"Aku harus bilang berapa kali lagi? Jangan pernah mencampuri urusan manusia!”

Sesuai dugaan, Tetua dunia bawah bumi pun dibuat pusing. Sudah beberapa kali malaikat muda nan ambisius itu bertanya tentang langkah apa yang sebaiknya mereka ambil. Akan tetapi Tetua yang selama ini selalu bisa menilai dengan adil pun tidak mampu mengatasi masalah yang terjadi sekarang.

“Menurut saya, dalam masalah ini... Dewi langit....”

Tetua langsung menatap tajam ke arah sang Malaikat yang mencoba untuk memberi argumennya, tetapi lebih terdengar seperti alasan yang tidak masuk akal. Bagaimanapun juga, perbuatan Jiyeon sama sekali tidak bisa disebut pantas karena ia sudah melibatkan perasaan pribadinya dan berurusan langsung dengan manusia berjiwa gelap itu. Mendengar penjelasan bawahannya, Tetua itu justru menjadi semakin marah. Hal itu bisa menjadi pelajaran supaya sang Malaikat semakin berhati-hati dalam membuat setiap keputusannya.

Malaikat itu cukup yakin bahwa hukuman yang diterimanya kali ini akan tetap berhubungan dengan masalah yang teiah terjadi. Kemungkinan besar, ia akan mengemban tugas untuk bisa mengatasi masalah tersebut.

“Aku tidak perlu mendengar penjelasanmu kenapa dia melakukan itu semua. Karena semua itu di luar kuasaku. Itu sudah menjadi urusan Kaisar Langit. Aku sekarang hanya ingin tahu tentang kesalahan yang kau perbuat." Tetua kembali berkata dengan tegas.

“Maafkan saya." Malaikat itu boleh saja meminta maaf dan menyesal, tetapi raut wajahnya memperlihatkan sebaliknya.

Ia terlihat kesal. Sepengetahuannya, di dunia manusia banyak terdapat orang-orang jahat. la juga tahu seburuk apa perbuatan mereka. Kalau saja manusia-manusia seperti itu tidak ada, pasti bumi akan menjadi tempat yang tenang untuk ditinggali.

“Penjelasanmu terdengar sia-sia saja di telingaku. Walau kau bilang kalau kau tidak bermaksud mencampuradukkan emosi dalam masalah ini, seharusnya kau bisa menjaga emosi dan sikapmu. Kalau kau tidak bisa melakukannya, bagaimana kau bisa menyelesaikan tugasmu dengan baik?” Tetua menghela napas. Mungkin karena lelah.

Meski mungkin malaikat itu kurang bisa mengendalikan emosinya sendiri, tetap saja selama ini ia adalah malaikat yang selalu bertanggung jawab dalam tugasnya. Sayangnya kali ini ia harus terlibat dalam masalah besar. Bahkan fakta bahwa dirinya bekerja sama dengan dewi langit dalam membuat kekacauan kali ini, semakin membuat masalahnya menjadi rumit. Satu bawahannya membuat masalah saja sudah membuat Tetua pusing tujuh keliling. Apalagi kalau masalah yang muncul temyata melibatkan dewi langit. Masalah ini bukan masalah biasa. Tetua tidak dapat menyelesaikan masalah ini sendirian.

“Saya mengerti. Tetapi…”

"Apa lagi?”

“Selama saya dikenai masa percobaan lagi, apakah saya boleh naik ke bumi? Sebentar saja." Setelah sempat merasa ragu, malaikat nomor 2999 itu akhirnya bisa mengatakan yang sejak tadi ditahannya.

Permintaan yang membingungkan. Bahkan terdengar seolah-olah malaikat itu sudah melupakan dampak yang muncul dari masalah yang sedang terjadi saat ini. Kepala Tetua semakin pusing dibuatnya.

“Memangnya kau tidak paham tentang konsep masa percobaan itu?"

"Saya mengerti. Tetapi saya mohon, izinkan saya untuk sebentar saja ke sana. Sejujurnya, saya juga merasa bertanggungjawab atas keberadaan dewi langit itu di dunia manusia. Saya yakin Anda belum lupa bahwa di bumi jumlah manusia yang membawa keburukan di hatinya tidak sedikit.”

Tetua itu terlihat ragu. la bertanya-tanya apakah murid yang sudah dididiknya seiama ini akan bisa memecahkan masalah itu. Tekad bulat tampak dari sang Malaikat yang bisa dengan cepat memberikan argumen lain kepada tetuanya.

Moon In The Spring. NielWinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang