Amnesia

15.4K 731 45
                                    

[Kelanjutan dari The Last Letter]

- Terinspirasi dari lagu Amnesia yang dinyanyikan oleh 5 Seconds of Summer -

***

"Ketika aku tak ingin mengingatmu namun tak bisa berhenti mencintaimu."

***

Angin setelah hujan yang bertiup ke sana kemari membawa bau basah serta wangi hujan yang punya khasnya tersendiri. Bogor kala sore itu ramai seperti biasanya. Terlebih di sepanjang jalan yang di pinggirnya terdapat factory outlet dan berbagai macam tempat makan. Entah anak muda atau orang dewasa, mayoritas dari mereka lah yang menempati tempat-tempat itu.

I drove by all the places we used to hang out getting wasted
I thought about our last kiss, how it felt the way you tasted
And even though your friends tell me you're doing fine

Bama menatap seorang perempuan yang termenung di sebuah meja yang terletak di bawah kanopi kafe. Kafe tersebut adalah tempat yang sering Bama datangi, pun dengan perempuan itu.

Di meja perempuan bernama Yutta tersebut, terdapat dua gelas minuman dan dua piring berisi makanan favorit masing-masing. Perempuan itu memilih segelas jus alpukat dengan didampingi apple pie yang masih hangat. Di hadapan kursi kosong yang ada di depan Yutta, terdapat segelas iced hazelnut dan tripple choco donnut yang menjadi favorit lelaki kesayangan Yutta.

Bama tersenyum miris, namun ia memilih diam di tempatnya. Mengamati Yutta sambil berdiri di tempatnya. Sore mulai berganti jadi malam, namun Yutta tak kunjung beranjak dari tempatnya. Beberapa pelayan seringkali mencuri lirikan ke arah Yutta, menggumamkan keprihatinan mereka dalam hati namun tak pernah ingin mengusir atau mengganggu kegiatan berdiam diri Yutta tersebut. Jelas, kafe itu adalah milik Yutta dan lelakinya. Para pelayan serta pengunjung setia kafe tersebut tau benar tentang bagaimana legenda si pemilik kafe yang amat romantis namun juga miris.

Bama menatapnya dengan miris, tak pernah ia inginkan hal ini terjadi pada Yutta. Perempuan dengan postur tubuh yang tinggi namun ternyata rapuh itu, adalah manusia terakhir di muka bumi ini yang Bama ingin lihat saat perempuan itu menderita.

"Aku kangen kamu, Bama..."

Bisikan yang jelas sangat lirih itu terdengar oleh Bama, seiring dengan dinyalakannya lampion-lampion kafe yang menjadi penerangan di bagian kanopi kala malam tiba. Bama menyentuh dadanya, terasa nyeri ketika rindu itu menyergap namun tak bisa ia sembuhkan begitu saja.

Aku juga kangen kamu.

Namun tak ada air mata yang turun tiap kali Yutta menggumamkan kata rindunya tersebut pada angin yang mendesau. Rasa-rasanya, air mata Yutta telah habis. Padahal Bama baru sebulan yang lalu meninggalkannya, masih banyak hari-hari yang mungkin masih tersedia untuknya jikalau ia ingin menangisi Bama.

Menangisi kepergian sahabatnya, lelakinya, cintanya, dan pemilik kafe ini.

Semua orang tau, tepat sebulan yang lalu adalah pesta pernikahan Yutta dan meninggalnya Bama, dua pemilik kafe yang notabene bersahabat.

Mereka bersahabat, namun juga pada akhirnya mereka baru sadar kalau mereka juga mencintai.

***

Are you somewhere feeling lonely even though he's right beside you?
When he says those words that hurt you, do you read the ones I wrote you?

Di lain sisi, dari sudut meja bar di dalam kafe, Rendy menatap istrinya, Yutta, dengan senyum sedih terbayang di wajahnya. Ia tak pernah menyalahkan perasaan yang dimiliki Bama terhadap istrinya, atau sebaliknya. Sejak ia berhubungan dengan Yutta, ia selalu tau kalau Yutta dan Bama benar-benar tak terpisahkan. Kini ia menyalahkan dirinya sendiri, karena menikah dengannya lah, beban yang dimiliki Yutta bertambah banyak. Perempuan itu masih mencintai Bama namun di sisi yang lain, ia telah resmi menjadi istri orang.

AmnesiaWhere stories live. Discover now