Melevadir

32 8 2
                                    

Akhhh

Aku ga bohong kali ini. Kepalaku bener - bener pusing. Dan, Hell?? Aku dimana?

Yang terakhir ku ingat, aku sedang di kejar oleh banyak robot bersama Natha.

Ah, iya. Natha. Dimana anak itu?

"Kau sudah bangun ternyata, anak manis"

Suara itu membuat ku langsung menoleh ke arah belakang. Btw, aku gatau ini ruang apa, yang pasti ini tuh dari kaca rapet banget, tanpa ada pintu. Lah? gimana mereka masukin aku kesini?

"Selamat datang disinggasanaku, cantik" tambahnya. Ku lihat dia tersenyum, bukan - bukan. Itu seringaian.

"Laki - laki yang bersamamu siapa? Pacarmu?" katanya,lagi.

Aku masih diam tak mau menjawab. Ayah pernah bilang,
"Kalau kamu di ajak ngomong sama orang lain yang gak kamu kenal, kamu mending diem aja, atau ngejauh" Ya, kalau bisa ngejauh juga sih aku ngejauh. Tapi mau gimana, kekunci di ruang kayak gini? Mustahil kayaknya. Kecuali kalau aku punya kekuatan seperti superhero - superhero yang ada pada buku dongeng lamaku, sepertinya aku akan bisa memecahkan kaca ini.

"Gapapa kalau kamu gamau jawab, aku sudah tau jawabanmu kok" katanya, sambil mengetik sesuatu dari hologram yang muncul saat ia membuka tangannya.

Hell

Kaca yang berada tepat di depanku terbuka lebar.

Apa - apaan ini?

"Teknologi yang ku buat kemarin. Sayang jika tidak di coba, dan kebetulan kamu sedang bertamu disini, aku pun tidak punya kamar lagi untuk menampungmu. Tidak salah kan?" katanya

Heii, Pak professor. Anda kira saya mau bertamu ke rumah anda? Bahkan saya pun tidak tau siapa yang membawa saya kesini.

Andai saja aku bisa mengatakan itu semua tepat di depan mukanya. Tapi yang bisa ku katakan hanya

"iya"

IYA.

IYA DOANG.

Bodoh memang. Aku selalu saja mengalami pannic attack saat orang - orang menatapku seperti dia sedang menatapku sekarang.

"Juna Harison, panggil sesuka kamu, tapi kayaknya kamu gasuka di ajak ngomong ya. Jadi yasudah tidak usah manggil." katanya.

Masa bodoh, aku sungguh tidak peduli. Aku hanya ingin sekolah. Aku mau belajar.

Duk

Sesuatu jatuh tepat di sebelahku.

Astaga, Natha

"Nath, Hey,wake up. Kamu kenapa?" ucapku sambil terus goyang - goyangin badannya

Gila sih, badan dia memar di mana - mana plus muka nya yang udah lebam ga karuan kayak orang abis tanding di ring tinju.

Ya, walau jujur, aku gatau dia siapa, aku ga sejahat kayak yang kalian kira sampe tega liat Natha, orang yang baru aku kenal kemarin. Itu juga kenal gara - gara dia ngerusakin hoverboard aku. Ah, udah - udah, yang penting tuh dia bangun dulu sekarang.

"Akhh"

Nah loh, suaranya orang kesakitan banget ini mah. Aku udah bingung harus ngapain. OH IYA, KAN SI JUNA JUNA ITU MASIH ADA.

Aku langsung nengok ke arah dia yang ternyata lagi ngeliatin aku, gitu banget. Judes. Parah sih ini mah, judes + jutek. Lebih parah dari Natha pas ga sengaja aku tabrak waktu itu.

"Aku kira kamu ga bisa ngomong, ternyata kamu bisa ngomong kalo sama orang itu doang." katanya sambil jalan mau keluar dari ruang kaca ini.

"Eh, kak Jun!" kataku

Dia nengok, mukanya masih sama. Datar banget. Dia ngangkat alisnya seolah ngomong 'Apa lagi sih?'. Bodoamat gapeduli yang penting orang depan aku ini bisa selamat. Bukan apa - apa nih, kalau sekiranya dia gabangun lagi, siapa yang jadi target utama? Ya aku lah.

"Tolongin temen aku kak, Plisss" kataku sambil nyoba diri buat jalan nyamperin dia.

Tapi apa? Kak Jun cuma diem ngeliat Natha sebentar terus dia jalan keluar, ninggalin aku yang lemes gini sama Natha yang udah gatau lah, dia bisa bertahan apa ngga.

Tangan Natha mulai gerak. Matanya juga kayak mau ngebuka gitu, tapi kayaknya berat banget gitu.

"Nath?" ucapku

"Akhh, sakit banget gila" katanya

"Hah? apaan? mana yang sakit?" Aku panik. Jujur, aku gabisa ngeliat orang kesakitan gitu. Aku langsung ngerasa sakit juga soalnya.

Dia nyoba bangun, otomatis aku ikutan bantuin dia buaat duduk. Aku beneran ga tega liatnya.

"Kamu abis darimana? Ngapain? Kok bisa gitu? Kenapa badan kamu gini? Ahhh ini kenapa sihh" kataku panik

Dia ketawa. Apa yang lucu coba? Ada gitu?

"Kenapa ketawa?!" sentakku

Dia sedikit kaget ngeliatnya, tapi dia ketawa kecil lagi.

"Apaan dah lo, ribet banget. Gue gapapa kali" katanya santai.

Gapapa apaan? Badan udah kayak betukan panci punya Bu Rista, penjaga kantin iya kali.

"Dih? Gapapa apanya? Tadi kamu kesakitan gitu" kataku

"Udah diem, mau ada yang kesini" katanya

Baru aja mau buka mulut, bener ada orang yang masuk ke sini. Bukan orang deh, dia robot.

"Nona Alea, mari ikut saya menemui Tuan muda" katanya sambil langsung menarik tanganku.

Kenapa ga sekalian kayak tadi aja bawa akunya? Buat pingsan dulu, kan biar lucu

Gatau aku salah denger apa gimana, tapi Natha kayak bilang
"Kalau mereka nanya apa - apa, gausah di jawab" Tapi jujur, mulut dia sama sekali gak gerak, kayak telepati gitu, tapi, emang dia bisa?

Tbc

Cyborg Where stories live. Discover now