"Ayah sudah pulang?? Tidak biasanya"
Tanya sohyun dengan nada yang kelewat senang. Dengan cepat berlari ke arah dapur, berniat untuk memberikan segelas air kepada ayahnya. Pikirannya tentang taehyung bahkan dilupakannya begitu saja. Kedatangan ayahnya ke rumah yang sangat jarang terjadi itu membuat sohyun merasa begitu bahagia.
Dengan telaten sohyun membuat secangkir teh dan menyajikannya dengan cantik di sebuah nampan, tidak lupa dengan beberapa kue kering buatan bibi song yang sangat di sukainya. Dirinya tidak bisa berhenti tersenyum membayangkan bagaimana reaksi ayahnya nanti melihat hasil kerja anaknya. Begitu menyenangkan, bahkan dengan membayangkan nya saja.
Dengan perlahan sohyun meletakkan nampan itu diatas meja, sedikit melirik ke arah ayahnya yang sedang melihat beberapa berkas di meja itu. Terlihat serius sekali, bahkan seperti tidak menyadari bahwa sohyun ada disana.
"Ayah..aku membuatkan ayah teh hangat"
Ucap sohyun dengan senyumnya yang begitu lebar, berharap atensi ayahnya akan berpindah dari tumpukan kertas itu ke senyuman hangatnya. Tapi percuma, seperti biasa
Dirinya diabaikan.
Pun akhirnya sohyun pergi dari sana, berjalan dengan langkah yang begitu pelan sambil terus menahan sesak di dadanya yang terus mendesak air matanya untuk segera keluar. Namun baru saja sohyun ingin menaiki tangga untuk masuk ke kamarnya, teriakan kencang ayahnya sontak membuat sohyun berbalik dan melihat situasi yang begitu kacau--menurutnya.
Sohyun terdiam, rasanya begitu takut hingga ingin berlari dari sana secepatnya, namun entah kenapa kakinya tidak bisa bergerak sedikitpun, justru terdiam sambil bergetar ketakutan di tangga itu.
Air teh itu tumpah
Tumpah dan berserakan, membasahi semua berkas penting tuan kim yang berada di atas meja.
Bibi song yang baru datang pun sempat terkejut saat melihat keadaan itu, lalu dengan cepat berlari ke arah tuan kim dan membantu tuan kim di sana.
"Apa kau puas?"
Suara berat tuan kim membuat sohyun semakin ketakutan, tangannya bergetar hebat dengan air mata yang sudah siap tumpah kapan saja.
"Ma-maaf ayah.."
"Tidak bisakah kau tidak menyusahkan ku sekali saja?!"
Tuan kim menendang meja itu hingga menghasilkan suara dentuman yang cukup keras, sukses membuat air mata sohyun mengalir dengan deras. Mata tuan kim melotot tajam ke arah sohyun, seolah-olah ingin membunuh sohyun saat itu juga, dan sohyun, dirinya hanya bisa menunduk sambil menangis disana.
"A--aku hanya ingin memberikan ayah teh hangat.."
"Aku tidak perlu teh mu itu! Kau justru membuat semua berkas pentingku hancur!!"
"Tapi ayah.."
"Diam dan kembali ke kamarmu!! Kau selalu saja merepotkan!!"
Tuan kim sempat melemparkan penanya ke arah tumpahan teh itu, lalu dengan cepat berjalan ke arah kamarnya. Menutup pintu kamar itu dengan keras hingga membuat bibi song tersentak kaget.
"Nona, anda baik-baik saja?"
Tanya bibi song saat melihat sohyun yang berjalan ke arah pintu keluar, menunduk, menyembunyikan wajah pilunya.
"Aku..ingin ke taman sebentar.."
"Apa perlu saya temani nona?"
Sohyun menggeleng, dengan perlahan menutup pintu rumahnya dan keluar dari sana. Dia tidak berbohong, dirinya memang benar-benar ingin pergi ke taman. Sohyun ingat saat pertama kali pindah ke seoul, dirinya sempat melihat sebuah taman kecil yang berjarak sekitar lima puluh meter dari rumahnya. Sambil terus menunduk, dirinya pergi ke taman itu dan duduk di sebuah kursi kayu yang sudah terlihat sangat tua.
Sohyun mendongak, menatap bintang-bintang yang terlihat jelas di langit itu, namun perlahan pandangannya mulai memburam saat air mata itu kembali memenuhi matanya. Dirinya mencoba untuk mengambil nafas sebanyak mungkin, berharap sesak di dadanya akan segera hilang, tapi percuma, semakin dirinya berusaha untuk kuat, maka rasa sesak itu semakin terasa. Semakin dirinya mencoba untuk berhenti menangis, maka semakin banyak pula air mata itu jatuh dari matanya.
Sohyun tahu, dirinya salah, dirinya salah karena menaruh air itu di dekat berkas penting ayahnya. Tapi, entah kenapa rasanya sakit saat kembali mengingat tatapan tajam ayahnya. Seolah-olah dirinya sangat berdosa dan membuat kesalahan yang begitu besar.
"Ayah benar..aku sangat menyusahkan, aku tidak pernah membuat kalian bahagia. Kehadiranku tidak kalian inginkan. Tapi....aku tidak meminta kalian untuk melahirkanku...."
Sohyun kembali menangis, kali ini menundukkan kepalanya diantara kedua lututnya. Menyembunyikan wajahnya disana, berharap tidak ada satu orangpun yang akan tahu bahwa dirinya menangis dalam kegelapan di taman itu.
'Tuhan...kenapa kau membuatku lahir di dunia ini?'
"Hei...ada apa? Kau menangis?"
[ ]
Yeorobunnnnn!!!
Waaa!!! Sudah berapa lama aku tidak publish cerita ini 😿
Maaf, kalian pasti tidak suka karena cerita ini lama sekali lanjutnya :'')
Aku benar-benar sibuk sekali akhir-akhir ini, hampir tidak ada waktu untuk menulis. Setiap aku mencoba untuk menulis, entah kenapa aku kurang merasakan feel dari ceritanya, jadi cerita ini aku revisi berulang-ulang kali, dan bahkan aku merasa chapter ini kurang dapat feel nya, maaf :">
Semoga kalian puas sama chapter ini, dan semoga kalian masih setia menunggu cerita ini.
Salam peluk cium dari pacarnya taehyung.
Bhaaayyy!!!!
YOU ARE READING
• ALONE •
FanfictionKesepian, dan sendirian. Senjata kehidupan mematikan yang sering kali berakhir membuatmu membenci dirimu sendiri. Sohyun hanya ingin seseorang ada untuknya, namun ia tak pernah tahu bahwa kehadiran seseorang dalam hidupnya mampu membawa kebahagiaan...
• I don't ask to live •
Start from the beginning
