halaman 7

146 42 9
                                    

sorry for typos, malem ini aku ngetik langsung publish ga di edit dulu hehehe penyakit orang Indonesia; males.








"Siapa yang bisa bantu ibu kembalikan buku ke perpustakaan?"

"RINAIIII!!!"

Teman sekelasku, kompak menyerukan namaku sipenghuni barisan depan.

"Bagaimana? Rinai bisa bantu Ibu?"

Tidak bisa Bu!!!

"Tentu, Bu."

Tentu saja aku tidak bisa menolak:(((










"Nah, Rinai--- taruh bukunya di lorong D petak ke-lima, ya? Ibu ada pekerjaan lain. Nak Rinai bisa bantu ibu?"

Lagi-lagi dengan senyuman palsu yang terlukis diwajahku aku mengangguk menyanggupi permintaan Bu Guru.

Sembari membawa setumpuk buku paket Kimia yang beratnya sama dengan memikul 6 kilogram beras. Aku menelusuri lorong-lorong rak buku sembari bergumam;

"Lorong A.... B...." Kataku. "Lorong C... Dan.... Lorong D." Aku berbelok, langsung menaruh setumpyk Buku paket dipelukanku diatas lantai saat menemukan rak ke-lima yang Bu Guru maksud.

Aku menengadah, jauh satu setengah hasta diatas kepalaku, disitulah rak ke-lima yang guru maksudkan berada.

"Ya Allah, Bu. Saya pendek ini gimana naruhnya????" Herutuku, beberapa kali mencoba berjinjit upaya meraih rak teratas dimana buku-buku tebal bertuliskan KIMIA besar-besaran disampulnya bertempat.

Tak habis fikir. Aku menoleh kanan-kiri, tidak ada yang bisa kugunakan sebagai pijakan. Sampai akhirnya, sisi berantakan diotakku menguar. Memberitahu bahwa;

'Rinai, injak saja rak nomor dua, lalu kamu bisa menaruh buku-buku itu ketempatnya walau butuh sedikit dorongan.'

Dan aku menyetujuinya.

Maaf, maaf. Mbak, Mas aku bar bar kali ini. Sekali, ngga masalah 'kan?

Lalu aku mulai melakukannya. Walau tergopoh-gopoh, aku harus selesaikan ini dengan cepat. Bulak-balik membungkuk lalu bangkit sampai akhirnya dibuku terakhir dengan sisa tenaga, aku melempat buku dengan tenaga hingga buku kimia itu melebihi batasannya atau--

'Dug'

"Aw!"

--terjun bebas menghantam seseorang disebrang lorong D.

Aku langsung turun dari rak. berlari kecil ke bagian lorong E untuk melihat korban kejahatanku.

"Gila ya--- Rinai?"

"Lho? Bara????"

Duh. Kenapa mesti Bara sih, bukuuuuu????















Serena :
GAUSAH MASUK KELAS
Pak Bandanya bolos
Serena :
Gue sm yang lain dikantin
mau nitip sesuatu?

Rinai :
titip air mineral ya
makasih Rena


Serena :
lo dmn dah lamaaaa

Rinai :
Masih diperpus
Aku gak sengaja jatuhin
buku ke mukanya Bara
Rinai :
Malu banget😿


Serena :
PANTESAN LAMA
YAUDAH YA SELAMAT!!!
Serena :
DADAH RINAI SAYANG

"Ketemu ngga?"

Aku langsung memasukkan ponselku kembali kedalam saku rok.

"Hm, belum." Aku menoleh lalu tak sengaja melihat judul buku digenggaman Bara. Hhh, dia ini. "Kayaknya, bab dimana kerajaan-kerajaan mulai terbentuk di Indonesia ngga tersedia di buku PPKN deh, Bara."

Bara langsung tersenyum kikuk. Menggaruk tengkuknya sebagai respon kalimat koreksiku.

"Ah, bener. Gue kurang fokus."

Bara berbalik melangkah, mungkin menyimpan kembali buku salah ambilnya itu. Aku dibalik buku Sejarah menggertakkan gigiku menahan gemas.

Beneran, Antasena Bara yang kukenal sebagai es batunya sekolah ternyata tidak se-es batu itu. Mungkin ice cream dengan rasa coklat adalah perumpamaan yang tepat. Dingin namun tetap manis.

"Rinai,"

Kepala Bara menyembul dibalik rak buku.

"Ya?"

"Rasyad nge-whatsapp, materinya udah dihandle sama Shaula. Lo gak perlu repot ngubekin buku sejarah lagi, Na. Ngantin, yuk?"









Double update ya! 7 dan 8!

teruntuk; antasena bara | h. yoonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang