|| Superhero ||

7.8K 394 24
                                    


Ami menyusuri jalan setapak dengan cemberut, dia tidak berhenti mendumel dan sesekali mencebikan bibir. Mommy-nya itu jahat sekali, meminta Ami membelikan mangga muda di pasar, mana disuruh jalan kaki lagi. Kalau bukan karena ngidam, pasti Ami tidak akan mau!

Tatapannya jatuh pada kantong kresek berwarna hitam di tangan kanan, Ami sedikit menggoyang untuk melampiaskan kekesalannya. "Ini tuh gara-gara kamu, Mangga! Coba kalau kamu deket, pasti Ami nggak bakalan capek-capek jalan kaki!" Ami marah-marah sendiri. Tidak sampai di situ, bahkan Ami juga menendang kaleng soda dengan kencang.

"Anjing! Berani-beraninya nimpuk kepala gue!"

Seketika Ami menegang, berkali-kali dia meneguk ludah gugup dan perlahan mendongakkan kepala. Tatapannya beradu dengan orang itu, yang satu tangannya penuh tato dan ada beberapa codet di wajah, yang satunya lagi berbadan kurus dan memiliki anting. Yang membuat Ami tambah takut adalah, dua orang itu menyeringai padanya.

"Kalau manis begini, Abang nggak jadi marah sama Eneng." Dua orang itu mendekati Ami, mereka ada di sisi kanan dan kirinya. Bahkan tampang yang lebih menyeramkan mencolek dagu Ami.

"A-A-Ami n-nggak se-sengaja. M-maafkan, A-Ami?"

"Oh, jadi nama Si Manis ini, Ami?" Yang lebih kurus meraih helai rambutnya. "Abang berdua bakal maafin, Neng Ami. Kalau Neng Ami mau diajak senang-senang."

Mendengar itu, Ami makin takut. Tangannya mencengkram erat kantong kresek berisi mangga muda. "A-Ami mau pulang. Mommy pasti cemas nungguin Ami."

"Nanti pulangnya, setelah kita bersenang-senang, Manis." Si wajah penuh codet mensejajarkan tingginya dengan Ami.

Wajah Ami makin memucat, dua orang ini sangat bau. Ami menahan napas untuk beberapa detik dan terpaksa menghembuskannya tergesa-gesa karena merasa akan pingsan. Kalau Ami pingsan pasti akan memudahkan dua orang ini membawanya. "A-ambil uang Ami saja, Ami anak orang kaya. Kalau kurang, nanti datangi saja ke rumah Ami."

"Sial! Lo kira kita butuh uang?!"

Rupanya Ami memancing kemarahan dua orang itu. Tiba-tiba tubuhnya terbalik, Ami dipanggul seperti karung beras, kepalanya pening seketika. Ami memberontak dan menendangi orang yang memanggulnya. "Lepasin, Ami!" Sekuat tenaga dia meronta. "Tolong ... tolong ..."

Mereka berdua tertawa. "Tidak ada yang menolongmu, Manis." Bahkan salah satu dari mereka menampar bokong Ami.

Ami menangis kencang, dia sudah dilecehkan dua orang gila ini. Ami tidak berhenti memukul, mencakar, dan menendang tapi tetap saja tidak mempan. Malah mereka menertawakan Ami layaknya ondel-ondel.

Karena lelah, Ami memutuskan berhenti meronta dan menangis sesegukan. Dalam hati, Ami bersumpah, kalau ada yang menolongnya, maka Ami akan menjadikan orang itu sebagai pacar, bahkan kalau perlu, Ami akan jadi budaknya.

"Kalau nurut gini, Eneng jadi tambah manis." Dua orang bau ini makin senang karena merasa mangsa mereka akhirnya pasrah.

Langkah mereka terhenti di depan rumah kosong tidak terpakai. Saat akan membuka pintu, Si Kurus mengerang kesakitan sambil mengusap belakang kepalanya.

"Cupu banget, beraninya sama cewek doang!" ejek sebuah suara.

Ami merasa tubuhnya diturunkan, dia berpegangan pada dinding berdebu karena kepalanya pusing.

"Wah-wah, rupanya ada pahlawan kesiangan?" Si Codet menyeringai. Bersama Si Kurus, dia maju beberapa langkah. "Lo ngerusak kesenangan kami, Bocah!"

Lalu semua terjadi begitu saja, Ami yang sudah menguasai kesadarannya kini dibuat ternganga. Bagaimana tidak, dua orang bau itu sudah terkapar tak berdaya. Ada beberapa lebam di wajah keduanya, bahkan Si Codet terbatuk-batuk memegangi perut.

Abi untuk Ami (Move to Dreame)Where stories live. Discover now