MALU

51 1 0
                                    



Mendapat pesan dari orang yang di sayang bikin senang bukan kepalang. Di tambah pesan itu sebuah ajakan untuk makan atau hanya sekedar menyesap kopi di pagi hari menjelang siang. Mood bagas semakin membaik pagi ini. Sampai ia rela membatalkan meeting sepihak di jam 10 pagi ini. Pembatalan sepihak tak ulung membuat sang asissten heran meskipun hanya dijawab si boss dengan senyuman. Bagas tidak peduli dengan tatapan aneh sang asisten. Ini kali pertama ia membatalkan janji apalagi ini kategori meeting penting. Tapi dia jauh tidak mau lagi menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali. Masalah kerjaan? Itu masalah sehari-hari, bisa ditangani nanti. Masalah cinta? Itu yang sedikit sulit.

Bagas menyesap kopi ekpresso tak lepas pandangan dari pintu masuk. Banyak orang lalu lalang keluar masuk dari pintu itu. Tapi wanita yang di tunggu-tunggu tak kunjung mrnunjukkan batang hidungnya. Bagas tersenyum lalu membuang pandangannya menuju jendela kaca besar. Pria berusia 35 tahun itu merasa aneh dengan dirinya, sebegitu antusiasnya dia dengan pertemuan ini, mirip remaja putra yang baru merasakan cinta. Padahal usianya sudah di bilang tua.

Seorang wanita berusia 23 tahun memasukki kafe dengan pashmina coklat memakai tunik dengan setelan celana jeans. Shavira seolah mempunyai aura yang tinggi untuk menarik perhatian bagas. Senyum bagas terbit.

Mata shavira mengelilingi kafe sebelum kakinya beranjak dari pintu kafe. pandangannya mengedar, berniat mencari tempat duduk yang kosong. Dia sama sekali tidak tahu jika pria yang ia ajak bertemu sudah menunggu dari setengah jam yang lalu. Bagas tidak berniat memanggil, pria itu hanya ingin shavira tahu dengan sendirinya dengan terus memandang shavira yang mengembungkan pipinya kesal karna tak mendapatkan bangku kosong.

Pandangan shavira berhenti pada pria duduk dekat jendela, pria duduk tenang dengan setelan kemeja kerja yang kini tengah menatapnya. Shavira membalas tatapan itu malas. Membuat janji pukul sepuluh pagi, namun melihat pria yang di kenalnya sudah duduk manis dan tersenyum ke arahnya. Shavira melirik jam dipergelangan tangan sekilas. Jarum jam masih menunjukkan pukul setengah sepuluh. Shavira memutar bola matanya malas, dengan langkah tegap gadis itu melanjutkan langkahnya

Tatapan mata bagas tak lepas dari shavira. Ia menatap shavira dengan tatapan seperti elang menemukan mangsa. Pria itu semakin menarik kedua sudut bibir saat shavira semakin berjalan mendekat ke arahnya. Bagas masih dalam keterdiaman menatap gadis itu. Tak bergerak ataupun menyapa meskipun shavira sudah berdiri tegak di depannya

Dengan mengerucutkan bibir, Shavira menyungkem tangan bagas. Hingga membuat pria itu tersenyum menggelitik. 'Melihat dari tingkahnya seperti pongah, ternyata sopan santun juga' nilai bagas dalam hati

"maav mengganggu waktu mas" ucap shavira saat sudah dipersilahkan duduk oleh bagas

Tangan bagas menginterupsi memanggil pelayan, setelah mengedarkan pandangan.

"pesen dulu" ucap pria itu saat waitres sudah menghampiri

Shavira beniat menolak, karna dia tidak akan lama. Namun tatapan pria itu seolah tidak mau di bantah. Shavira menuruti dengan membuang nafas jengah

Tatapan bagas tak beralih dari menatap obyek di depannya. Senyuman semakin tercetak jelas saat waitress sudah meninggalkan meja mereka. Tatapan dan senyuman yang diberikan bagas membuat shavira semakin risih

"masih setengah sepuluh" ujar pria itu dengan mengalihkan pandangan melihat jam dipergelangan tangannya

"tadi abis ketemu temen, sekalian." Jawab shavira seolah mengerti maksut pria itu

Gadis itu memang baru saja menemui kawan lama, di dekat daerah sini.

"mmm.."

"kalau aku sengaja berangkat lebih awal, takut kejebak macet." Ujar pria itu tanpa ditanya

ShaviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang