Suaka Renjana

18 0 0
                                    

Rubuh sudah. Jantung dikuasai.
Dag dig dug hancur!
Berlarian anak kecil meminta belas kasihan,
"ibuku mati ibuku mati, bapakku lari nyonya, kawin lari dengan wanita jalang itu dari negeri seberang. Tolong kami!".

Aku terdiam menyaksikan mayat bergelimpangan dengan kain sarung bekas zakat lebaran kemarin. Tanganku terikat, aku tawanan.
Lalu kulambaikan semampuku, menoleh salah seorang anak laki-laki yang berlarian tadi, menghampiriku dan kubisikkan ketelinganya,
"Akulah wanita jalang yang kau koarkan tadi nak, aku tak merebut bapakmu, dia yang meminta susu padaku"
Anak laki-laki kumal itu menangis tersedu-sedu menatap mataku, lalu seorang pria tinggi besar menariknya menjauh sambil meludahi wajahku dan mengumpat, "Dasar londo laknat! Enyahlah kau bersama kawanan tentaramu! Tak sudi kami mengubur jasad kalian!" Terseok-seok anak itu menyeret langkah sebab lelaki tadi terlalu kokoh untuk dilawannya, lalu ia berteriak dari kejauhan,
"Jangan habiskan susumu nyonya, aku ingin seperti bapak!"
Aku tertawa geli, terasa bagaimana dia akan antusias menimba gizi disana, lekaslah besar nak. Aku tak akan menua secepat itu. Iringan tawanan bergerak maju, aku pun ikut rombongan yang tak tau kemana arah dituju. Dalam hatiku hanya satu, aku berdoa, Tuhan ampuni dosaku.

Aksara Jiwa DiendraWhere stories live. Discover now