BAB I

79 12 3
                                    

Dia Adalah Bintang

"Gentar, kamu sampai dimana, aku butuh kamu.!"

"sebentar bintang..macet ." jawabku singkat.

Entah kenapa malam ini aku merasa lalu lintas sedang tidak berpihak padaku. Tidak hanya lalu lintas saja aku pikir, tapi memang seharian ini, dari jadwal meeting dengan dengan Klien yang tidak jelas sampai banyaknya pekerjaan yang mengharuskan aku untuk tidak bisa berangkat bareng Bintang yang siang tadi sudah sampai duluan di kota Batu, Malang. Aku, Bintang dan temen temen kantor memang sudah sepakat bahwa akhir minggu ini kami akan berlibur dipuncak kota Batu, Malang.

Owh iya. Perkenalkan, aku Gentar, lahir di Jakarta tapi habiskan masa kecil dipinggiran Jawa. Tidak ada yang spesial, aku selayaknya anak kecil dijamannya saat itu. Kulitku relatif dekil dan hitam, karena memang geografis daerah aku tinggal dipegunungan tandus, ditambah keseharianku sering diluar rumah, bukan untuk bermain tapi harus membantu orang tua mencari rumput untuk makanan kambing. Aku lahir tahun 80' an, tentu saja melewati banyak fase perubahan gaya hidup. Aku mengalami masa kecil dengan bermain sepak bola sampai Magrib, bermain gobak sodor saat bulan purnama karena belum ada listrik, menyaksikan kelahiran ponsel dengan harga kartu perdananya mendekati harga handphone, dari system operasi handphone Symbian, Bleckberry, IOS sampai dengan Android. Aku juga menjadi saksi perpindahan jejaringan sosial dari Freindster, Facebook hingga Instagram.

Orang memanggilku Gentar, bukan karena aku penakut tapi aku memilih menghindari masalah apalagi terkait benturan fisik. Aku cinta damai. Bagiku tidak semua masalah harus diselesaikan dengan adu otot karena diam sering kali menjadi pembalasan yang akan menyakitkan jika terjadi masalah. Bukan nerimo tapi membalas dengan cara yang elegan.

Dia adalah bintang, teman kantor yang dua tahun lalu aku kenal, bedanya denganku, bintang itu orang spesial (setidaknya buat aku), bawaanya yang selalu riang, galak, sedikit pecicilan dan selalu ingin menjadi nomor satu disetiap kondisi. jadi pusat perhatian tepatnya.

Bintang lahir dijakarta (katanya), menghabiskan masa kecil dipinggiran jakarta, dengan gaya hidup anak anak jaman sekarang, tahun 90 an. sedikit nyentrik dan pengakuanya berpikir terbuka, entah apanya yang terbuka. Dia suka sekali musik, hampir semua lagu ciptaan terbaru dia selalu yang lebih dulu tau dan hafal dibanding temen temen kantor yang lain, sangat disayangkan dia tidak paham lagu jawa. Bintang keturunan orang luar jawa. Bukan rasis tapi agar kalian bisa bayangin sosok Bintang, cukup dibayangin saja, tidak boleh dimiliki, karena dia milikku...(saat ini). Wajahnya terkesan galak tapi asal kalian tau dari banyak hal yang aku suka diwajahnya, melotot dengan raut kesalnya aku paling suka, mungkin beberapa orang akan takut kalau melihat dia melotot, tapi aku malah pengen cium saja wajahnya. Dia paling anti dengan asap, katanya asap tidak sehat, bukan hanya asap rokok yang membuat dia marah tapi semua asap, sebenarnya bukan khawatir terhadap paru parunya tetapi lebih khawatir terhadap rambutnya. Entah apa yang membuat dia begitu khawatir, menurutku tidak ada standart rambut dikatakan wangi atau tidak.

Dia adalah Bintang, yang lebih dari 2 tahun lalu selalu menghantuiku, yang satu setengah bulan lalu sepakat denganku, tentu saja tanpa paksaan, untuk mengikut apa kata hati kami berdua, saat itu kata hatiku ingin memilikinya dan (katanya) kata hatinya juga ingin memilikku juga. aku tidak peduli saat itu, apakah benar ataukah hanya membual, tapi aku rasa dia juga memiliki rasa yang sama. Kalian tau bagaimana ceritanya aku dan Bintang jadian.? Biasa saja, mirip cara jadian orang orang, yang membedakan mungkin kagetnya. Aku kaget karena dia juga (katanya) memiliki perasaan suka kepadaku, dan dia kaget setelah tau sebenarnya sudah 2 tahun lalu aku suka padanya. Bahagia pasti, bukan hanya bisa saling mengungkapkan perasaan dan menerima masing masing, tapi lebih bahagia karena ada harapan besar tercipta. Harapan versiku dan dia.

DIA ADALAH BINTANGWhere stories live. Discover now