutinju meja di sebelahnya dengan tangan kananku. Hingga meja itu pecah. Darah mulai merembes dan muncul ke permukaan tanganku yang dililit perban. Aku muak mendengar kebohongannya.

Ku tatap wajahnya dengan penuh intimidasi. Jika cara lembut tak berhasil, hanya ini satu-satunya cara.

Dia tak bergeming. Arah pandangnya justu tertuju ke satu titik. Yakni meja yang baru saja ku tinju.

" Mo Guan Shan.. " aku berdesis, mengeja namanya sepelan mungkin untuk menarik Perhatiannya.

Dia memalingkan wajahnya. Kerutan yang dalam terlihat jelas diantara kedua alis tipisnya yang bertaut.

" Buka tali ini dan aku akan menjawab pertanyaanmu! " ucapnya dingin.

Aku tak menemukan kebohongan dari wajahnya. Sorot mata dan kestabilan emosinya membuatku yakin dia bersungguh-sungguh.

" Baiklah, tapi jangan mencoba untuk lari " aku mencoba untuk memperingatkannya. Meski aku tau dia tak kan bisa bebas dari apartemen ini. Ini rumahku dan hanya aku yang memiliki akses penuh untuk keluar masuk. Dia hanya akan bisa keluar atas seijinku.

Dia hanya memutar bola matanya malas.

Aku segera membuka ikatan di tangan dan kakinya.

" Urg.. Ini jauh lebih baik " dia bangkit dan berjalan ke arah toilet. Aku hanya menatap setiap pergerakan yang dia buat. Ayunan tangannya, langkah kakinya, pinggangnya yang bergerak seirama dan gundukan bola kembar di balik jeans ketatnya.

Fuck... Siluetnya dari belakang terlihat sangat indah

Aku terbangun dari pemikiranku yang sedang berkelana ketika aku merasakan sebuah tangan menggenggam tangan kananku yang kini nampak mengerikan dengan balutan warna merah dan beberapa serpihan kaca yang menancap di permukaannya.

Mo Guan Shan perlahan mencabuti satu persatu serpihan kaca lalu membuka lilitan perban ditelapak tanganku, setelah itu dia membasuh tanganku kedalam baskom air hangat yang sudah ia campur dengan anti septik.

Tanganku terasa perih, ngilu dan berdenyut-denyut. Jelas saja, itu karena jahitan di telapak tanganku yang belum kering bekas kejadian kemarin. Ditambah luka baru akibat serpihan kaca.

Jika yang merawatku sekarang adalah orang lain, aku tak akan segan meninju wajahnya karena dia membuat lukaku semakin sakit. Tapi karena dia Mo Guan Shan, aku akan memaafkannya. Sebagai gantinya....

JEPRET

Aku mendapatkan fhoto yang bagus. Dia terlihat menawan. Di potret dari atas dengan posisinya yang berlutut di hadapanku. Ok ini terlihat seolah-olah dia akan memberikan BJ..

PLAK

Sebuah handuk basah sukses mendarat di wajahku.

" Jika kau punya waktu untuk melakukan hal yang tidak berguna, kenapa kau tidak obati saja lukamu sendiri! " Dia berkata dengan kerutan yang dalam, sorot mata menusuk dan urat-urat halus yang menonjol di kedua pelipisnya.

Ouh Mo Guan Shan.... Mengapa kau terlihat begitu menggemaskan.

Aku ingin melahapnya bulat-bulat.

Tidak, tunggu dulu, kurasa itu tak benar. Aku ingin mencincangnya dalam ukuran yang sangat kecil, lalu menikmatinya segigit demi segigit. Merasakan setiap texture dan rasanya di setiap sudut mulutku. Eummmm yummy....

Ok itu gila dan untuk saat ini aku akan menunda rencanaku untuk itu.

Sebelum dia sempat beranjak, ku genggam tangannya dengan erat.

" Ayolah little Mo, bantu aku melilit kembali perbannya. Mana mungkin aku bisa mengikatnya sendiri " rayuku dengan senyuman cerah yang keluar tulus dari hatiku.

'' shit.. Aku harusnya membiarkanmu mati kehabisan darah saja. Dasar freak, iblis, benalu, kotoran, menyebalkan " rutuknya. Meskipun omelannya terus berlanjut, dia tetap melakukan pekerjaannya dengan hati-hati.

Ou tuhan... Aku suka sekali dengan orang ini

19 Days ( He Tian - Mo Guan Shan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang