สาม

9.1K 1.1K 110
                                    


Tolong lebih teliti, alur maju-mundur canteeek




...

Sepeninggalan Taehyung dari café Jung Hoseok, Jimin juga memutuskan untuk keluar hendak pergi ke toko buku yang berada tak jauh dari café. Rutinitas Jimin yang kedua, saat tak lagi ingin merecoki pekerjaan Hoseok, sepupunya. Di sepanjang bahu jalan, Jimin sibuk mendendangkan lirik lagu Promise milik salah satu personil boy band Korea.

Sesekali Jimin akan berhenti, lalu kembali melanjutkan jalannya hingga tiga blok ke depan dimana toko buku Paman Lee berada. Walau buta, Jimin sudah hapal betul tata letak para penjual kaki lima atau toko apa saja yang sudah Jimin lewati. Sudah di bilang bukan, semenjak buta indera penciuman Jimin jauh lebih tajam. Ia bisa mengenali aroma dari jarak sepuluh meter.

Lagi-lagi Jimin terhenti, tersenyum tipis sebelum akhirnya berbalik badan. "Sampai kapan kau mau mengikutiku?"

...

Geraknya seirama kala sepasang netra itu melihat sosok mungil Jimin keluar dari café. Cekatan, ia yang semula duduk tak jauh dari café Hoseok bergerak mengikuti kemana kaki Jimin melangkah. Tersenyum kecil, kala Jimin sesekali menggerutu pada pekerja kaki lima yang memakan habis bahu jalan untuk barang dagangan mereka.

Lalu sayup-sayup ia mendengar sebuah lagu mengalun merdu dari bibir Jimin, yang selalu ia dengar setiap kali dirinya mengikuti Jimin seperti sekarang.

Ikut berhenti kala Jimin berhenti, entah apa yang tengah pemuda itu lakukan. Selama ini ia hanya diam-diam membuntuti, tanpa berniat sedikit pun mengganggu kehidupan pemuda manis tersebut. Bisa seperti ini saja dirinya sudah sangat senang, tak punya harapan lebih untuk mengenal lebih dekat.

Namun mungkin takdir berkata lain, tiba-tiba saat dirinya tengah sibuk memikirkan Jimin, ia tercekat karena entah sejak kapan pemuda itu telah berbalik menghadapnya dengan senyuman tipis.

"Sampai kapan kau mau mengikutiku?"

"Eh?!"

--

--

--

"Aaa... Aduh, aduh. Sakit Bu, sakit." Taehyung mengerang karena cuping telinganya habis jadi incaran sang Ibu.

"Ibu sudah bilangkan, jangan kelayapan seperti pengangguran. Kau punya tugas mengurus Yeonjun dan juga Yoongi." Teriak sang Ibu dengan tangan yang masih menjewer telinga Taehyung.

"Aaaaah iya, iya. Taehyung minta maaf. Aku tadi pergi ke café Hoseok hyung, jadi..."

"Jangan banyak alasan anak nakal."

"Iya Ibu, ampun."

Sang Ibu mendengus sebelum melepas jeweranya, melirik sinis ke arah Taehyung yang masih sibuk mengaduh sembari mengusap cuping telinganya yang memerah.

"Kenapa Ibu bisa ada disini?"

"Pertanyaanmu yang berbobot sedikit. Jangan hanya kebodohan yang kau pupuk. Jelas Ibu disini, karena rindu dengan cucu Ibu."

"Tidak rindu pada Taehyungie?"

Taehyung berkilah kala sang Ibu hendak melayangkan pukulan ke kepalanya, tersenyum kotak lalu memeluk sang Ibu sayang.

"Lepaskan ibu! Dasar anak nakal!" Biarpun menolak pelukkan, tapi Ibunya tetap menerima pelukkan Taehyung.

"Ibu, maaf." Lirih Taehyung berubah sendu, sang Ibu yang mengerti keadaan Taehyung hanya menghela nafas sambil menepuk punggung sang anak.

Turun Ranjang [YoonTae]✔️Where stories live. Discover now