10

4.4K 509 28
                                    

Smack!

Smack!

Smack!

"Kau tahu," Gaara menghindar dari pukulan brutal Sakura, dahinya berkeringat dan dia cemberut melihat wajah dingin Sakura di depannya. "Aku sekang mengerti kenapa Naruto menyuruhku menemani mu berlatih saat kau sedang merah."

Smack!

Smack!

"Persetan, Sakura! Perhatikan pukulanmu." Mata Gaara melotot. "Kau hampir meninju bola mataku." Smack! "Women!"

"Shut up!" Smack! "Jangan berubah jadi banci, Sabaku." Smack!

"Oi," protes Gaara ketika tinju Sakura berhasil mengenai gusinya, dia meludah dengan campuran darah lalu mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Jade, please, bunuh saja Naruto, jangan aku."

Sakura memutar bola matanya. "Sejak kapan Sabaku memohon?" Tanyanya mengejek.

"Sejak kau menjadi malaikat kematianku."

"Omong kosong," katanya jengkel. Dia memilih meninggalkan Gaara dan duduk di pinggiran batu besar yang terdapat di pinggir taman berumput hijau tua, meraih botol minum yang berisi air mineral, mengabaikan Gaara yang ikut duduk disampingnya. "Sudah ada kabar dari Shino?"

Gaara menutup botol minumnya dan turun dari batu, ia lalu tidur terlentang diatas rumput sambil memandangi langit biru, tidak terganggu sama sekali dengan sinar matahari di siang yang cerah kota Tokyo. "Semua video yang ada di Youtube berhasil di hapus, Kakashi bilang, IT dari FBI yang bernama Andrew juga sudah memblokir semua video-video semalam."

"Dan anak itu?"

"Aman. Tenten bisa di andalkan, kau tahu."

Sakura tertawa pelan, ia ikut merebahkan diri di atas rumput, di samping Gaara. "Menurutmu, apa yang sedang dia lakukan?" Tanya Sakura, matanya menatap tajam ke langit. Ada saat dimana Sakura benar-benar lelah dengan semua beban yang ia tanggung, menjadi The Choosen One bukanlah kemauannya, ia ingin hidup yang normal, berbelanja, pergi ke bioskop, jalan-jalan ke taman hiburan dengan bebas, bukan dengan perasaan waspada setiap saat. Dia selalu berandai, jika dia di takdirkan sebagai manusia biasa, apa saat ini dia sedang tertawa di ruang keluarga sambil minum teh dengan ibunya, atau berdebat tentang berita harian dengan ayahnya, atau juga dia dan Sasori sedang bermain baseball, menikmati cuaca hari ini. Mungkin, yang paling dia nanti, dia dan Julian sedang kencan sambil membeli ice cream.

Gaara, di sisi lain, menoleh kesamping, menghadap wajah Sakura yang masih memandang lurus ke awan. Dia tahu siapa yang dimaksud Sakura, kemungkinan tiga puluh persen tentang Sasori dan tujuh puluh persennya tentang Julian, dan Gaara memilih persentase yang paling tinggi. Ini tentang Julian, Gaara jelas tahu siapa Julian dan apa hubungannya dengan wanita yang ada di sampingnya. Menjadi agen khusus Negara membuatnya sering bekerja dengan benerapa orang penting, termasuk agen-agen luar Negara sekelas trio FBI (Sakura, Naruto dan Shikamaru) dia juga kenal beberapa agen lainnya seperti Charlie, Thomas, Corner dan lainnya.

"Kupikir, dia sedang melihat kita disini," kata Gaara, kembali melihat ke langit saat Sakura terkekeh.

"Sok pahlawan, dia itu."

"Aku lebih senang kau berkaca."

"Tapi dia tipikal. Selalu sok kuat."

"Aku yakin di kantor ada cermin besar."

"Keras kepala."

"Duh, aku rasa Kakashi perlu cemin baru, lebih besar dari yang ada di toilet."

"Julian itu idiot, selalu bertindak sesuai insting dibanding otak."

JADEWhere stories live. Discover now