Venu: Two.

420 3 0
                                    

VENU: Two.

Hari ini adalah hari selasa.

      Beberapa pasukan yang memakai masker wajah atau topeng, terlihat sedang menyerang sebuah gedung sekolah. Para murid dan Guru sedang mengajar muridnya, tiba-tiba saja ruang kelas itu menjadi hening dan takut. Lalu para pasukan topeng mengiring para murid dan Guru ke ruang seni tari yang begitu luas.

       Senjata mereka telah membuat lumpuh para murid dan para pengajar. Walaupun tangan mereka terlihat bergetar, tapi ternyata bukan hanya para Guru dan para murid saja yang takut. Tapi para pasukan bertopeng juga terlihat takut.
    Takut bukan karena jumlah murid dan Guru, tapi rencana. Rencana ini baru kali pertama mereka lakukan. Dan menjadi pembajak sekolah juga hal yang kali pertama bagi mereka.
Entah mengapa mereka memiliki rencana ini dan mengapa mereka benci terhadap sekolah Swasta ini?

♓ ✧ ✧ ✧ ※ ✧ ✧ ✧ ♓

Kami tidak belajar, karena sekolah kami telah dibajak oleh lima orang yang berpakaian jaket katun dengan masker di wajah mereka.
   Jaket mereka ada yang berwarna hitam, kuning telur, biru tua, hijau tua, dan abu-abu. Pakaian mereka semacam pakaian training.
       Semua murid dan guru di pisahkan dan apalagi bagian cowok dan cewek juga di pisahkan menjadi empat bagian. Sekolah kami dibajak pada saat pelajaran ketiga yang hampir kelar. Lalu tiba-tiba muncul lah kelima orang yang tidak di kenal itu. Kemudian kami di giring kemari, di arena sanggar tari.
       Untung bagiku, karena aku ada di barisan depan. Walau kami semua sedang duduk di lantai kayu yang licin. Lalu kedua tangan berada di atas kepala kami dan salah satu orang bermasker itu bergantian menjaga di area kami.
      Satu di depan dan ke empatnya hilir-mudik di hadapan kami sambil mengacungkan moncong senjata mereka. Sekali-kali, aku mengintip mereka, karena aku ingin tahu, apa yang sedang mereka lakukan pada saat ini.
    Apa hanya mondar-mandir sajakah, atau hanya berdiri sambil memperhatikan ketakutan kami semua. Akhirnya ada cela bagiku, lalu aku menekan tombol alarm pemberian Sidney kepadaku. Suara keributan pun terjadi, lalu semua mata mengarah kepadaku.
Lalu aku pura-pura untuk meraba di dalam saku rok seragamku untuk mematikan alarm tersebut.

      "Maaf, tamagochi ku berbunyi,"
kataku sambil memperhatikan ke empat orang bertopeng yang ada di hadapanku.
Lalu ke empat orang itu bergegas pergi meninggalkanku.
Terjadi jedah sesaat, dan dengan sedikit keberanian yang ada, aku pun mulai bertanya.
     "Apakah kau murid sini?" Tanyaku sambil duduk normal dan salah satu yang menjaga di depan.
Orang itu menatap nanar ke arahku sambil membidikku.
     "Lalu kenapa kalian ingin menghancurkan sekolah ini?"
Lanjutku lagi sambil menatap ke dua mata ortang itu.
      "Bukan urusanmu!" Seru orang itu sambil mendorong kepalaku dengan moncong senjatanya.
"Kau hanyalah sandra," imbuh salah satu orang yang menjaga di area kami. Sang algojo biru tua. Aku malah tidak merasa takut maupun gentar, lalu aku berkata lagi.
      "Kalau ada masalah, kita, kan bisa bernego."
"Yap itu benar!" Seru salah satu dari grup cowok. Kayaknya atau sepertinya suara itu dari murid atau siswa cowok. Suara tembakan ke udara pun terdengar di ruangan sanggar tari ini. Semua yang ada di sanggar ini pun menjadi hening.
      "Sudahlah, Chen Shi kita sudahi saja semua ini." Akhirnya salah satu diantara mereka bersuara.
Tatapan sang ketua menjuruh ke arah salah satu temannya yang berada di kubu cowok.
     "Sejak awal, aku tidak ingin ikut dengan rencana ini." Lanjut sang cowok masker dengan pakaian training yang berwarna abu-abu.
   "Rencana ini harus berjalan lancar, teman. Kalau tidak kepala kita sanksinya." Hardik sang ketua mereka yang memakai pakaian training yang berwarna kuning telur.
"Benar apa yang di katakan Chen Shi, Siau Man," imbuh si training hitam.
    "Kami membenci sekolah ini, karena semuanya palsu dan semua orang yang berada di sini hanya melihat ke atas tidak pernah melihat ke bawah. Apalagi merendahkan orang. Itukah sistem di sekolah ini!?" Penjelasan yang sangat masuk akal, apa bila seseorang telah memendam sesuatu kebencian di dalam dirinya.
    "Kami telah memasang beberapa dinamit di area sekolah ini, agar gedung sekolah ini hancur bersama kalian." Kedengarannya memang sangat menakutkan sekali, sampai-sampai seluruh guru wanita dan para sisiwi pun berteriak histeris. Aku harus memutar otakku, agar waktu berhenti.

She Is My BodyGuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang