14

939 58 11
                                    

Seorang gadis terlihat duduk sendirian di salah satu bangku taman di bawah pohon yang rindang.

Tatapan nya lurus kedepan,terlihat kosong tanpa expresi,perlahan Fikiran nya kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu.


Flassback.

"Ckk,,lepasin chell,kamu mau bawa aku kemana sih.?" Tanya Anin menghempaskan tangan Michelle yang masih memegang pergelangan tangan nya.

Anin memperhatikan tempat ia sekarang berada,sebuah cafe yang sedang dalam renovasi,tidak jauh dari tempat ia dan gen 3 berkumpul.

"Maaf aku harus lakuin ini," kedua alis Anin terpaut pertanda gadis itu tak mengerti dengan maksud ucapan Michelle.

Tak lama datang seorang dengan jubah hitam dan topeng yang menutupi wajahnya.

"Tinggal kan Beby atau kamu ngk akan hidup tenang." Ucap seseorang itu dengan suara yang terdengar berat.

Anin yang mulai takut menatap Michelle yang hanya bisa menunduk.

"Chelle ini maksudnya apa.?" Tanya Anin namun gadis tetap diam Tak berniat menjawab kebingungan Anin.

"Kamu siapa.?" Tanya Anin pada seseorang berjubah hitam itu dengan suara sedikit bergetar karna takut.

"Kamu tidak perlu tau siapa aku,yang pasti ,turuti semua ucapan ku kalau tidak,,"

"Kalau tidak kenapa.?,Hmm.?" Tantang Anin memberanikan diri.

Seseorang itu mengangkat wajahnya dan menghampiri Anin,meskipun takut Gadis itu mencoba menatap mata seseorang dibalik topeng,namun langkahnya sedikit mundur saat seseorang berjubah itu mendorong bahu nya kebelakang.

"Jangan pernah menganggap ancaman ini main-main." Ucap nya lagi,Anin memejam kan matanya mencoba menghirup aroma parfum yang sangat tidak asing di Indra penciuman nya.

Namun dengan keadaan seperti ini ingatan nya sangat sulit bekerja sama.

"Siapapun kamu jangan pernah jadi pengecut, saat kamu ingin memiliki seseorang harus terlebih dahulu menjatuhkan orang lain." Sindir Anin dengan nafas memburu.

"Kalaupun kamu melukai aku belum tentu Ka Beby mau dengan mu." Entah kesal atau apa dengan ucapan Anin barusan seseorang itu mendorong tubuh Anin dengan keras hingga tubuh gadis itu menabrak sebuah kayu.

"Arrggggg,,asss." Rintih Anin memegangi pinggang nya sambil menatap seseorang berjubah itu berjalan meninggal kan nya.

"Michelle ayo pergi." Ajak seseorang itu menggeret tangan Michelle meninggal kan Anin seorang diri.

Tak Lama setelah kepergian Michelle dan seseorang berjubah itu Anin menatap ke arah sekitar,tidak ada siapapun hanya ia seorang diri,tapi semua salah saat sebuah tangan membekap mulut nya hingga semuanya menjadi gelap.

Flassback off.



"Sayang." Anin sedikit tersentak saat Beby yang baru saja duduk di samping memegang tangan nya.

"Ehh,kakak kamu udah dateng.?" Tanya Anin memiringkan tubuh nya ke arah Beby.

Gadis itu hanya tersenyum tipis lalu mengelus pipi Anin dengan tangan nya yang bebas.

"Kamu mikirin apa sih.?" Tanya Beby lembut.

Anin membalas senyuman Beby,ia melihat kekhawatiran di mata senior nya itu,tapi sampai sekarang ia belum berniat jujur tentang kejadian beberapa hari yang lalu pada kekasihnya.

"Aku ngk papa kok Kak." Jawab nya tersenyum sendu. Beby masih tetap diam menatap dalam mata Anin,ia tau ada ketakutan di dalam diri gadis itu yang belum bisa gadis tersebut ungkap kan.

"Aku ngk mau kamu mikir beban sendirian,berbagi sama aku ya,lagian aku khawatir liat kamu kayak gini." Ungkap Beby sambil mengenggam tangan Anin.

" aku beneran ngk papa kok,kakak ngk usah khawatir." Balas Anin meremas tangan Beby yang juga menggenggam tangan nya.

"Mungkin dia belum siap untuk cerita,biarin aja dulu, yang penting kemana pun dia pergi aku akan selalu pantau." Batin Beby tersenyum ke arah Anin.

"Maaf Kak,aku ngk mau kamu tau tentang masalah ini,walaupun kamu adalah alasan masalah ini ada,tapi aku Akan mencoba menyelesaikan sendiri,untuk membuktikan kalau aku pantas buat kamu." Batin Anin masih menatap mata Beby sambil tersenyum tipis.

----

Sore hari nya Anin dan Beby sedang perjalanan menuju ke tempat latihan,Tak ada obrolan antara kedua nya.hanya jari mereka saja yang terpaut di tengah-tengah mereka duduk di dalam taksi online sesekali Beby melirik ke wajah samping Anin yang sedang asyik melihat jalanan yang mereka lewati.

Perlahan Beby mengubah tautan jari itu menjadi genggaman yang sangat erat membuat Anin seketika menoleh ke arah nya.

Sesampai nya di tempat latihan Beby membawa Anin ke tempat dimana Gracia dan shani sedang duduk.

"Dah duduk sini aja,jangan kemana-mana,nanti aku yang cari in kamu makanan Ok."

Cup.

Anin hanya mengangguk patuh mendegar pesan Beby yang menurutnya sedikit aneh,namun apa boleh buat, keadaan sekarang ini memang tidak memungkinkan untuk dia menentang perintah Beby.

"Abang kok jadi posesif banget sih nin,emang kenapa.?" Tanya Gracia melihat kepergian Beby dari tempat nya.

Anin hanya menggidikkan bahunya acuh.

"Mungkin takut Anin di ambil orang kali gre." Sahut shani membuat Gracia ngangguk-ngangguk ngerti.

Tak lama berselang terlihat seorang gadis mungil menghampiri greshan dan Anin.

"Kak Anin ada surat nih." Ucap Feby sambil menyodorkan lipatan kertas ke arah Anin.

"Dari siapa dek.?" Tanya Gracia.

"Ngk tau Kak,tadi pas aku dari kamar mandi tiba-tiba ada di tas aku,Trus ada tulisan nya,buat Anin." Dengan ragu Anin menerima surat itu.

"Makasih ya feb." Ucap Anin tulus.

"Sama-sama Kak,klau gitu aku permisi dulu Kak." Pamit Feby kembali meninggal kan tempat Anin dan kawan-kawan.

Perlahan Anin membuka surat itu.

Jangan anggap semua ancaman itu hanya omong kosong,aku tidak pernah main-main cam kan itu.

TBC

Ngk tau sih kalian suka apa enggak tapi aku mengabungkan konflik ini ke realita yang sedang terjadi jadi tunggu aja.

Di tunggu saran nya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kisah kitaWhere stories live. Discover now